Bab V Bab VI Bab VII : Simpulan dan Implikasi

15 Diharapkan dengan ketujuh proses pokok bab pembahasan tersebut kelancaran dan keberhasilan dari penelitian skripsi dapat terlaksana. 16

BAB II TINJAUAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

2.1 Kondisi Bank-Bank Umum Jumlah bank umum sejak krisis moneter tahun 1998 berkurang lebih 100

bank. Suatu pengurangan jumlah yang besar. Saat ini, jumlahnya tinggal 131 bank umum, di mana 60 persen di antaranya bank kecil dengan aset Rp 1 triliun ke bawah. Dari sisi finansial atau aset, 15 bank menguasai lebih dari 80 persen industri perbankan. SEKI:BI Pada tahun 2004, perbankan nasional memasuki pertumbuhan tinggi, sektor perbankan menguasai pasar, emiten perbankan memimpin pergerakan saham di pasar modal. Penyelenggaraan pemilu memang sedikit menghambat laju penyaluran kredit di kuartal pertama, tetapi fundamental yang kuat menghasilkan optimisme besar memandang perbankan. Masa konsolidasi perbankan bisa dikatakan telah usai tahun 2003 lalu. Pembubaran Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN dan divestasi Bank Permata menjadi penanda telah berakhirnya masa itu. Semua bank yang tadinya di bawah BPPN telah menyelesaikan program restrukturisasi, hal ini berjalan dengan lancar, terutama sekali restrukturisasi kredit bermasalah NPL. Konsolidasi lain, yaitu konsolidasi secara akuntansi, seperti halnya kuasi reorganisasi juga telah selesai. Kuasi reorganisasi adalah prosedur akuntansi yang ditetapkan perusahaan dan disetujui pemegang saham untuk menghapus saldo negatif laba ditahan dengan menurunkan saldo akun pos paid- 17 up capital modal disetor. Dalam proses tersebut, aktiva yang dinilai terlalu tinggi juga harus diturunkan. Selesainya kuasi reorganisasi ini membuat posisi bank berubah sama sekali. Dari keuangan yang negatif besar, menjadi positif. Secara fundamental posisi permodalan bank nasional sudah sangat tinggi, mencapai Rp 120 triliun. Naik Rp 20 triliun dari bulan sebelumnya yang Rp 100 triliun. Atau telah melambung jauh dari posisi modal pada masa krisis tahun 1999 yang negatif Rp 21 triliun suatu berita yang sangat menyenangkan. Sampai dengan tahun 2003, perbankan boleh dikatakan disibukkan oleh kegiatan konsolidasi intern dan ekstern, melakukan berbagai efisiensi dari soal operasional, jaringan, kantor cabang, serta efisiensi biaya modal dengan membuang beban. Yang paling kentara adalah pergeseran sumber dana dari dana mahal berupa deposito ke dana murah berupa tabungan dan giro. Pada bulan Juni 2003 posisi deposito berjangka yaitu terhitung masih 52 persen dari total dana pihak ketiga, dan terus turun sehingga pada Desember 2003 menjadi 48 persen. Tahun 2004, total deposito berjangka Rp 405 triliun, atau 45 persen dari total dana pihak ketiga yang Rp 897 triliun. 55 persen dana pihak ketiga telah berbentuk dana murah berupa tabungan dan giro. Bahkan struktur pendanaan ini lebih baik daripada masa sebelum krisis, di mana porsi deposito di atas 50 persen bahkan bisa mencapai 54 persen dari dana pihak ketiga. SEKI : Bank Indonesia Faktor lain yang membuat bank merasa kokoh adalah obligasi pemerintah di perbankan yang mencapai Rp 321 triliun, memang dana pemerintah. Di satu sisi