sapu tangan yakan, buang ingus biar gak pala bau kali hidung ini, itu ajanya kak “
W1R2P.3k.333-347hal 20
Terkadang partisipan 2 juga merasa minder serta malu dengan kondisinya. Perasaan minder begitu ia rasakan ketika ia harus bertemu dengan teman dari
pacarnya. Meskipun perasaan tersebut bisa ia tutup-tutupi, partisipan 2 juga merasa malu karena menurut partisipan 2 sinusitis kronis ini bukan suatu
kelebihan. “Kalau ditanya ngerasa ya ngerasalah . . minder paling kalau pas sama temen-
temen pacar, kalau malu ee yah malu juga sih . .orang gak kayak akau, akau ya ginilah . .”
W2R2P.3k.574-578hal 33
C. ANALISA DAN PEMBAHASAN RESPONDEN 2
Menurut penuturan partisipan 2, keluarganya orangtua dan adik laki-lakinya memberikan tanggapan cukup baik akan kondisinya serta memberikan perhatian
kepada partisipan 2. Orangtua partisipan tetap melakukan proses penyembuhan ke rumah sakit seperti melakukan penyedotan dibagian hidung partisipan, sambil
menunggu partisipan 2 cukup umur untuk melakukan tindakan operasi. Bentuk perhatian atau kepedulian lainnya dari orangtua partisipan 2 kepadanya seperti
mengingatkan partisipan 2 untuk minum obat dan makan tepat waktu agar penyakit sinusitis kronis yang diidap partisipan 2 dapat segera membaik dan
sakitnya berkurang. Semua hal tersebut membuat partisipan 2 dapat melalui waktunya meskipun dengan kondisi penyakit sinusitis kronisnya. Berg
Upchurch, Miller Cafasso, dalam Sarafino 2011 menyebutkan bahwa sumber
Universitas Sumatera Utara
utama dukungan sosial bagi kebanyakan orang yang sakit biasanya berasal dari keluarga mereka. Faktor lingkungan keluarga tersebut yang membuat partisipan 2
dapat dengan baik melakukan penyesuaian sosial. Selama partisipan 2 mengidap penyakit sinusitis kronis tersebut, adik
partisipan cukup mengerti dengan kondisinya saat ini. Partisipan 2 mengungkapkan bahwa adiknya tidak pernah merasa cemburu meskipun sesekali
karena abangnya mendapat perhatian lebih dari orangtuanya. Terkadang adiknya merasa lebih beruntung daripada abangnya karena abangnya mengidap sebuah
penyakit kronis. Hal tersebut menyebabkan partisipan 2 terkadang merasa sedih ketika adiknya mengatakan kalau partisipan 2 penyakitan, tidak sehat seperti
adiknya. Secara emosional, partisipan 2 merasa tidak begitu dekat dengan anggota di keluarganya. Partisipan 2 merasa semua orang di rumahnya seperti mama,
bapak dan adiknya sama saja. Hurlock 1999 menjelaskan bahwa remaja umumnya memiliki kondisi emosi yang labil, tidak terkendali dan tampak
irasional. Hal tersebut membuat partisipan 2 secara emosional tidak memilki kedekatan dengan salah satu anggota keluarganya. Penyebab lainnya karena
orangtua partisipan 2 menjalankan aktifitasnya masing-masing dan jarang memberikan perhatian lebih kepada anak-anaknya. Begitupula dengan anaknya,
tidak begitu menjunjukkan kepeduliannya dengan aktifitas dari kedua orang tuanya.
