Selain itu, penggunaan alat perekam tape recorder memungkinkan peneliti untuk lebih berkonsentrasi pada apa yang dikatakan oleh partisipan, alat perekam
dapat merekam nuansa suara dan bunyi saat wawancara seperti tawa, desahan secara tajam Padget, 1998. Penggunaan alat perekam ini dilakukan dengan
terlebih dahulu meminta izin atau persetujuan dari partisipan.
2. Pedoman Wawancara
Penelitian ini menggunakan pedoman umum wawancara. Peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang mencantumkan isu-isu yang akan diteliti oleh peneliti.
Pedoman wawancara dibuat untuk mengingatkan peneliti mengenai informasi yang ingin diperoleh dari partisipan, sekaligus menjadi daftar pengecek checklist
apakah aspek-aspek yang mengukur penyesuaian sosial dalam teori sudah dibahas atau dinyatakan Poerwandari, 2007.
Menurut Poerwandari 2007 penggunaan pedoman wawancara semata-mata berfungsi untuk memuat pokok-pokok pertanyaan yang diajukan, yaitu open-
ended question, yang bertujuan menjaga arah wawancara tetap sesuai dengan tujuan penelitian.
G. Kredibilitas Penelitian
Kredibilitas adalah istilah yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menggantikan konsep validitas. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada
keberhasilannya mencapai maksud, mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang
Universitas Sumatera Utara
kompleks. Konsep kredibilitas juga harus mampu mendemonstrasikan bahwa untuk mempotret kompleksitas hubungan antar aspek tersebut, penelitian
dilakukan dengan cara tertentu yang menjamin bahwa subjek penelitian diidentifikasi dan dideskripsikan secara jelas Poerwandari, 2007.
Kredibilitas penelitian ini nantinya terletak pada keberhasilan peneliti dalam mengungkapkan penyesuaian sosial pada remaja yang menderita sinusitis kronis
dilihat dari aspek-aspek penyesuaian sosial serta faktor penyesuaian sosial. Menurut Sarantakos Poerwandari, 2007 ada empat jenis validitas yang
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu validitas kumulatif, validitas komunikatif, validitas argumemtatif dan validitas ekologis. Dalam penelitian ini
akan digunakan validitas komunikatif dan validitas argumentatif. Validitas komunikatif diperoleh melalui konfirmasi kembali, data dan analisis pada
responden penelitian. Sedangkan validitas argumentatif diperoleh ketika presentasi temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan baik rasionalnya, serta
dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah.
H. Prosedur Penelitian 1.
Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan penelitian, peneliti menggunakan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian Moleong, 2006 yaitu sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Mengumpulkan data
Peneliti mencari informasi dan teori mengenai penyesuaian sosial pada remaja serta teori mengenai penyakit sinusitis kronis.
b. Menyusun pedoman wawancara
Pedoman wawancara disusun berdasarkan teori yang digunakan yaitu Schneider, 1964 tentang penyesuaian sosial serta aspek-aspek yang
mempengaruhi penyesuaian sosial, seperti penyesuaian sosial terhadap keluarga, sekolah serta di lingkungan masyarakat serta teori mengenai penyakit sinusitis
kronis. Setelah mendapatkan landasan teori, peneliti mulai menyusun pedoman wawancara dengan membuat sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan
topik penelitian. Setelah pedoman wawancara disusun, peneliti melakukan professional judgement dengan dosen pembimbing. Setelah itu, peneliti
melakukan percobaan dengan mengajukan pertanyaan ke beberapa mahasiswa untuk melihat efektifitas pedoman wawancara dan memeriksa kembali apakah
tujuan yang ingin dicapai telah terpenuhi. Selanjutnya, hasil akhir dari pedoman wawancara yang tersusun dan disetujui oleh dosen pembimbing dapat dibaca pada
lampiran. Pedoman wawancara ini dibuat agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian.
c. Membuat informed consent Pernyataan pemberian izin oleh responden
Pernyataan ini dibuat sebagai bukti bahwa responden telah menyepakati bahwa dirinya akan berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini tanpa
Universitas Sumatera Utara
adanya paksaan dari siapa pun. Peneliti menjelaskan tentang penelitian ini beserta dengan tujuan dan manfaat penelitiannya.
d. Mempersiapkan alat-alat penelitian
Alat-alat yang dipersiapkan agar mendukung proses pengumpulan data seperti alat perekam, alat untuk mencatat, seperti alat tulis dan kertas, serta
pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya. e.
Persiapan untuk mengumpulkan data Peneliti mencari informasi tentang calon partisipan penelitian ke rumah
sakit di Medan untuk memperoleh data mengenai pasien sinusitis yang berusia 15- 19 tahun. Instansi-instansi tersebut yakni Rumah sakit Haji Adam Malik dan
Rumah Sakit Pringadi. Namun untuk Rumah Sakit Haji Adam Malik peneliti mengalami hambatan dalam mengurus perizinan, sehingga kemudian peneliti
berinisiatif untuk menunggu pasien di ruang tunggu rumah sakit bagian spesialis THT. Setelah beberapa kali mendatangi Rumah Sakit Haji Adam Malik dan tak
kunjung mendapatkan partisipan yang sesuai, peneliti berinisiatif untuk mencari responden ke Rumah Sakit Pringadi .
