responden yang didukung suami atau ibu atau mertua 66, dan responden yang tidak di dukung oleh salah seorangpun dari keluarga sebanyak 18 orang 5,9.
Tabel 4.11
Distribusi Responden berdasarkan Faktor Pendorong di Kota Medan Tahun 2009
Faktor Pendorong
Jumlah Penolong Persalinan
Tidak Memberikan Susu Formula 95
31,4 Memberikan Susu Formula
208 68,6
Dukungan Keluarga
Suami, Ibu, dan Mertua 85
28,1 Suami atau Ibu atau Mertua
200 66,0
Tidak Seorangpun 18
5,9
4.3 Analisis Bivariat
Untuk mengetahui hubungan variabel bebas umur, pendidikan, pekerjaan, lama waktu kerja, paritas, cara lahir, berat badan bayi lahir, pengetahuan, sikap
promosi susu formula, penolong persalinan, dan dukungan keluarga dengan variabel terikat pemberian ASI Eksklusif dilakukan uji bivariat dengan menggunakan Uji
Chi-Square pada tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil uji dapat dijelaskan dibawah ini :
Berdasarkan hasil penelitian pada faktor-faktor predisposisi diperoleh, dari 146 responden pada kelompok umur 18 - 28 tahun, 5 responden 3,4 yang
memberikan ASI Eksklusif, dan 141 orang responden 96,6 yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Pada kelompok umur 28 tahun dari 157 responden,
hanya 6 responden 3,8 yang memberikan ASI Eksklusif, dan sebanyak 151 responden 96,2 yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Hasil uji statistik dengan
uji Chi-Square antara faktor umur responden dengan pemberian ASI Eksklusif
Universitas Sumatera Utara
diperoleh nilai p = 1,000 hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan umur dengan pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian menurut tingkat pendidikan juga diperoleh 96 responden pada kelompok tingkat pendidikan dasar SD- SMP, 1 orang responden
1,0 yang memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 95 responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif 99,0. Selain itu ada sebanyak 181 responden pada
kelompok tingkat pendidikan menengah SMASMK sederajat , 10 responden 5,5 yang memberikan ASI Eksklusif, dan 171 responden 94,5 yang tidak memberikan
ASI Eksklusif. Pada kelompok tingkat pendidikan tinggi D3-Sarjana tidak seorang. respondenpun yang memberikan ASI Eksklusif. Hasil analisis statistik dengan uji
Chi-Square antara tingkat pendidikan responden dengan pemberian ASI Eksklusif diperoleh nilai p = 0,141, hal ini berarti tidak ada hubungan tingkat pendidikan
responden dengan pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan pekerjaan juga diperoleh, terdapat 59 orang responden yang
bekerja, hanya 2 responden 3,4 yang memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 57 responden 96,6 yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Pada kelompok responden
yang tidak bekerja dari 243 responden, ada 9 orang responden 13,2 yang memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 235 responden 96,3 yang tidak
memberikan ASI Eksklusif. Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 1,000 ini berarti tidak ada hubungan pekerjaan responden dengan pemberian ASI Eksklusif.
Pada faktor lama waktu kerja diperoleh, dari 10 responden dengan lama waktu kerja ≤ 6 jam per hari, hanya 2 responden 20,0 yang memberikan ASI Eksklusif dan
sebanyak 8 responden 80,0 yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Pada
Universitas Sumatera Utara
kelompok responden dengan lama waktu kerja 6 jam per hari dari 49 responden tidak ada seorang respondenpun yang memberikan ASI Eksklusif. Hasil uji Chi-
square diperoleh nilai p = 0,026, ini berarti ada hubungan lama waktu bekerja dengan pemberian ASI Eksklusif
Dari hasil penelitian dapat dilihat dari 278 orang responden dengan paritas 1–3 kali, 11 responden 4,0 yang memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 267
responden 96,0 yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Pada kelompok responden dengan paritas 1–5 kali dari 25 orang responden tidak seorang respondenpun yang
memberikan ASI Eksklusif. Hasil analisis dengan uji Chi-square antara paritas responden dengan pemberian ASI Eksklusif diperoleh nilai p = 0,609 hal ini berarti
tidak ada hubungan paritas dengan pemberian ASI Eksklusif. Jika kita perhatikan pada Tabel 4.12 dari 269 responden yang melahirkan
tanpa tindakan normal, sebanayak 10 responden 3,7 yang memberikan ASI Eksklusif, dan sebanyak 259 orang responden 96,3 yang tidak memberikan ASI
Eksklusif. Pada kelompok responden yang melahirkan dengan tindakan vacum, sectio caesarea dari 34 orang responden, hanya 1 orang responden 2,9 yang
memberikan ASI Eksklusif, dan sebanyak 30 responden 97,1 yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Hasil analisis dengan uji Chi-Square antara cara lahir
responden dengan pemberian ASI Eksklusif diperoleh nilai p = 1,000, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan cara lahir responden dengan pemberian ASI
Eksklusif. Berdasarkan faktor berat badan bayi lahir terdapat 299 responden yang melahirkan
bayi dengan berat badan lahir ≥ 2500 Gram, sebanyak 10 orang responden 3,3
Universitas Sumatera Utara