Meskipun semua aktivitas di sekolah seperti, bola, volley, tenis meja bisa dijalankan dengan baik namun partisipan 2 juga mengatakan bahwa selama ia
mengidap penyakit sinusitis kronis tersebut, partisipan 2 memiliki banyak
Universitas Sumatera Utara
hambatan seperti bergaul dengan orang lain sebelum partisipan 2 membuat temannya mengerti dan paham akan kondisinya. Tuntutan dan realitas kehidupan
sosial di sekolah akan bereaksi secara berbeda-beda oleh masing-masing siswa, tergantung kemampuan penyesuaian sosial yang dimilikinya. Schneiders 1964
mengemukakan bahwa penyesuaian sosial yang dituntut dalam kehidupan sekolah, dengan tidak mempertimbangkan kebutuhan akademik, tidak jauh
berbeda dengan penyesuaian sosial di lingkungan rumah dan keluarga, walaupun setiap individu akan bereaksi secara berbeda terhadap keduanya. Namun
partisipan 2 tetap dapat mengatasi beberapa hambatan selama mengidap penyakit sinusitis kronis seperti saat ingusan dengan membawa sapu tangan kemana saja
dan selalu mengkonsumsi air putih ketika partisipan 2 merasa pusing. Selama partisipan 2 mengidap penyakit sinusitis, partisipan 2 mengaku
hubungannya dengan teman-teman di sekolahnya baik. Menurut partisipan 2 teman-temannya mau mengerti kondisinya saat ini dengan penyakit sinusitis
kronis karena partisipan 2 bersifat terbuka dengan menjelaskan beberapa gejala seperti saat hidungnya bau, itu semua disebabkan karena penyakit sinusitis
tersebut, bukan karena partisipan 2 bau. Menurut Eysenk dalam Pervin 2001, individu yang penyesuaian diri di lingkungan baik adalah individu yang aktif,
bersifat terbuka, serta mudah bergaul. Beberapa hal tersebut merupakan salah satu faktor yang membuat partisipan 2 dapat melakukan penysuaian sosial dengan
baik. Jadi teman-teman partisipan 2 tidak lagi menghina kondisi partisipan 2 dan partisipan 2 pun menerima dirinya dengan penyakit sinusitis kronis tersebut
sehingga ia dapat dengan mudah bergaul dengan teman lainnya. Sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
tugas perkembangan menurut Havighurst, dalam Hurlock 1999, menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif merupakan salah satu kunci
keberhasilan pada remaja untuk dapat menjalankan segala aktifitasnya agar dapat berinteraksi dengan oranglain tanpa ada perasaan malu dengan kondisi kesehatan
yang kurang baik. Hubungan partisipan 2 dengan pegawai serta guru-guru yang ada di
sekolahnya pun baik, akan tapi partisipan 2 mengatakan bahwa hubungannya baik-baik saja karena menurut partisipan 2 guru-guru maupun pegawai di
sekolahnya tidak mengetahui bahwa ia mengidap penyakit sinusitis kronis. Individu yang mampu menciptakan relasi yang sehat dengan orang lain seperti
teman serta komponen sekolah, mengembangkan persahabatan, berperan aktif dalam kegiatan sekolah dan sosial, serta menghargai nilai-nilai yang berlaku
dimasyarakat merupakan individu yang penyesuaian sosialnya dapat dikatakan baik Schneider, 1964.
Teman-teman partisipan 2 melihat kondisi partisipan 2 dengan beberapa gejala yang ada seperti bau busuk yang ditimbulkan dari hidung partisipan 2, saat
belum mengetahui bahwa bau tersebut karena penyakit sinusitis kronisnya reaksinya banyak teman-teman partisipan 2 yang mengatakan kalau partisipan 2
bau. Ada juga yang mengejeki responden 2 dengan kondisinya yang membuat partisipan 2 merasa emosi dan terkadang melawan setiap perkatan yang menghina
dirinya. Namun setelah partisipan 2 menjelaskan kepada temannya, temannya pun mengerti dan partisipan 2 pun tidak merasa khawaitr orang tidak mau
berteman dengannya. Individu yang lebih matang secara emosional akan lebih
Universitas Sumatera Utara
mudah melakukan penyesuaian sosial dibandingkan dengan individu yang kurang matang, karena ia mampu mengendalikan diri dan bereaksi lebih tepat dan sesuai
situasi yang dihadapi Schneider, 1964. Dengan bersikap dewasa serta mampu mnegendalikan emosi dengan menjelaskan semua kondisinya kepada temannya,
partisipan 2 pun sudah tida menerima ejekan dari teman-teman yang ada di lingkungannya. Partisipan 2 mengaku bahwa partisipan 2 tidak mendapatkan
perhatian dari teman-temannya di sekolah karena partisipan 2 tidak mau menunjukkan kondisinya saat gejala sinusitisnya seperti pusing kambuh karena
partisipan 2 merasa pusing tersebut hal yang biasa dan tidak begitu membutuhkan perhatian yang lebih.