Peneliti menemui salah satu dokter spesialis THT di Rumah Sakit Pringadi dan meminta bantuan untuk memberikan informasi mengenai pasien
penderita sinusitis kronis. Namun setelah 2 bulan lebih tidak kunjung ada pasien penderita sinusitis kronis yang berusia 15-19 tahun. Oleh karena itu, peneliti
meminta bantuan kepada rekan-rekan yang berada dibidang kesehatan untuk membantu peneliti mencari pasien penderita sinusitis kronis. Hingga pada
akhirnya didapatkan partisipan yang berada di Kisaran serta Lubuk Pakam.
Universitas Sumatera Utara
Setelah menentukan calon partisipan yang sesuai, peneliti segera meminta kesediaan mereka untuk turut berpartisipasi dalam penelitian dan menjelaskan
tentang penelitian yang dilakukan.. f.
Membangun rapport dan menentukan jadwal wawancara
Setelah memperoleh kesediaan dari partisipan penelitian, melalui
ditandatanganinya surat pernyataan kesediaan oleh partisipan informed consent, peneliti membuat janji bertemu dengan partisipan dan berusaha membangun
rapport yang baik dengan partisipan. Peneliti melakukan rapport dengan partisipan 1 sebelum melakukan wawancara. Pada partisipan 2, peneliti
melakukan rapport saat wawancara pertama. Setelah itu, peneliti dan partisipan penelitian menentukan dan menyepakati waktu untuk pertemuan selanjutnya
untuk melakukan wawancara penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Memastikan ulang waktu dan tempat wawancara
Sebelum wawancara dilakukan, peneliti memastikan ulang waktu dan tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan partisipan. Hal ini dilakukan
sehari sebelum wawancara dilakukan dengan tujuan agar memastikan partisipan dalam keadaan sehat dan tidak berhalangan dalam melakukan wawancara.
b. Informed Consent
Sebelum melakukan wawancara, peneliti meminta partisipan untuk menandatangani “Lembar Persetujuan Wawancara” yang menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
partisipan mengerti tujuan wawancara, bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan, mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian sewaktu-
waktu serta memahami bahwa hasil wawancara adalah rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
c. Melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara
Setelah partisipan menandatangani “Lembar Persetujuan Wawancara”, lalu peneliti mulai melakukan proses wawancara berdasarkan pedoman wawancara
yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti menggunakan pedoman wawancara moderately scheduled interview, dimana setiap peneliti memiliki daftar
pertanyaan beserta beberapa pertanyaan probing yang mungkin dilakukan. Keuntungan dari pedoman wawancara tipe ini adalah pewawancara dan situasi
Stewart Cash, 2000. Peneliti juga melakukan beberapa kali wawacara untuk mendapatkan hasil dan data yang maksimal.
d. Melakukan analisa data
Peneliti menganalisa data yang didapat dari hasil wawancara. Analisa ini berguna untuk mengklarifikasi dan menerangkan jawaban subjek sehingga lebih
ringkas dan jelas. e.
Menarik Kesimpulan, membuat diskusi dan saran
Setelah analisa data selesai, peneliti menarik kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan. Setelah itu, peneliti memberikan saran-saran sesuai
dengan kesimpulan dan data hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3. Tahap Pencatatan Data
Peneliti menggunakan wawancara sebagai teknik pengumpulan data. Disini, peneliti menggunakan alat bantu perekam untuk membantu agar pencatatan data
yang diperoleh tidak ada yang terlewatkan dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta izin kepada partisipan untuk
merekam wawancara yang akan dilakukan dengan alat perekam.
I. Metode Analisa Data
Beberapa tahapan dalam menganalisis data kualitatif menurut Poerwandari 2007, yaitu :
1. Organisasi Data
Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, data yang sudah diproses sebagiannya
transkrip wawancara, catatan refleksi peneliti, data yang sudah ditandaidibubuhi kode-kode khusus dan dokumentasi umum yang kronologis mengenai
pengumpulan data dan langkah analisis.
2. Koding dan Analisis
Setelah melakukan organisasi data, peneliti melakukan koding dan analisis. Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang
diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan
lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Koding dan analisa, dilakukan
Universitas Sumatera Utara
dengan menyusun transkrip verbatim atau catatan lapangan sehingga ada kolom kosong yang cukup besar di sebelah kanan transkrip untuk tempat kode-kode atau
catatan tertentu, kemudian secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip, lalu memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan
kode tertentu.
3. Pengujian Terhadap Dugaan
Peneliti kemudian melakukan pengujian terhadap dugaan. Dugaan adalah kesimpulan sementara. Dengan mempelajari data peneliti mengembangkan
dugaan-dugaan yang juga merupakan kesimpulan-kesimpulan sementara. Dugaan yang dikembangkan tersebut juga harus dipertajam dan diuji ketepatannya.
Dugaan peneliti yaitu remaja yang menderita sinusitis kronis akan mengalami hambatan dalam melakukan penyesuaian sosial. Berbagai perspektif harus
disesuaikan untuk memungkinkan keluasan analisis serta mengecek bias-bias yang tidak disadari oleh peneliti.
4. Strategi Analisis
Patton 1990 menjelaskan bahwa proses analisis dapat melibatkan konsep- konsep yang muncul dari jawaban atau kata-kata responden sendiri maupun
konsep-konsep yang dikembangkan atau dipilih peneliti untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis.
Universitas Sumatera Utara
5. Tahapan Interpretasi
Kvale 1996 menjelaskan bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai
apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui perspektif tersebut. Proses interpretasi memerlukan upaya pengambilan jarak distansi dari data,
dicapai melalui langkah-langkah metodis dan teoritis yang jelas serta melalui memasukkan data ke dalam konteks konseptual yang khusus.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DATA DAN INTERPRETASI