yang memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 289 responden 96,7 yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Kemudian pada kelompok responden yang melahirkan
bayi dengan berat badan bayi lahir 2500 Gram, dari 4 responden, hanya 1 orang responden 25,0 yang memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 3 orang
responden 75,0 yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,138 ini menunjukkan tidak ada hubungan berat badan bayi lahir
responden dengan pemberian ASI Eksklusif. Berdasarakan hasil penelitian juga diperoleh dari 61 orang responden pada tingkat
pengetahuan dengan kategori baik, ada sebanyak 6 orang responden 9,8 yang memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 55 orang responden 90,2 yang tidak
memberikan ASI Eksklusif. Kemudian dari hasil penelitian juga didapat dari 204 orang responden pada tingkat pengetahuan dengan kategori kurang baik, ada 5 orang
responden 2,5 yang memberikan ASI Eksklusif, dan sebanyak 199 orang responden 97,5 yang tidak memberikan ASI Eksklusif, sedangkan jika kita lihat
dari 38 orang responden dengan tingkat pengetahuan dengan kategori tidak baik, tidak seorang respondenpun yang memberikan ASI Eksklusif. Hasil uji Chi-square
diperoleh nilai p = 0,020 ini menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif.
Berdasarkan faktor sikap dari 128 responden dengan kategori sikap setuju, sebanyak 7 responden 5,5 yang memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 121
responden 94,5 yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Pada kelompok responden dengan kategori sikap kurang setuju, kita peroleh dari 170 responden, hanya 4
responden 2,4 yang memberikan ASI Eksklusif dan 166 responden 97,6 yang
Universitas Sumatera Utara
tidak memberikan ASI Eksklusif. Dari hasil penelitian juga diperoleh dari 5 responden dengan kategori sikap tidak setuju tidak seorang respondenpun yang
memberikan ASI Eksklusif 0,0. Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,349 hal ini menunjukkan tidak ada hubungan sikap responden dengan pemberian ASI
Eksklusif.
Tabel 4.12 Hubungan Faktor Predisposisi Responden dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 0 – 6 Bulan di Kota Medan Tahun 2009
Pemberian ASI Eksklusif Ya
Tidak Jumlah
Faktor Predisposisi
n n n
2
P Umur
18 - 28 Tahun 28 Tahun
5 6
3,4 3,8
141 151
96,6 96,2
146 157
100,0 100,0
0,000 1,000
Pendidikan Dasar
Menengah Tinggi
1 10
1,0 5,5
95 171
26 92,5
94,5 100,0
96 181
26 100,0
100,0 100,0
3,669 0,141
Pekerjaan Bekerja
Tidak Bekerja 2
9 3,4
3,7 57
235 96,6
96,3 59
243 100,0
100,0 0,012
1,000
Lama Kerja
≤ 6 Jam 6 Jam
2 20,0
8 49
80,0 100,0
10 49
100,0 100,0
10,144 0,026
Paritas 1 – 3 kali
4 – 5 kali 11
4,0 267
25 96,0
100,0 278
25 100,0
100,0 1,026
0,609
Cara Lahir Tanpa Tindakan
Dengan Tindakan 10
1 3,7
2,9 259
33 96,3
97,1 269
34 100,0
100,0 0,052
1,000
Berat Badan Bayi Lahir
≥ 2500 Gram 2500 Gram
10 1
3,3 25,0
289 3
96,7 75,0
299 4
100,0 100,0
5,921 0,138
Pengetahuan Baik
Kurang Baik 6
5 9,8
2,5 55
199 90,2
97,5 61
204 100,0
100,0 6,835
0,020
Universitas Sumatera Utara
Tidak Baik 0 38 100,0
38 100,0
Sikap Setuju
Kurang Setuju Tidak Setuju
7 4
5,5 2,4
121 166
5 94,5
97,6 100,0
128 170
5 100,0
100,0 100,0
2,273 0,349
Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh dari 45 responden yang menolak promosi susu formula, ada 6 responden 13,3 yang memberikan ASI Eksklusif,
dan 39 orang responden 86,7 yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Responden yang menerima promosi susu formula dari 264 responden ada 5 responden 1,9
yang memberikan ASI Eksklusif, dan 253 responden 98,1 yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Hasil analisis dengan uji Chi-square antara promosi susu formula
dengan pemberian ASI Eksklusif diperoleh nilai p = 0,002 ini menunjukkan bahwa ada hubungan promosi susu formula dengan pemberian ASI Eksklusif. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.13 Hubungan Faktor Pendukung Responden dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 0 – 6 Bulan di Kota Medan Tahun 2009
Pemberian ASI Eksklusif Ya
Tidak Jumlah
Faktor Pendukung n
n n
2
p Promosi Susu Formula
Menolak Menerima
6 5
13,3 1,9
39 253
86,7 98,1
45 264
100,0 100,0
14,222 0,002
Dari hasil uji statistik berdasarkan pengaruh faktor pendorong responden
terhadap pemberian ASI Eksklusif, dari 95 responden ada 9 responden 9,5 yang tidak diberikan susu formula oleh penolong persalinan penolong persalinan yang
memberikan ASI Eksklusif, dan 86 orang responden 90,5 yang tidak memberikan
Universitas Sumatera Utara
ASI Eksklusif. Sebanyak 206 responden yang diberikan susu formula oleh penolong persalinan, 2 responden 1,0 yang memberikan ASI Eksklusif, dan sebanyak 206
responden 99,0 yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Hasil analisis dengan uji Chi-Square antara tindakan penolong persalinan dengan pemberian ASI Eksklusif
diperoleh nilai p = 0,001 ini menunjukkan bahwa ada hubungan tindakan penolong persalinan dengan pemberian ASI Eksklusif.
