Perkembangan Kredit Perbankan TINJAUAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

26 Tingginya jumlah kredit yang telah disetujui oleh pihak bank, tetapi belum ditarik tersebut adalah mengisyaratkan bahwa sektor riil masih menghadapi banyak kendala, sehingga hanya memiliki sedikit ruang gerak. Tidak heran kalau porsi kredit terbesar masih dari kredit konsumsi, sementara kredit investasi paling rendah. Pada Mei 2004, dari total kredit baru Rp 24,4 triliun, kredit investasi baru Rp 5,1 triliun atau 20,1 persen, kredit konsumsi Rp 7,8 triliun atau 32 persen, dan kredit modal kerja Rp 11,5 triliun atau 47 persen. Dari sudut kualitas kredit, pada bulan Juni terjadi peningkatan kualitas yang membanggakan yaitu terlihat pada penurunan rasio NPL kotor maupun bersih yang masing-masing menurun menjadi 7,6 persen untuk kotor dan 2,4 persen untuk bersih. Aspek permodalan industri perbankan masih memadai, yakni tercatat sebesar 20,9 persen. Meskipun demikian, harus diperhatikan pengaruh faktor besarnya aset berbentuk obligasi pemerintah terhadap CAR dan LDR. 2.6 Perkembangan dan Kondisi Kredit Usaha Kecil KUK Jumlah Penghimpunan Dana Tingkat Inflasi serta Suku Bunga Kredit Bank-Bank Umum di Indonesia 2.6.1 Kredit Usaha Kecil KUK Bank Umum di Indonesia Dari data yang dikumpulkan oleh Bank Indonesia dalam Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia SEKI , menunjukan bahwa jumlah alokasi KUK pada bank-bank umum sangat memuaskan. Jumlah besar dalam triliyun rupiah diperlihatkan, pada awal tahun penelitian 2003 bulan Januari sebesar Rp 60 triliyun. Alokasi KUK kemudian stabil sampai dengan bulan September mengalami peningkatan jumlah alokasi KUK sebesar Rp 72 riliyun, hal ini 27 menunjukan bahwa sektor riil mulai mengalami pertumbuhan yang subur. Kondisi demikian bertahan sampai empat bulan kedepan yaitu pada bulan Desember tahun 2003. Data SEKI BI kemudian memperlihatkan pada tahun awal 2004 alokasi KUK mangalami penurunan dari bulan pada tahun sebelumnya yaitu dari bulan Desember 2003 sebesar Rp 72 triliyun menjadi sebesar Rp 69 triliyun bulan Januari tahun 2004. Kondisi seperti ini stabil sampai tujuh bulan mendatang, hampir sama seperti keadaan alokasi KUK pada tahun sebelumnya juga stabil pada posisi RP 60 triliyun selama delapan bulan. Kemudian pada bulan selanjutnya yaitu Agustus baru mengalami kenaikan sebesar Rp 70 triliyun, dilanjutkan mengalami kenaikan menjadi Rp 80 triliyun pada bulan September tahun yang sama 2004. Bulan Oktober sampai Nopember tahun 2004 jumlah alokasi KUK mengalami penurunan lagi yaitu sebesar Rp 70 triliyun. Pada bulan awal tahun 2005 dan bulan akhir tahun 2004 alokasi KUK menunjukan kenaikan yaitu sebesar Rp 80 triliyun, kondisi ini tetap stabil sampai bulan Juli 2005. Data kemudian menunjukan pada bulan Agustus 2005 sampai bulan tutup tahun menunjukan peningkatan alokasi KUK yaitu sebesar Rp 90 triliyun. Kondisi alokasi KUK secara sepintas jika kita mengamati akan menunjukan kepuasan dalam pelaksanaannya. Seperti yang diperlihatkan kepada kita bagaimana alokasi KUK ini berjalan dapat diamati dengan mudah dari tabel 2.1 beserta gambar grafik 2.2 tentang alokasi KUK pada bank-bank umum yang diambil sumbernya dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia SEKI : BI dibawah ini: 28 TABEL 2.1 JUMLAH ALOKASI KUK BANK-BANK UMUM TahunBulan KUK Milyard Rp TahunBulan KUK Milyard Rp 2003;01 60672.1 2004;07 69368 2003;02 62656.3 2004;08 70575 2003;03 62075.5 2004;09 81356 2003;04 63454.26 2004;10 79376 2003;05 64158.67 2004;11 79629 2003;06 66381.07 2004;12 85191 2003;07 67195 2005;01 82651 2003;08 69725 2005;02 86576 2003;09 72194 2005;03 88980 2003;10 72393 2005;04 89333 2003;11 73546 2005;05 89069 2003;12 72647 2005;06 88493 2004;01 69275 2005;07 88867 2004;02 68850 2005;08 90712 2004;03 69009 2005;09 91245 2004;04 69060 2005;10 92044 2004;05 69864 2005;11 92290 2004;06 69456 2005;12 96580 Sumber : SEKI BI, 2005 GAMBAR 2.2 JUMLAH ALOKASI KUK KUK 20000 40000 60000 80000 100000 120000 2003; 1 2003; 4 2003; 7 2003; 1 2004; 1 2004; 4 2004; 7 2004; 1 2005; 1 2005; 4 2005; 7 2005; 1 Periode J u m la h A lo k a s i KUK M ily a rd R p 29

