Penyesuaian Sosial Di lingkungan Sekolah

terkadang partisipan 1 mendapatkan perhatian lebih dari orangtuanya terutama dari ayahnya. “ Karena adek-adek masih belum pala paham ya kak mungkin, jadi biasa aja sih, kan perhatiannya juga gak berlebihan W1R1P.1k.282-285hal17 “ Tapi kasih sayang ke adek lebih la dikit hihi “ W4R1P.1k.831-832hal47 “Banyak deng, kalo dari ayah” W4R1P.1k.834-837hal47 Partisipan 1 mendapatkan perhatian lebih dari ayahnya, karena menurut partisipan 1, ia anak yang paling di sayang oleh ayahnya. Jadi saat ia sakit maupun tidak sakit ayahnya selalu membelikan apa saja yang ia inginkan. Ayah partisipan 1 juga begitu sayang kepadanya terlihat saat partisipan 1 disuruh operasi, ayahnya begitu keukeh mempertahankan agar anaknya tidak di operasi melainkan mengikuti pengobatan lain tanpa melalui operasi. “ Gak mau ayah kak, masih kecil menurut ayah, terus gak mau dia adek digitui ee sampe operasi, kalau bisa katanya cari pengobatan lain la yang gak bahaya, seram kali operasi kak katanya “ W3R1P1k441-443hal26 Menurut penuturan partisipan 1 ayahnya tak ingin anaknya menggunakan alat-alat media yang cukup berbahaya bagi keselamatan anaknya .

