Penyesuaian Sosial Di lingkungan Masyarakat

tanpa bisa diprediksi membuat partisipan 1 terkadang tidak bisa menjalankan aktifitasnya sehari-hari. “ mengganggu lah Bayangkan aja kak, mau belajar gak konsen, mau beraktivitas pun jadi malas W1R1P.2k.116-119hal 7-8 “Menggangu la, tapi yang mengganggu cuma ingusannya doank, soalnya kan meler-meler terus bau juga “ W4R1A.1k.597-599hal 35 Partisipan 1 juga mengakui bahwa sinusitis tersebut mengganggu ia dalam berktivtas di sekolah. Partisipan 1 mengaku tidak ada mengikuti aktifitas di sekolah karena sakit sinusitis kronis tersebut yang terkadang menimbulkan mimisan dan membuat kepala pening. “ ganggu sih pasti yah, cuma emang gak pengen ikut-ikut kegiatan yang ada di sekolah” W1R1P.2k.206-209hal12 “capek la kak, udah belajar, sakit-sakit gini kan pening kepala, malas kali kalau ikut kegiatan lagi ee tapi dulu sempat ikut pramuka” W4R1P.2k.679-682hal39

c. Penyesuaian Sosial Di lingkungan Masyarakat

Di lingkungan masyarakat, partisipan 1 tetap mencoba menjalin hubungan dengan teman sebayanya. Namun berbagai respon muncul dari orang-orang baru yang membuat partisipan 1 terkadang menjadi malu untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Dengan kondisi sakit sinusitis yang kronis seperti ini, partisipan 1 harus menyesuaikan diri dengan lingkungan terutama ketika Universitas Sumatera Utara partisipan 1 bertemu dengan orang baru, yang terkadang membuat partisipan 1 menjadi diam saat ia berkumpul dengan teman –teman baru yang ada di rumahnya. “ Diam-diam ajalah kak, tapi lihat orangnya juga, kalo dia orangnya bagus, gak papalah didekati” W2R1P.3k.259-262h15 “kak, sama adek yang penting dia gak tukang nyepelein orang, gak ngerendahin orang, ngejek-ngejek kayak anak kecil “ W2R2P3k.264-266hal16 Walaupun begitu, partisipan 1 tetap berhubungan baik dengan warga yang ada disekitar rumah. Namun partisipan 1 mengaku kalau malas berpartisipasi mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat dikarenakan partisipan 1 kurang berminat dengan aktivitas di masyarakat dan partisipan 1 merasa sulit bergaul dengan orang lain karena bau yang ditimbulkan dari sinusitis tersebut. “ Gak la, di sekolah aja susah bergaul apalagi diluar masyarakat. “ W3R1P.2k.455-458hal26 “malas kak ikut kegiatan, gak ada kawan juga” W3R1P3k.496-499hal28 Meskipun partisipan 1 tidak begitu suka bergaul di lingkungan masyarakat, tapi ia memiliki teman dekat di lingkungan masyarakat. Meskipun sekarang teman partisipan 1 itu sudah jarang bermain dengannya dikarenakan kesibukan masing-masing. “ Punya ya, tapi udah gak akrab lagi, karena udah punya kesibukan masing-masing “. W3R1P.3k.461-464hal27 Universitas Sumatera Utara Menurut pengakuan partisipan 1, tanggapan teman partisipan 1 dengan kondisinya dulu saat sudah mengidap penyakit sinusitis biasa saja. Namun ada perasaan takut kalau ada orang lain yang tau tentang penyakitnya yang bisa menimbulkan bau, dan ada perasaan minder dari partisipan 1. Oleh karena itu, partisipan 1 memilih berteman dengan anak-anak kecil yang masih SD, karena menurut partisipan 1, anak kecil tidak pernah protes atau menghina kondisi partisipan 1. “Biasa aja, karena masih anak-anak mungkin, maen ya maen “ W3R1P.3k.468-471hal27 “ Minder la, takud kalo orang tu tau, Jadi kalo lagi maen diem aja . Makanya dulu mainnya sama anak-anak kecil “ W3R1P.3k.474-477hal27 “Gak, makanya suka main sama anak-anak, karena gak ada yang protes. Sama orang itu main ya main aja, adek gak pernah diejek-ejek sama orang itu kak, enakkan . .” W4R1P.3k.698-703hal 40 Partisipan 1 juga mengaku bahawa penyakit sinusitis kronis ini mengganggu ia dalam beraktifitas di masyarakat dengan alasan partisipan 1 malas bermain di lingkungan rumahnya karena partisipan 1 takut orang menghina dirinya dan karena ia malas buat bermain dilingkungan sekitar. Partisipan 1 juga malu karena ia takut orang tidak mengerti dengan kondisinya saat ini. Kondisi dimana ia sakit sinusitis kronis yang salah satu gejalanya adalah mengeluarkan aroma yang tidak sedap dari hidungnya. Partisipan 1 juga mengaku kalau penyakit sinusitis kronis tersebut merupakan penyakit yang memalukan, karena Universitas Sumatera Utara mengeluarkan bau yang tak sedap yang bisa dirasakan semua orang didekatnya yang membuat partisipan 1 mengalami hambatan dalam mencari teman di lingkungan masyarakat. “ yah gitu la kak, syukur aja kan sekolah pulangnya lama, jadi di rumah jarang main-main kak “ W3R1P.3k488-491hal28 “ Kurang lebih gitu la kak, karena sebagian dari aktivitas adek harus terganggu karena sinusitis ini .“ W3R1P3k526-528hal 30

B. ANALISA DAN PEMBAHASAN RESPONDEN 1

Keluarga dari partisipan 1 yang begitu perhatian serta memberikan dukungan selalu kepada partisipan 1 agar partisipan 1 dapat menjalankan aktifitasnya dengan baik membuat remaja perempuan ini semangat dalam menjalani kehidupannya meskipun menderita penyakit sinusitis kronis. Adanya dukungan dari keluarga membuat partisipan dapat melakukan penyesuaian sosial di lingkungan keluarga dengan baik. Schneider 1964 menyatakan bahwa kondisi lingkungan khusunya lingkungan rumah dan keluarga memberikan peran yang besar terhadap penyesuaian sosial remaja. Dimana kondisi keluarga yang baik, seperti hubungan antar anggota keluarga baik, atau adanya dukungan secara emosional dari orangtua dapat membantu remaja melakukan penyesuaian sosial dengan baik. Partisipan 1 dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik di lingkungan keluarga merasa memiliki hambatan dalam berinteraksi dengan teman sebaya di lingkungan sekolah. Partisipan 1 merasa memiliki hambatan dalam mencari teman Universitas Sumatera Utara