Partisipan 2 juga mengaku tidak merasa kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan masyarakat meskipun dengan kondisi
partisipan 2 saat ini. Partisipan 2 juga aktif mengikuti aktifitas di lingkungan masyarakat seperti wirid, kenduri dan gotong royong. Bau hidung dan beberapa
gejala lain dari sinusitis kronis yang dialami partisipan 2 tidak membuat partisipan 2 kesulitan mencari teman atau meminta bantuan kepada orang lain. partisipan 2
mengaku semua orang mengerti kondisinya dengan gejala bau yang timbul tersebut karena ia menjelaskan kalau itu efek dari penyakit sinusitis kronis yang
dialaminya. Penerimaan dan penghargaan secara baik dari orang-orang di lingkungan terhadap diri remaja, mendasari adanya pribadi yang sehat, citra diri
positif dan adanya rasa percaya diri remaja Mappiare, 1982. Hal tersebut yang membuat partisipan 2 bisa melakukan penyesuaian sosial dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Berne et al 1990 tanggapan dari oranglain dapat meningkatkan kesehatan atau dapat merusak kesehatan berasal dari interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya. Tanggapan orang di lingkungan masyarakat yang positif dengan kondisi partisipan 2, membuat partisipan 2 merasa tidak ada suatu hal
yang mempersulit ia dalam bergaul. Beberapa gejala seperti nyeri di pipi kanan
pusing serta bau yang berasal dari hidungnya mengganggu dalam ia menjalankan aktifitas di lingkungan rumah seperti nonton balap dan main bola. Namun gejala
seperti ingus kental berwarna hijau dan berbau tersebut dapat ia atasi dengan membersihkannya menggunakan sapu tangan. Dengan sering membersihkan
ingus tersebut menurut partisipan 2 dapat sedikit mengurangi rasa bau yang keluar dari hidung partisipan 2. Dengan motivasi kesembuhan yang tinggi maka
seseorang dapat mengarahkan perilakunya dengan positif sehingga kondisinya bisa semakin membaik Sarwono, 1993.
Namun, semua hambatan dalam berinteraksi dengan dengan orang lain dalam kondisi kesehatan yang terkadang kurang sehat, tidak membuat partisipan 2
menjadi malas dalam menjalankan segala aktifitasnya. Partisipan 2 juga mengungkapkan bahwa semua kekurangan yang ada pada dirinya dapat ia atasi
dengan berfikir positif dengan semua perkataan orang mengenai dirinya dan tidak begitu memperdulikan perkataan orang tentang kondisinya. Hasil penelitian dari
Pope, Philips, Olivardia 2000 menunjukan bahwa wanita lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingan pria. Pria lebih cenderung tidak peduli dengan
semua kondisi yang bisa memperburuk penampilannya, salah satunya aroma yang tak sedap yang disebabkan oleh penyakit sinusitis kronis.
Universitas Sumatera Utara
Menurut partisipan 2 hanya teman dari sang pacarlah yang tidak menerima dirinya dengan kondisi seperti itu. Meskipun sikap pacar yang tetap menerima
partisipan 2 membuat partisipan 2 tidak peduli apa kata orang lain, yang penting pacar partisipan 2 menerima segala kekurangannya.
Tabel 6. Rekapitulasi Penyesuaian Sosial Penderita Sinusitis Kronis Partisipan 2
No Aspek Penyesuaian Sosial
Schneider, 1964 Gambaran Penyesuaian Sosial
1
Penyesuaian Sosial di Lingkungan Keluarga
-
Hubungan dengan keluarga baik
-
Keluarga memberikan perhatian seperti mengingatkan untuk minum obat dan
makan tepat waktu
- Merasa sedih karena adiknya merasa bangga menjadi orang yang sehat tidak
sakit seperti dia. - Karena masing-masing sibuk dengan
aktifiasnya, partisipan merasa tidak memiliki kedekatan lebih sama anggota
keluarga
2 Penyesuaian Sosial di
Lingkungan Sekolah
-
Tidak memiliki hambatan dalam berinteraksi dengan teman di sekolah
-
Mengikuti kegiatan yang ada di sekolah seperti bola, volley dan tenis meja
- Tidak ada perhatian dari teman sekolah karena partisipan tidak memberitahu
temannya saat penyakitnya kambuh - Merasa semua orang mengerti akan
kondisinya setelah ia menjelaskan kalau bau yang ditimbulkan karena ia mengidap
sinusitis kronis
3 Penyesuaian Sosial di
Lingkungan Masyarakat
-
Teman di rumah menanggapi sakit sinusitis kronis dengan baik
- Mengikuti kegiatan di lingkungan masyarakat seperti wirid, gotong royong
- Teman dari pacar yang tidak menerima kekurangan pada dirinya, namun
partisipan merasa pacarnya tetap menerima kondisinya.
