Perkembangan Etika dan Budi Pekerti di Era Kini

PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 35 tetap dilakukan meskipun ia mengetahuinya. Ia melakukannya karena penuh kedengkian yang direncanakan sebelumnya. Untuk menghadapi masalah tersebut, hukum moral harus menunjukkan fungsinya dengan menjatuhkan hukuman yang memadai sebagai penebus dosa. 2. Teori perlindungan Teori ini berisi ketentuan bahwa hukuman dapat dijatuhkan kepada seseorang untuk melindungi masyarakat dengan memberi contoh hukuman kepada si pelanggar. Hukuman ini tidak bermaksud menghapus kesalahan si pelanggar, melainkan lebih meyakinkan masyarakat untuk melawan pelanggaran sejenis bagi kepentingan hidup yang aman dan damai. Perilaku si pelanggar yang emosional merupakan ancaman bagi keberadaan kewenangan dan wibawa kelompok atau masyarakat bahkan sekolah. Kelemahan teori ini adalah balas dendam sebagai dorongan untuk menghukum seseorang mungkin terlalu keras sehingga mengakibatkan orang yang dihukum malahan sakit hati dan bukannya memperoleh peringatan. 3. Teori pendidikan Teori ini umumnya dianut oleh sekolah. Teori pendidikan memandang bahwa kedua teori di atas, mengandung kelemahan, yaitu terlalu buruk atau keras sehingga menyingkirkan aspek rehabilitasi anak yang keras kepala. Prinsip yang dianut oleh teori ini adalah hukuman tidak boleh dijatuhkan kepada seseorang jika tidak mengandung upaya membina atau mendidik kembali sesuai dengan kehendak masyarakat yang berharap moral harus ditegakkan dalam masyarakat. Si pelanggar harus diberi kesempatan untuk melihat diri sendiri mengenai perbuatannya seperti orang lain melihat dirinya. Namun, jika ia gagal untuk memahami diri dan gagal pula menerima aturan moral maka hukuman yang dijalaninya juga berarti mengalami kegagalan.

