Kondisi Bank-Bank Umum Jumlah bank umum sejak krisis moneter tahun 1998 berkurang lebih 100
17
up capital modal disetor. Dalam proses tersebut, aktiva yang dinilai terlalu tinggi juga harus diturunkan.
Selesainya kuasi reorganisasi ini membuat posisi bank berubah sama sekali. Dari keuangan yang negatif besar, menjadi positif. Secara fundamental posisi
permodalan bank nasional sudah sangat tinggi, mencapai Rp 120 triliun. Naik Rp 20 triliun dari bulan sebelumnya yang Rp 100 triliun. Atau telah melambung jauh
dari posisi modal pada masa krisis tahun 1999 yang negatif Rp 21 triliun suatu berita yang sangat menyenangkan.
Sampai dengan tahun 2003, perbankan boleh dikatakan disibukkan oleh kegiatan konsolidasi intern dan ekstern, melakukan berbagai efisiensi dari soal
operasional, jaringan, kantor cabang, serta efisiensi biaya modal dengan membuang beban. Yang paling kentara adalah pergeseran sumber dana dari dana
mahal berupa deposito ke dana murah berupa tabungan dan giro. Pada bulan Juni 2003 posisi deposito berjangka yaitu terhitung masih 52
persen dari total dana pihak ketiga, dan terus turun sehingga pada Desember 2003 menjadi 48 persen. Tahun 2004, total deposito berjangka Rp 405 triliun, atau 45
persen dari total dana pihak ketiga yang Rp 897 triliun. 55 persen dana pihak ketiga telah berbentuk dana murah berupa tabungan dan giro. Bahkan struktur
pendanaan ini lebih baik daripada masa sebelum krisis, di mana porsi deposito di atas 50 persen bahkan bisa mencapai 54 persen dari dana pihak ketiga. SEKI :
Bank Indonesia Faktor lain yang membuat bank merasa kokoh adalah obligasi pemerintah di
perbankan yang mencapai Rp 321 triliun, memang dana pemerintah. Di satu sisi
18
masih banyaknya obligasi pemerintah dikritik habis karena menunjukkan masih lemahnya fungsi intermediasi bank. Tetapi, di sisi lain obligasi pemerintah ini
cukup mendukung kinerja perbankan. Sekalipun tidak ideal, hal itu membantu bank dari sisi pendapatan, dan aliran dana tunai ketika sektor riil belum siap
menyerap kredit. Keberhasilan
BI mempertahankan
suku bunga sangat rendah memberi dua keuntungan kepada bank. Pertama beban bunga menurun tajam, dari Juni tahun
2003 ke Juni tahun 2004 turun 35-40 persen, adalah suatu prestasi yang harus diteruskan. SEKI : Bank Indonesia Selain dari turunnya suku bunga kredit,
penurunan beban bunga ini juga diperoleh dari penggeseran sumber dana bank yaitu dari yang mahal berupa deposito ke murah berupa tabungan dan giro.
Dari berbagai indikator yang menunjukkan pemulihan kinerja perbankan, yang masih berbeda dengan kondisi sebelum krisis hanya soal rasio kecukupan
modal CAR dan rasio penyaluran kredit dibandingkan dana pihak ketiga loan deposit ratioLDR. Perbedaan utama ini terkait dengan faktor aset bank yang
sebagian besar masih berbentuk obligasi pemerintah. Jadi, besar sekali piutang yang tidak dalam bentuk kredit, tetapi berbentuk obligasi pemerintah yang tidak
dapat diberi bobot risiko. Menjadi tidak terlalu mengherankan kalau CAR tinggi, LDR rendah karena dana pemerintah tersebut.
Dengan selesainya konsolidasi, perbankan tidak lagi melulu sibuk mengurusi perbaikan internal. Bankir mulai bisa fokus berpikir tentang bagaimana
untuk tumbuh dan berkelanjutan. Caranya bisa bermacam-macam seperti ekspansi kredit, merger dan akuisisi, atau membentuk aliansi strategis.
19
Ardhian 2004 menyebutkan tanda-tanda fase pertumbuhan tinggi ini bisa dilihat pada semaraknya merger, akuisisi dan berbagai langkah lain tersebut.
Sebut saja akuisisi Central Sari Finance CSF oleh Bank Central Asia, Adira Dinamika Multi Finance oleh Bank Danamon, masuknya OCBC Bank Singapore
yang membeli 22,5 persen saham Bank NISP, Bank Buana menggandeng Bank asal Singapura lainnya, UOB, dengan melepaskan 23 persen saham dengan nilai
Rp 602 miliar. Pertanda yang paling mencolok adalah begitu banyaknya bank lokal yang
mengikuti tender divestasi Bank Permata. Akuisisi terhadap bank lain sudah jelas dampaknya bagi peningkatan kemampuan bank. Akuisisi terhadap perusahaan
pembiayaan akan membantu mendongkrak penyaluran kredit. Akuisisi atau aliansi strategis dengan perusahaan sekuritas atau asuransi akan membantu kemampuan
sebaran pelayanan bank sehingga dana nasabah tidak akan lari ke mana-mana dan dapat diolah secara lebih maksimal.