Universitas Sumatera Utara
- Merasa semua orang mengerti akan kondisinya setelah ia menjelaskan kalau
bau yang ditimbulkan karena ia mengidap sinusitis kronis
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Skema Gambaran Penyesuaian Sosial Remaja Penderita Sinusitis Kronis
Latar belakang penyakit Sinusitis Kronis :
- Mengidap sinusitis kronis
sewaktu SMP
- Mempunyai gejala seperti
secret kental berwarna hijaukuning dan berbau
busuk
Tugas Perkembangan Remaja Havighurst dalam Hurlock,
1999 , salah satunya : 1.
Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi
secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki
maupun perempuan
2. Memperoleh peranan sosial
3. Menerima keadaan fisik dan
menggunakannya dengan efektif
P E
N Y
E S
U A
I A
N S
O S
I A
L
1. Penyesuaian Sosial di Lingkungan Keluarga
- Hubungan dengan keluarga baik - Keluarga memberikan perhatian seperti mengingatkan untuk
minum obat dan makan tepat waktu - Merasa sedih karena adiknya merasa bangga menjadi orang
yang sehat tidak sakit seperti dia - Karena masing-masing sibuk dengan aktifiasnya,
partisipan
tidak memiliki kedekatan lebih sama anggota keluarga
2. Penyesuaian Sosial di Lingkungan Sekolah
- Tidak memiliki hambatan dalam berinteraksi dengan teman di sekolah
- Mengikuti kegiatan yang ada di sekolah seperti bola, volley dan tenis meja
- Tidak ada perhatian dari teman sekolah karena
partisipan
tidak memberitahu temannya saat penyakitnya kambuh
- Merasa semua orang mengerti akan kondisinya setelah ia menjelaskan kalau bau yang ditimbulkan karena ia mengidap
sinusitis kronis
3. Penyesuaian Sosial di Lingkungan Masyarakat - Teman di rumah menanggapi sakit sinusitis kronis dengan baik
- Mengikuti kegiatan di lingkungan masyarakat seperti wirid, gotong royong
- Teman dari pacar yang tidak menerima kekurangan pada dirinya, namun
partisipan
merasa pacarnya tetap menerima kondisinya.
- Merasa semua orang mengerti akan kondisinya setelah ia menjelaskan kalau bau yang ditimbulkan karena ia mengidap
sinusitis kronis
Kondisi Fisik
Kesehatan Kondisi
partisipan yang kurang
sehat, membuat ia
menjadi inferior
Kondisi lingkungan
Pengaruh lingkungan
keluarga, sekolah dan
masyarakat yang cukup
positif memberikan
pengaruh yang baik
juga dalam menjalankan
segala aktifitasnya.
Ket : Faktor yang
mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6 . Analisa Banding
Keterangan Partisipan 1
Partisipan 2
Inisial S
R Usia
16 Tahun 18 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Laki-laki Aspek Penyesuaian Sosial :
Penyesuaian sosial di lingkungan keluarga
- Partisipan 1 mengaku hubungannya dengan
ayah, ibu, adiknya serta keluarga besarnya baik.
- Keluarga peduli akan kondisi
partisipan 1
hingga membawa partisipan 1 berobat ke
rumah sakit dan berobat alternatif .
- Partisipan 1 juga
mengungkapkan bahwa tidak ada rasa iri antar
anggota keluarga selama partisipan 1 sakit dan
mendapatkan perhatian yang lebih dari
orangtuanya terutama dari ayahnya. Perhatian
tersebut sudah ia - Partisipan 2 memiliki
hubungan yang baik dengan anggota
keluarganya. - Partisipan 2 mengatakan
bahwa orangtuanya memberikan perhatian
seperti mengingatkan minum obat serta makan
tepat waktu - Partisipan
2 merasa
sedih saat adiknya merasa bangga menjadi
orang yang sehat tidak seperti partisipan yang
mengidap penyakit - Meskipun anggota
keluarga sibuk dengan aktifitasnya masing-
masing, tetapi teteap
Universitas Sumatera Utara
dapatkan dari sejak dulu, sebelum ia menderita
sinusitis kronis - Secara emosional
partisipan 1 memiliki kedekatan dengan ibunya
karena hanya dengan ibu dan
diary ia mau
menceritakan masalahnya selama
mengidap penyakit sinusitis kronis
memberikan perhatian serta dukungan dengan
kondisi Partisipan 2
Penyesuaian sosial di lingkungan sekolah
- Partisipan 1 mengaku memiliki hambatan
dalam berinteraksi dengan teman di sekolah
seperti sulit mencari teman yang mau
menerima keadaannya dan dalam
mengembangkan sikap bersahabat.