2.6.2 Jumlah Penghimpunan Dana Bank-Bank Umum di Indonesia

Dari data SEKI BI dapat ditelusuri tentang bagaimana kondisi jumlah penghimpunan dana dari pihak ketiga pada bank-bank umum di Indonesia. Pada awal tahun penelitian yaitu 2003 bulan Januari jumlah penghimpunan dana sebesar Rp 677 triliyun, jumlah ini cukup besar dan kiranya menggembirakan bagi kita bawa bukti kondisi perbankan sudah menunjukan pemulihannya dimata masyarakat dapat terlihat. Kondisi tersebut stabil selama lima bulan kedepan. Baru pada bulan Juni mulai menunjukkan peningkatan sebesar Rp 710 triliyun, kemudian secara mengejutkan kondisi ini stabil selama delapan belas bulan kedepan sampai pada bulan November tahun 2004 menunjukan jumlah sebesar Rp 783 triliyun. Suatu kondisi yang menyenangkan perbankan, karena dengan melihat data yang demikian kita dapat mengetahui bahwa perbankan telah tepat menerapkan strateginya untuk menghimpun dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga merupakan modal utama bagi bank untuk menunjukan eksistensinya pada dunia ekonomi. Kegembiraan ini kemudian tetap menunjukan peningkataannya karena pada akhir tahun 2004 dan selama dua belas bulan kedepan jumlah penghimpunan dana bank-bank umum di Indonesia naik sejumlah Rp 800 triliyun, kemudian ditutup dengan akhir tahun penelitian yaitu 2005 bulan Desember dengan jumlah Rp 932 triliyun. Perkembangan yang menarik ini jika kita pantau lebih dalam lagi dapat terlihat seperti dalam tabel 2.2 dan ditunjukan sepintas dengan melalui gambar grafik 2.3 berikut ini: 30 TABEL 2.2 JUMLAH PENGHIMPUNAN DANA BANK-BANK UMUM TahunBulan Jmlh Pnghimpnan Dana Milyard Rp TahunBulan Jmlh Pnghimpnan Dana Milyard Rp 2003;01 677130 2004;07 761315 2003;02 686998 2004;08 768860 2003;03 693030 2004;09 776464 2003;04 698095 2004;10 779124 2003;05 699123 2004;11 783977 2003;06 710196 2004;12 820585 2003;07 713981 2005;01 805873 2003;08 719165 2005;02 803531 2003;09 720673 2005;03 813343 2003;10 735756 2005;04 828110 2003;11 728753 2005;05 834602 2003;12 755599 2005;06 853650 2004;01 741029 2005;07 851351 2004;02 734422 2005;08 859836 2004;03 734178 2005;09 875857 2004;04 732048 2005;10 873450 2004;05 743697 2005;11 892688 2004;06 761706 2005;12 932873 Sumber: SEKI BI, 2005 GAMBAR 2.3 JUMLAH PENGHIMPUNAN DANA Jumlah Penghimpunan Dana 200000 400000 600000 800000 1000000 2003; 1 2003; 4 2003; 7 2003; 1 2004; 1 2004; 4 2004; 7 2004; 1 2005; 1 2005; 4 2005; 7 2005; 1 Periode J u m la h P e nghi m puna n D a n a M ily a rd R p 31

