a. Remaja Awal Early adolescence
Sub tahap ini ditunujukan untuk individu yang berusia 11-14 tahun . Umumnya sama dengan siswa yang duduk di bangku sekolah menengah pertama
dan individu ini tengah mengalami banyak perubahan untuk pubertas.
b. Remaja Akhir Late Adolescence
Sub tahap ini ditunjukan unutk individu yang berusia 15-19 tahun. Umumnya sama dengan siswa yang duduk di sekolah menengah atas atau mahasiswa pada
awal perkuliahan. Dalam sub tahap ini muncul minat yang lebih nyata untuk karir, pacaran, dan ekplorasi identitas .
Yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah individu dalam sub tahap remaja akhir yang mengalami transisi menuju dewasa.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Havighurst dalam Hurlock, 1999 ada beberapa tugas perkembangan
pada masa remaja, yaitu:
a.
Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik laki-laki maupun perempuan.
b.
Mencapai peran sosial laki-laki dan perempuan.
c.
Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
d.
Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab.
e.
Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa
lainnya.
f.
Mempersiapkan karir ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
g.
Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h.
Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi. D. Penyesuaian Sosial Pada Remaja Penderita Sinusitis Kronis
Schneiders 1964 menjelaskan bahwa penyesuaian sosial merupakan proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan
diri dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri dan dapat diterima oleh lingkungannya. Schneiders 1964 juga menyebutkan bahwa penyesuaian sosial
sebagai kemampuan individu untuk bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas sosial, situasi, dan hubungan sehingga tuntutan atau kebutuhan
dalam kehidupan sosial terpenuhi dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan.
Hurlock 1999 menyatakan bahwa penyesuaian sosial yang berhasil akan menuju pada kondisi mental yang baik dalam arti mampu memecahkan
masalahnya dengan cara realistis, menerima dengan baik sesuatu yang tidak dapat dihindari, memahami secara obyektif kekurangan orang lain yang bekerja dengan
dirinya. Perkembangan kognitif pada remaja akhir menurut Santrock 2003 dimana remaja seharusnya sudah mampu memecahkan masalah-masalah yang
rumit dan memiliki kemampuan untuk berfikir multidimensi. Masa akhir remaja juga mulai memikirkan karir, pacaran, dan eksplorasi identitas, sering mengalami
ketidakstabilan emosi dari waktu ke waktu sebagai konskuensi dari usaha penyesuaian seorang remaja pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
Hurlock, 1999 menjelaskan bahwa pada masa remaja akhir, emosi disalurkan
Universitas Sumatera Utara
dengan cara-cara yang lebih dapat diterima, individu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional.
Penyesuaian sosial dikatakan baik ketika seorang remaja dapat melakukan penyesuaian sosial terhadap keluarga, sekolah serta dilingkungan masyarakat
dengan baik Schneiders, 1964. Penyesuaian yang berhasil memerlukan beberapa tindakan yang harus dilakukan secara terus menerus, meminimalkan keterbatasan
yang dimiliki, mempertahankan hubungan dengan orang lain, menghindari distress emosional serta mempertahankan kualitas hidup Edward, dalam
Sarafino, 2011. Remaja yang memiliki penyesuaian sosial yang baik akan berkembang menuju pribadi yang dewasa, yaitu dapat menyesuaikan diri dengan
nilai-nilai masyarakat, seperti hukum, kebiasaan-kebiasaan, tradisi-tradisi, dan mampu berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan sosial Schneiders, 1964.
Penyesuaian sosial seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ialah kondisi fisik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
meliputi konstitusi fisik serta kesehatan. Kondisi fisik serta kesehatan yang kurang baik, dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dapat diterima di
lingkungannya Schneider, 1964. Menurut American Academy of Pediatrics 1993, kondisi kesehatan kronis merupakan suatu penyakit atau cacat yang
diderita dalam waktu lama dan memerlukan perhatian dalam bidang kesehatan dan perawatan khusus dibandingkan dengan anak normal seusianya, baik dalam
perawatan di rumah sakit, maupun perawatan kesehatan di rumah. Fenomena di lingkungan sekitar salah satunya adalah remaja penderita
sinusitis kronis. Sinusitis kronis merupakan inflamasi mukosa sinus paranasal
Universitas Sumatera Utara
yang berlangsung lebih dari 3 bulan Arsyad, Efiaty, dkk, 2007. Remaja dalam kondisi kesehatan dengan penyakit kronis akan berbeda dengan remaja pada
umumnya. Mereka hidup dengan penyakit hampir di sepanjang kehidupannya. Meskipun remaja yang memiliki penyakit kronis terkadang memiliki kemampuan
sosial yang baik, mereka cenderung mengambil bagian kecil dalam aktivitas di luar rumah Sawyer, Couper, Martin, Kennedy, 2003.
Beberapa gejala yang akan timbul dari penyakit sinusitis kronis seperti, hidung tersumbat, demam, secret mukopurulen yang sering turun ke tenggorokan.
Lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok akan menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia yang bisa menimbulkan secret
kental berbau busuk yang bisa dirasakan oleh orang sekitar kita Arsyad, Efiaty, dkk, 2007. Penderita sinusitis kronis ini biasanya putus asa, karena lebih sering
sakit. Mereka akan memiliki masalah selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Berbagai bentuk pengobatan tidak akan membantu untuk waktu
yang lama Jovce, 2003. Dapat disimpulkan bahwa penyesuaian sosial pada remaja penderita
penyakit kronis dapat diterima dan memuaskan ketika remaja mampu beraksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas sosial, situasi dan hubungan
sehingga tuntutan atau kebutuhan dalam kehidupan sosial terpenuhi meskipun dengan penyakit kronis sinusitis yang diderita remaja saat ini.
Universitas Sumatera Utara
E. Paradigma Teoritis