C. Perkembangan Etika dan Budi Pekerti di Era Kini

Dewasa ini terlihat juga gejala-gejala kemerosotan etika, dimana secara pasti sulit untuk mendefinisikan faktor-faktor apa saja yang PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 36 menjadi penyebabnya. Namun, tak dapat pula dikesampingkan bahwa faktor-faktor kemajuan teknologi dan ekonomi juga ikut berperan didalamnya. Di zaman yang semakin canggih teknologinya seperti saat ini justru etika manusia semakin bernilai rendah. Banyak alat- alat canggih untuk berbuat kebaikan, tetapi tidak kalah juga alat-alat canggih itu digunakan untuk berbuat kejahatan. Kenyataannya, etika yang dimiliki orang - orang saat ini banyak yang bertentangan dengan fitrah manusia. Bukan hanya orang-orang non muslim, tapi justru kaum muslimin itu sendiri banyak memiliki etika demikian. Mereka buta dengan agama, dan lebih mementingkan harta kekayaan, sehingga berani melakukan apa saja untuk mendapatkannya walaupun harus dengan cara yang tidak halal. Mereka hanya memikirkan kebahagiaan di dunia semata dan tidak memerhatikan kebahagiaan akhirat. 26 Banyak nilai dan norma etis berasal dari agama. Tidak bisa diragukan, bahwa agama merupakan salah satu sumber nilai dan norma yang paling penting. 27 Sedangkan kebudayaan merupakan suatu sumber yang lain, walaupun perlu dicatat bahwa dalam hal ini kebudayaan sering kali tidak bisa dilepaskan dari agama. Dalam kajian kebudayaan, nilai merupakan inti dari setiap kebudayaan. Dalam konteks ini, khususnya nilai-nilai moral yang merupakan sarana pengatur dari kehidupan bersama, sangat menentukan di dalam setiap kebudayaan. lebih-lebih lagi di era globalisasi yang berada dalam dunia yang terbuka, ikatan nilai-nilai moral mulai melemah. Masyarakat mengalami multikrisis yang dimensional, dan krisis yang dirasakan sangat parah adalah krisis nilai-nilai moral. 28 Jika kita memandang situasi etis dalam dunia modern terutama tiga ciri yang menonjol. Pertama, kita banyak menyaksikan adanya pluralisme moral. Dalam masyarakat-masyarakat yang berbeda sering terlihat nilai dan norma yang berbeda pula. Kedua, sekarang timbul banyak masalah etis baru yang dulu tidak terduga. Ketiga, 26 M. Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika, hlm. 523 27 K. Bertens, hlm.30 28 Nurul Zuriah, 2007, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 11 PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 37 dalam dunia modern tampak semakin jelas juga suatu kepedulian etis yang universal. 29 Di Amerika Serikat, serta di masyarakat Indonesia dewasa ini muncul tuntutan untuk menyelenggarakan pendidikan budi pekerti ataupun pendidikan moral, terutama didasarkan pertimbangan 3 tiga hal sebagai berikut: 30 Melemahnya ikatan keluarga. Keluarga yang secara tradisional merupakan guru pertama dari setiap anak, mulai kehilangan fungsinya. Hancurnya keluarga menyebabkan hidup anak-anak menjadi telantar. Perceraian menjadi sesuatu yang biasa dan akan sangat memukul kehidupan emosional anak serta menjadi perangsang bagi kelainan kelakuan seperti berbagai jenis kenakalan dan tawuran dikalangan remaja. Dengan demikian, sekolah telah berganti peran menjadi pengganti keluarga didalam memperkenalkan nilai-nilai moral yang tidak lagi diperoleh oleh anak dalam keluarga. Sehingga sekolah mempunyai tugas ganda selain tugas pokoknya mengajar tapi juga mendidik. Kecenderungan negatif di dalam kehidupan remaja dewasa ini, terutama di kota-kota besar sering terjadi perkelahian, tawuran dll. Hal ini memberikan gambaran bahwa belum tertanamnya pemahaman etika dan budi pekerti secara baik dalam hati nurani mereka. Karena suatu perbuatan jika tidak diiringi dengan etika yang baik maka tidak akan sempurna tindakan yang telah dilakukannya. Dalam norma agama juga telah diatur bahwa sebelum melakukan suatu perbuatan sebaiknya berfikir dan berdoa. 31 Pernyataan perintah tersebut sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang lain yang mengajarkan bagaimana proses yang harus dijalani manusia untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhiratnya. Suatu kebangkitan kembali dari perlunya nilai-nilai etik, moral, dan budi pekerti dewasa ini, telah timbul suatu kecenderungan masyarakat yang mulai menyadari bahwa dalam masyarakat terdapat suatu 29 K. Bertens, hlm. 31 30 Nurul Zuriah, 2007, Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti, hlm. 10-11 31 Wiyati, 2007, Pendidikan Aqidah Akhlak, Solo: Penerbit. Tiga Serangkai. PENDIDIKAN ETIKA DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KARAKTER 38 kearifan mengenai adanya suatu moralitas dasar yang sangat esensial dalam hidup bermasyarakat. Misalnya kita harus bisa menghormati kegiatan peribadatan agama lain di Indonesia, menanamkan nilai-nilai kejujuran dan kebaikan kepada anak-anaknya, menghadapi segala permasalahan hidup dengan sabar dan terus berusaha dalam mencari arti hidup untuk lebih bermakna buat dirinya dan lingkungannya. Menurut Mahmudah, dari pengamatan hasil penelitian 32 disebutkan bahwa keberhasilan seseorang ditentukan dari empat aspek diantaranya; pertama; personality; bahwa seorang yang bisa membawa nama baik diri maupun lingkungannya dimana dia berada, kedua; profesionality; kemampuan yang harus dimiliki sebagai pegangan hidup untuk lebih maju, Ketiga; leadership; jiwa kepemimpinan yang dimiliki setiap orang yang dibawa sejak dilahirkan ke dunia, dan keempat; spiritual ini lebih penting dari ketiga aspek sebelumnya, karena menurut Ginanjar 33 ; dijelaskan dalam bukunya tentang kecerdasan spiritual itu sangat berpengaruh dalam gerak langkah setiap kegiatan manusia yang bersumber dari hati nurani seseorang. 32 Mahmudah, 2011, Karakter Pendidik, hasil seminar Rapat Terbuka di Malang 33 Ginanjar, ESQ

BAB IV HAKIKAT PENDIDIKAN BUDI PEKERTI