2.6.3 Tingkat Inflasi Indonesia Masa Penelitian

Pada data yang ada dalam SEKI BI menunjukan tingkat laju inflasi Indonesia pada umumnya mengalami alur zigzag yaitu tinggi rendah tingkat inflasi selalu terjadi pada tahun penelitian. Bulan Januari tahun 2003 menunjukan laju inflasi sebesar 8,68 kemudian bulan berikutnya sudah turun menjadi 7,6 dan stabil pada kisaran tersebut sampai bulan Mei 2003. Bulan Juni sampai Oktober tingkat inflasi kembali menunjukkan penurunan yaitu sebesar 6 , dan turun terus pada bulan November dan Desember 2003 sebesar 5,5 dan 5,1 . Kondisi demikian menarik karena masyarakat akan mulai menikmati sarana pembiyaan bank yang berupa kredit, sehingga sektor riil dapat bergerak, dikarenakan tren dari laju inflasi menunjukkan penurunan terus menerus. Inflasi pada bulan Januari tahun 2004 sampai Februari mengalami penurunan yang drastis yaitu sampai sebsar 4. Penurunan tersebut tidak lama kemudian inflasi kembali merangkak mengalami kenaikan. Bulan berikutnya yaitu pada bulan maret april mulai naik menjadi 5,1 dan 5,9. Mei dan Juni kembali naik sebesar 6,4 dan 6,8, bulan depannya menjadi 7 dan kemudian turun menjadi 6 stabil sampai lima bulan kedepan yaitu sampai bulan Desember 2004. Setelah bulan Desember 2004 ke bulan Januari 2005 inflasi mengalami tren peningkatan yang terus menerus sampai akhir tahun 2005 pada bulan Desember sebesar 17,11, walaupun diiringai pasang surut tetapi inflasi tetap menunjukan jauhnya peningkatan dibanding pada bulan awal penelitian. Perkembangan inflasi yang demikian menimbulkan kekhawatiran terhadap sektor riil karena dengan naiknya inflasi diperkirakan sektor riil mengalami hambatan. Suku bunga kredit 32 diperkirakan akan naik seiiring dengan naiknya inflasi. Keadaan yang demikian dapat kita saksikan seperti dalam tabel 2.3 dan gambar grafik 2.4 dibawah ini : TABEL 2.3 LAJU INFLASI INDONESIA TAHUN 2003-2005 TahunBulan Inflasi TahunBulan Inflasi 2003;01 8.68 2004;07 7.2 2003;02 7.6 2004;08 6.67 2003;03 7.17 2004;09 6.27 2003;04 7.62 2004;10 6.22 2003;05 7.15 2004;11 6.18 2003;06 6.98 2004;12 6.4 2003;07 6.27 2005;01 7.32 2003;08 6.51 2005;02 7.15 2003;09 6.33 2005;03 8.81 2003;10 6.48 2005;04 8.12 2003;11 5.53 2005;05 7.4 2003;12 5.16 2005;06 7.42 2004;01 4.82 2005;07 7.84 2004;02 4.6 2005;08 8.33 2004;03 5.11 2005;09 9.06 2004;04 5.92 2005;10 17.89 2004;05 6.47 2005;11 18.38 2004;06 6.83 2005;12 17.11 Sumber : SEKI BI, 2005 GAMBAR 2.4 TINGKAT INFLASI INDONESIA Inflasi 5 10 15 20 20 03 ;0 1 20 03 ;0 4 20 03 ;0 7 20 03 ;1 20 04 ;0 1 20 04 ;0 4 20 04 ;0 7 20 04 ;1 20 05 ;0 1 20 05 ;0 4 20 05 ;0 7 20 05 ;1 Periode Ti ngk a t I nf la s i 33