b. Penyesuaian Sosial Di lingkungan Sekolah

Selama partisipan 1 mengidap penyakit sinusitis kronis tersebut, banyak reaksi dari orang lain yang terkadang membuat partisipan 1 merasa minder dan Universitas Sumatera Utara sedih. Terkadang partisipan 1 meneteskan air mata karena tidak sanggup menahan sakit dengan respon-respon dari teman-temannya. Partisipan 1 hanya berani menceritakan kejadian yang ia alami di sekolah maupun di rumah dengan ibunya . Partisipan 1 juga suka menulis di diary tentang kejadian yang ia alami sehari-hari, termasuk saat salah satu dari temannya mengejeki ia karena bau yang ditimbulkan dari sakit sinusitis tersebut. “ Sama mamak paling kak, kalo gak tulis diary, kadang-kadang nangis sendiri digitui orang itu.” W2R1P.1k391-393hal 22 “Lebih nyaman kak, kalau cerita sama orangtua atau menulis diary, sepala bagus diam-diam aja biar gak jadi beban fikiran “ W4R1P.1k805-810hal 45 Di dalam lingkungan sekolah partisipan 1 mengaku mempunyai hambatan saat berinteraksi dengan teman-teman. Terutama sama teman yang kurang mengerti akan kondisinya dan suka mengejek atau menjauh dari partisipan 1 karena penyakitnya tersebut. Dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut, saat ingin bergaul dengan teman-teman partisipan melihat situasi yang pas dimana kebanyakan orang sudah tau dengan kondisi ia yang seperti itu dan dengan orang yang sudah cukup paham tentang kondisi ia. Paling tidak, partisipan 1 tidak menerima hinaan baru dari orang baru kepadanya. “Susah cari kawan, gak ada yang mau duduk sebangku, kemana-mana sendiri, kalo di rumah kadang-kadang ikut nongkrong malam minggu kan, ya gitu dikacangi, ya paling ikut ketawa-ketawa aja, ee jarang la main” W3R1P.2k.866-870 Universitas Sumatera Utara “ Yah paling lihat-lihat situasi kak, kalo pas di sekolah misalnya, pas bauk pasti rata-rata gak enak gitu, walaupun kadang-kadang orang itu nyantai aja, mungkin karena udah biasa cium bauk ya kan jadi adek pura-pura gak tau. Kalo di rumah, paling pas lagi malam minggu aja kumpul-kumpul, itupun gak lama-lama kan, tapi adek lihat-lihat gak heboh orang itu soal bauk. Ntah gak ngerasai, ntah karena gak open “ W1R1P.2k180-200hal 11 Partisipan 1 juga hanya bisa diam dan bersabar menanggapi komentar dari teman – temannya. Partisipan 1 merasa sedih karena temannya suka menghina ia dan terkadang menjauh darinya. Namun Partisipan 1 menganggapinya dengan bersabar dan tidak merespon teman-teman yang menghinanya. “ Diam ajalah kak, bersabar. Kalo udah palk-palak, adek bilang “diamlah mulutmu, bising” pokoknya ntah apa-apalah kalo udah kesal “ W2R1P.2k.316-319hal18 “ Sedih kak, orang itu kalo ada butuhnya baek-baek, kalo gak ada butuhnya macam gak kenal “ W2R1P.2k323-329hal19 Partisipan 1 sadar diri menanggapi beberapa reaksi dari teman di sekolahnya. Partisipan 1 juga mengaku bahwa hubungan ia dengan komponen sekolah seperti pegawai sekolah dan guru kurang baik. Partisipan 1 merasa bahwa meskipun salah seorang guru mengetahui kondisinya, tetap saja guru tersebut tidak memperdulikannya dan tidak pernah bertanya mengenai kondisinya atau memberikan sedikit perhatian kepadanya. “Sebenernya biasa aja sih kak, ee bisa juga dibilang buruk, karena gak ada juga guru yang di kenal dan gak ada juga yang peduli, biasa-biasa aja la” W4R1P.2k.844-848hal.47 Universitas Sumatera Utara “Namanya gak ada ada kawan, gak di kenal guru, pegawai gak ada yang peduli lengkaplah” W3R1P.2k850-853 Selain dihina, dijauhi oleh beberapa temannya, partisipan 1 mengaku kalau ia mempunyai teman yang peduli dengan kondisinya serta perhatian kepadanya. Beberapa bentuk perhatian yang diberikan temannya seperti memberikan semangat agar cepat sembuh dan memberikan nasehat agar bau yang keluar dari hidung partisipan 1 tidak begitu menyengat. “ yah paling nyemangati biar cepet sembuh, gitu aja sih. “ W1R1P.2k.160-163hal10 “Paling nasehatilah kak, jangan makan ini, ato besok pake masker kau, biar gak kena debu jadi gak bauk hidungmu, gitu – gitu sih kak “ W1R1P.2k166-169hal10 “ Ya gitu jugala kak, bilangi “berobat la kau”, pakai masker, gitu gitu, udah adek bilang udah berobat, ee . .kadang-kadang mau juga dia bilang bau” W4R1P.2k.664-668hal38 Namun, partisipan 1 juga menuturkan bahwa teman akrabnya itu menurutnya mau berteman dengannya dikarenakan ia memiliki nasib yang sama dengan partisipan 1, yaitu tidak mempunyai teman. “ ia kak, itupun adek rasa mau bekawan sama adek karena terpaksa” W4R1P.2k.654-657hal38 “ Diapun gak ada kawannya,makanya diamau bekawan sama adek” W4R1P.2k.660-661hal38 Universitas Sumatera Utara Terkadang teman akrab di sekolah itupun, mau mengatakan kalau hidung partisipan 1 bau. Hal tersebut membuat partisipan 1 merasa sedih . “ Ya gitu jugala kak, bilangi “berobat la kau”, pakai masker, gitu gitu, udah adek bilang udah berobat, ee . .kadang-kadang mau juga dia bilang bau” W4R1P.2k.664-668hal38 “ sedih la, teman satu-satunya bilang gitu “ W4R1P.2k672-675hal 39 Partisipan 1 juga mengaku hubungan ia dengan teman-teman di sekolah sedikit teranggu akibat aroma dari hidung yang kurang sedap yang bisa dirasakan oleh teman-teman partisipan 1. Partisipan 1 merasa ketika aroma dari hidung yang kurang sedap membuat ekspresi dari temannya menjadi tidak enak. partisipan 1 merasa beberapa temannya kebauan, namun tidak berani mengatakan kepadanya karena segan. “ Ialah kak, adek bau, jijik mungkin orang itu, orang itu perpect sok kecantikan, taunya ngeje’i orang aja” W2R1A.1k297-299hal17 “ soalnya pas kalau cuaca panas kadang-kadang baunya timbul, jadi temen – temen agak gak enak gitu mukaknya kalo pas bau hidung adek “ W1R1P2k.136-139hal 9 “ kayaknya mereka kebauan gitu kak, cuma mungkin segan sama adek “ W1R1P.2k.141-144hal 9 Dampak dari sinusitis kronis yang dialami partisipan 1 membuat aktifitasnya menjadi terganggu akibat beberapa gejala yang bisa muncul kapan saja dan dimana saja tanpa ia ketahui. Sehingga ketika gejala tersebut muncul Universitas Sumatera Utara tanpa bisa diprediksi membuat partisipan 1 terkadang tidak bisa menjalankan aktifitasnya sehari-hari. “ mengganggu lah Bayangkan aja kak, mau belajar gak konsen, mau beraktivitas pun jadi malas W1R1P.2k.116-119hal 7-8 “Menggangu la, tapi yang mengganggu cuma ingusannya doank, soalnya kan meler-meler terus bau juga “ W4R1A.1k.597-599hal 35 Partisipan 1 juga mengakui bahwa sinusitis tersebut mengganggu ia dalam berktivtas di sekolah. Partisipan 1 mengaku tidak ada mengikuti aktifitas di sekolah karena sakit sinusitis kronis tersebut yang terkadang menimbulkan mimisan dan membuat kepala pening. “ ganggu sih pasti yah, cuma emang gak pengen ikut-ikut kegiatan yang ada di sekolah” W1R1P.2k.206-209hal12 “capek la kak, udah belajar, sakit-sakit gini kan pening kepala, malas kali kalau ikut kegiatan lagi ee tapi dulu sempat ikut pramuka” W4R1P.2k.679-682hal39

c. Penyesuaian Sosial Di lingkungan Masyarakat