Gejala objektif yang dirasakan partisipan 1 seperti mimisan, tengkuk sakit serta bau yang ditimbulkan dari ingus sekret yang keluar dari hidung partisipan
1 membuat beberapa aktifitas sehari-hari menjadi terganggu. Meskipun bau yang ditimbulkan dari hidung tersebut tidak selalu tercium oleh orang lain, malah
terkadang bau tersebut juga dirasakan partisipan 1 sendiri. “ ehm … paling bau kak, itupun kadang – kadang
W1R1A.1k.76-78hal.5
“ Yah, bauknya itu kadang bauuu kali, kadang hilang kak. Paling bau kalau ingus besarnya mau keluar.”
W1R1A.1k.80-83hal5
Gejala subjektif seperti pusing juga begitu mengganggu partisipan 1 beraktifitas terutama saat ia di sekolah. Dengan keadaan seperti ini menyebabkan
partisipan 1 tidak bisa menjalankan segala aktifitasnya dengan maksimal.
“ pokoknya kalau udah kumat kak, mau matilah sakit kali hidung ini, ke pipi –pipi pun terasa sakit, kening lah paling terasa, belum lagi pas ingus
besarnya mau keluar, ampun lah kak .” W1R1A.1k121-125hal 8
2. Penyesuaian Sosial Penderita Sinusitis Kronis a. Penyesuaian Sosial Di lingkungan Keluarga
Menurut partisipan 1, keluarga partisipan 1 termasuk keluarga besarnya om, tante tau uwak cukup heran dan terkejut saat pertama kali mengetahui kalau
partisipan 1 didiagnosa mengidap salah satu penyakit kronis yaitu sinusitis. Keluarga besar partisipan 1 heran dan terkejut karena sebelumnya tidak ada di
Universitas Sumatera Utara
keluarga yang mengidap penyakit seperti itu. Artinya Sinusitis bukan salah satu penyakit generatif.
“ reaksi orangtua saat mengetahui saya sakit sinusitis kronis yah terkejutlah, biasanya gak pernah ngalami mimisan, tiba – tiba kok mimisan
gitu . . terus hidung bau ingus busuk gitu kak. Adek aja mau muntah kalo udh terasa gak enak di hidung
W1R1P.1k.92-105hal.6-7 “ Heran ya pasti, kenapa bisa kan trus bahas tentang pengobatan
sinusitislah kak, dari yang alternative sampe operasi. “ W1R2P.1k.269-272hal16
Namun meskipun partisipan 1 adalah satu-satunya anak yang menderita penyakit sinusitis di keluarganya, hubungan partisipan 1 dengan anggota
keluarganya seperti orangtua serta adik-adiknya cukup baik. partisipan juga mengaku kalau keluarganya begitu perhatian dengan kondisi ia saat ia sakit.
Bentuk perhatian yang diberikan oleh keluarga partisipan 1 terutama orangtuanya seperti mengajak responden checkup kedokter.
“ kalok sekarang, itulah kak, diajak orangtua checkup kan ke rumah sakit, makanya di suruh operasi kemaren tuh”.
W3R1P.1k.435-438hal25
Partisipan 1 juga menuturkan bahwa pasti ada sedikit rasa cemburu dari adiknya, namun masalah tersebut bukan karena penyakit yang diderita partisipan
1 melainkan karena memang ayah partisipan 1 lebih sayang kepadanya. Namun hal tersebut tidak menimbulkan masalah yang begitu berarti yang sampai
membuat hubungan ia dengan adiknya menjadi tidak harmonis, meskipun
Universitas Sumatera Utara
terkadang partisipan 1 mendapatkan perhatian lebih dari orangtuanya terutama dari ayahnya.
“ Karena adek-adek masih belum pala paham ya kak mungkin, jadi biasa aja sih, kan perhatiannya juga gak berlebihan
W1R1P.1k.282-285hal17 “ Tapi kasih sayang ke adek lebih la dikit hihi “
W4R1P.1k.831-832hal47 “Banyak deng, kalo dari ayah”
W4R1P.1k.834-837hal47
Partisipan 1 mendapatkan perhatian lebih dari ayahnya, karena menurut partisipan 1, ia anak yang paling di sayang oleh ayahnya. Jadi saat ia sakit
maupun tidak sakit ayahnya selalu membelikan apa saja yang ia inginkan. Ayah partisipan 1 juga begitu sayang kepadanya terlihat saat partisipan 1 disuruh
operasi, ayahnya begitu keukeh mempertahankan agar anaknya tidak di operasi melainkan mengikuti pengobatan lain tanpa melalui operasi.
“ Gak mau ayah kak, masih kecil menurut ayah, terus gak mau dia adek digitui ee sampe operasi, kalau bisa katanya cari pengobatan lain la yang
gak bahaya, seram kali operasi kak katanya “ W3R1P1k441-443hal26
Menurut penuturan partisipan 1 ayahnya tak ingin anaknya menggunakan alat-alat media yang cukup berbahaya bagi keselamatan anaknya .
b. Penyesuaian Sosial Di lingkungan Sekolah