2.6.4 Suku Bunga Kredit KUK Bank-Bank Umum di Indonesia

Dalam data SEKI BI menunjukkan kondisi suku bunga kredit bank-bank umum yang menjadi sumber penelitian mulai tahun 2003 sampai 2005. Secara garis besar kondisi perkembangan suku bunga kredit tersebut adalah mengikuti alur tren pasang-surut, naik-turunya tingkat laju inflasi di Indonesia. Jika tingkat inflasi naik maka bank Indonesia akan menaikan BI rate nya maka otomatis bank- bank umum juga akan meningkatkan suku bunga nya baik simpanan maupun pinjaman untuk mengatasi negative spread. Laju perkembangan suku bunga kredit bank umum pada awal tahun 2003 bulan Januari menunjukkan 18,26 tingkat suku bunga yang termasuk tinggi, tetapi pada bulan-bulan selanjutnya mengalami penurununan terus menerus sampai bulan Agustus 2005 yaitu sebesar 13,4 suatu prestasi kredit yang membanggakan. Selanjutnya dikarenakan tingkat inflasi yang meninggi maka suku bunga kredit akhirnya mulai mengikuti kenaikan tersebut, yaitu pada bulan September 2005 sampai Desember 2005 sebesar 14,51 sampai 16,23. Kondisi demikian membuat sektor riil diperkirakan mengalami gangguan karena sumber dana pembiyaan dari pihak bank menjadi meningkat bebannya dikarenakan suku bunga kredit yang cenderung meningkat menyusul laju peningkatan inflasi. Kenaikan inflasi secara moneter memang mengharuskan otoritas moneter meningkatkan suku bunga. Perkembangan tingkatan suku bunga kredit bank-bank umum dapat terlihat seperti pada tabel 2.4 dan dengan mudah dapat kita mengerti dalam gambaran grafik tingkat suku bunga kredit seperti gambar 2.5 berikut ini: 34 TABEL 2.4 TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT BANK-BANK UMUM TahunBulan Skb Kredit U K TahunBulan Skb Kredit U K 2003;01 18.26 2004;07 13.99 2003;02 18.25 2004;08 13.84 2003;03 18.08 2004;09 13.8 2003;04 17.87 2004;10 13.64 2003;05 17.75 2004;11 13.57 2003;06 17.41 2004;12 13.41 2003;07 16.88 2005;01 13.4 2003;08 16.36 2005;02 13.37 2003;09 16.07 2005;03 13.31 2003;10 15.77 2005;04 13.31 2003;11 15.45 2005;05 13.2 2003;12 15.07 2005;06 13.36 2004;01 14.99 2005;07 13.42 2004;02 14.79 2005;08 13.4 2004;03 14.61 2005;09 14.51 2004;04 14.48 2005;10 15.18 2004;05 14.27 2005;11 15.92 2004;06 14.1 2005;12 16.23 Sumber : SEKI BI, 2005 GAMBAR 2.5 TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT Skb Kredit U K 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 20 03 ;0 1 20 03 ;0 4 20 03 ;0 7 20 03 ;1 20 04 ;0 1 20 04 ;0 4 20 04 ;0 7 20 04 ;1 20 05 ;0 1 20 05 ;0 4 20 05 ;0 7 20 05 ;1 Periode Ti ngk a t S u k u B unga K re di t 35

BAB III KAJIAN PUSTAKA

3.1 Tujuan Kajian Pustaka

Tujuan diadakannya kajian pustaka adalah untuk mendokumentasikan dan mengkaji hasil-hasil dari penelitian yang pernah ada pada area yang sama. Proses kajian pustaka akan menunjukkan fungsi dan kepentingan dalam penulisan penelitian. Diperolehnya beberapa penelitian yang sejenis pada area yang sama dapat diketahui pola hubungan antar penelitian, bermanfaatnya penelitian, ditemukannya kelebihan dan kelemahan sebagai sarana proses kesempurnaan kajian pada bidang yang sama tersebut, sekaligus menghindari duplikasi.

3.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya Pada Area yang Sama

Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti tentang KUK dan UKM penelitian tersebut antara lain: 1. Erwin 1998 “Penelitian Tentang Penyaluran KUK di Indonesia 1990- 1995” Penelitian tersebut ditulis dengan tema KUK dan UKM, tentang penyaluran KUK di Indonesia yang dilakukan dengan sampel yang diambil tahun 1990-1995. Variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah alokasi KUK di Indonesia, sedangkan variabel independen penelitian tersebut yaitu jumlah dana yang dihimpun bank, volume GDP. Menggunakan OLS dengan mencari tahu hubugan variabel independen tersebut terhadap variabel dependennya. Dalam penelitian tersebut juga menganalisis hubungan antara inflasi dengan tingkat suku bunga deposito. 36 Penelitian tersebut kemudian menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: a Variabel independen Jumlah dana yang dihimpun bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen alokasi KUK b Pada tingkat suku bunga deposito ternyata variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito, sehingga jumlah dana yang dihimpun tidak terpengaruh signifikan c Variabel independen GDP riil berpengaruh signifikan terhadap Variabel dependen alokasi KUK Penelitian diatas menggunakan data tahun 1990 sampai dengan tahun 1995, seperti yang telah kita ketahui penelitian diatas dilakukan sebelum terjadinya krisis ekonomi 1998. Dengan mengadakan penelitian yang serupa pada area yang sama paska krisis ekonomi 1998 diharapkan dapat memperbaharui informasi tentang KUK dan UKM, karena pada saat krisis ekonomi 1998 dikhawatirkan sektor riil termasuk didalamnya adalah KUK menjadi terhambat perkembangannya. Krisis ekonomi 1998 yang berpangkal pada krisis moneter sangat menghambat UKM dan alokasi KUK karena inflasi yang tinggi menyebabkan suku bunga kredit yang tinggi sehingga UKM diperkirakan akan terganggu. 2. Ngatiman 1998 “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Dana KUK Oleh Bank Pembangunan Daerah BPD D.I.Y 1985- 2002 “ Penelitian tersebut meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran KUK oleh bank BPD di Yogyakarta tahun 1985-2002. Variabel