- Partisipan juga merasa sedih saat ada teman
yang menghina kondisi ia dengan bau yang keluar
dari hidung partisipan. - Partisipan juga merasa
hubungannya dengan komponen sekolah
- Partisipan 2 mengaku tidak memiliki hambatan
dalam berinteraksi dengan temannya di
sekolah, karena semua orang mengerti akan
kondisinya setelah ia menjelaskan kepada
temannya bahwa bau yang ditimbulkan dari
dirinya berasal dari hidungnya yang berupa
sebuah penyakit sinusitis kronis
- Partisipan 2 tetap
mengikuti beberapa kegiatan yang ada di
sekolah
Universitas Sumatera Utara
kurang baik, karena seorsng guru yang
mengetahui kondisinya pun tidak mau tau dengan
keadaannya dan tidak ada yang memperdulikan
kondisinya. - Partisipan
1 juga
mengatakan bahwa temannya merasa
terganggu dengan bau yang ditimbulkan dari
sinusitis tersebut - Partisipan
2 tidak mendapatkan perhatian
dari temannya karena ketika
partisipan 2
merasakan gejala-gejala sinusitis lainnya yang
bisa datang secara tiba- tiba, partisipan 2 tidak
pernah mengatakan pada temannya.
- Partisipan 2 mengatasi gejala bau dari sinusitis
kronis tersebut dengan membawa sapu tangan
utnuk membersihkan ingus yang selalu keluar,
agar aroma tak sedap tersebut tidak begitu
tercium terlalu bau. Penyesuaian sosial di
lingkungan masyarakat - Partisipan 1 merasa
minder dan malu dengan kondisi sakit sinusitis
kronis terutama karena bau yang keluar dari
hidungnya - Partisipan 1 juga merasa
takut orang lain mengetahui kalau ia
mengidap sakit sinusitis yang sampai
- Partisipan 2 tetap mengikuti segala
aktifitas yang ada di rumah meskipun dengan
penyakit sinusitis kronis - Partisipan 2 merasa
teman yang ada di lingkungan masyarakat
menanggapi penyakit sinusitis partisipan 2
dengan baik
Universitas Sumatera Utara
mengeluarkan bau yang tak sedap
- Partisipan 1 merasa lebih nyaman bergaul dengan
anak kecil dari pada teman sebaya, karena
anak kecil tidak pernah protes dengan kondisi
Partisipan 1 - Partisipan 2 juga
memiliki hubungan yang baik dengan teman-
teman di rumahnya, dan ia juga memiliki pacar
yang menerima kondisi partisipan
- Hanya teman dari pacar Partisipan 2 yang tidak
menerima kondisinya
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kemampuan partisipan 1 dalam melakukan penyesuaian sosial di lingkungan keluarga meskipun dengan kondisi penyakit sinusitis kronis
terlihat dari adanya hubungan yang sehat antar anggota keluarga. Orangtua dari partisipan 1, terutama ayahnya memberikan perhatian yang lebih
kepada partisipan 1 sebelum dan sesudah ia didiagnosa terkena penyakit sinusitis kronis seperti mengajak checkup ke dokter. Hal tersebut juga
terjadi pada partisipan 2 dimana, ibunya begitu perhatian kepadanya, seperti mengingatkan agar minum obat serta makan tepat waktu.
Kemampuan partisipan 2 dalam melakukan penyesuaian sosial di lingkungan sekolah terlihat dari bagaimana partisipan 2 menjalankan
segala aktifitasnya seperti remaja yang sehat secara jasmani. Kesehatan yang kurang baik tidak menjadi faktor yang mempersulit partisipan 2
dalam melakukan penyesuaian sosial. Partisipan 2 selalu membawa sapu tangan untuk membersihkan ingus secret mokupurulen yang keluar dari
hidungnya agar aroma yang tak sedap tersebut bisa berkurang. Cara ia menjalin hubungan dengan teman sebayanya ialah dengan menjelaskan
secara baik-baik bahwa aroma tak sedap pada dirinya berasal dari hidungnya yang merupakan salah satu gejala dari penyakit sinusitis kronis.
Kondisi psikologis meliputi pengalaman merupakan salah satu faktor yang
Universitas Sumatera Utara