Kebijakan Pemerintah dalam Mengembangkan Usaha Kecil di Indonesia

22 Kecil, hal tersebut dibuktikan melalui Pola Kebijaksanaan dan Pengembangan IndustriUsaha Kecil sebagai berikut: 1. Sistem keterkaitan Bapak Angkat-Mitra Usaha. 2. Penjualan saham perusahaan besar yang sehat kepada koperasi. 3. Mewajibkan Badan Usaha Milik Negara BUMN menyisihkan dana pembinaan sebesar 1-5 dari keuntungan bersih. 4. Menugaskan lembaga perbankan mengalokasikan dana kredit usaha kecil dan koperasi sebanyak 20 dari portofolio kredit yang disalurkan KUK

2.4 Kondisi Historis Usaha Kecil di Indonesia dan Prospek Kedepan

Pemerintah telah bertekat untuk mengembangkan sektor small-of business atau industriusaha berskala kecil dalam Progam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II PJPT II . Hal ini terbukti dengan terbentuknya Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil pada masa pemerintahan dalam kabinet Pembangunan dalam Pelita ke VI. Oleh karena itu merupakan momentum yang sangat tepat untuk kalangan wirausaha dan calon wirausaha di Indonesia untuk memulai melangkah dan mengembangkan kemampuan kewirausahaannya berkompetisi dengan usaha-usaha kecil yang telah lebih dulu ada. Pemerintah melalui Departemen Perindustrian, Departemen Tenaga Kerja, Departemen Perdagangan serta pihak Perbankan telah melakukan upaya yang semaksimal mungkin dalam membantu pengusaha kecil, industri kecil maupun sektor informal. Melaului strategi pengembangan usaha kecil, pada akhir pelita III hal telah terbukti bahwa telah tercapai jumlah unit skala kecil yang tersebar di 23 Pulau Jawa kurang lebih berjumlah 76,54 serta di Propinsi lainnya 23,46 Harimurti, 2001, 6 . Menurut Drs. Hidayat MA, dalam majalah forum ekonomi, presentase sektor usaha kecil dan sektor informal di sebagian kota-kota besar di Indonesia adalah; Jakarta sebesar 50 , Bandung sebesar 65 , Semarang sebesar 40 , Yogyakarta sebesar 35 , Surabaya sebesar 45 . Presentase tersebut sebagian besar berusaha dalam usaha perdagangan. Bidang perdagangan merupakan bidang yang lebih memungkinkan, karena memiliki syarat usaha yang tidak seperti usaha besar yaitu keahlian khusus dan modal permulaan yang besar. Hubungan bisnis yang saling menunjang pasti dibutuhkan oleh perusahaan besar atau perusahaan perdagangan yang besar untuk memacu penggunaan keterampilan dan nilai ekonomis dari usaha kecil. Perusahaan-perusahaan besar harus membeli bahan baku dan mengangkutnya ke pabrik, subkontrak pembuatan komponen, membangun jaringan distribusi, penjualan dalam jumlah besar maupun eceran, serta jaringan jasa pelayanan dan perbaikan. Aktivitas saling tunjang ini dapat dilaksanakan oleh usaha kecil, karena perusahaan besar umumnya hanya menangani pekerjaan dalam skala besar yang lebih vital. Perusahaan besar menyadari pentingnya peran perusahaan kecil, tentunya akan mengadakan hubungan dan melaksanakan pembinaan, pelatihan serta pengembangan usaha kecil yang berlokasi dekat dengan perusahaannya. Wirausaha yang dinamis dan ulet mampu melihat peluang dan seringkali menjadi agen-agen utama dari perusahaan besar dan mampu berkembang menjadi penyalur