Dari faktor dukungan keluarga diperoleh 85 responden yang didukung oleh keluarga Suami, Ibu dan Mertua, 12 responden 4,7 yang memberikan ASI
Eksklusif dan sebanyak 81 responden 95,3 yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Kelompok responden dengan dukungan keluarga Suami, atau Ibu atau mertua dari
200 responden, 6 responden 3,0 yang memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 194 responden 97,0 yang tidak memberikan ASI Eksklusif, sedangkan dari 18
responden dengan sikap keluarga yang tidak mendukung, hanya 1 responden 5,6 yang memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 17 orang 94,4 yang tidak
memberikan ASI Eksklusif. Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,469, berarti tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif. Lebih
jelasnya dapat kita lihat pada Tabel 4.14 di bawah ini :
Tabel 4.14 Hubungan Faktor Pendorong dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 0 – 6 Bulan di Kota Medan Tahun 2009
Pemberian ASI Eksklusif Ya
Tidak Jumlah
2
P Faktor Pendorong
n n n Penolong Persalinan
Tidak diberi susu Formula 9
9,5 86
90,5 95
100,0 13,506 0,001
Universitas Sumatera Utara
Diberi Susu Formula 2
1,0 206 99,0 208
100,0
Dukungan Keluarga Suami, Ibu Mertua
SuamiIbuMertua Tidak Seorangpun
4 6
1 4,7
3,0 5,6
81 194
17 95,3
97,0 94,4
85 200
18 100,0
100,0 100,0
1,350 0,469
Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang diuji secara bersamaan terhadap variabel terikat melalui uji regresi logistik
ganda. Pada penelitian ini terdapat 12 variabel independen umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama waktu kerja, paritas, cara lahir, berat badan bayi lahir, pengetahuan,
sikap, promosi susu formula, dan dukungan keluarga yang akan diteliti dan 1 variabel dependen pemberian ASI Eksklusif. Langkah-langkah pemodelan regresi
logistik ganda sebagai berikut : 1.
Terlebih dahulu dilihat hasil analisis bivariat untuk menentukan variabel mana yang menjadi kandidat model. Bila hasil uji mempunyai nilai p 0,25, dijadikan
sebagai kandidat multivariat. Berdasarkan analisis chi square dengan tingkat kemaknaan p 0,25. Dari 12 variabel bebas terdapat 4 variabel bebas berat
badan bayi lahir, promosi susu formula, penolong persalinan, dan pengetahuan memenuhi kriteria dan layak dimasukkan pada model analisis multivariat.
Tabel 4.15 Nilai Signifikansi Hasil Analisis Pengaruh Variabel Independen Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Variabel Independen P
Universitas Sumatera Utara
Berat Badan lahir 0,138
Promosi susu formula 0,002
Penolong persalinan 0,001
Pengetahuan 0,039
2. Berdasarkan variabel-variabel kandidat model terpilih, kemudian dilakukan
pengujian kolinearitas. Kolinearitas terjadi bila antar variabel independen saling berhubungan. Model analisis multivariat dalam hal ini hanya untuk prediksi
melihat hubungan variabel independen secara bersama-sama dengan variabel dependen. Nilai p dari masing-masing hubungan variabel independen adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.16 Nilai Signifikansi Hasil Analisis Hubungan Antar Variabel Independen
Berat Badan Bayi Lahir
Promosi Susu
Formula Penolong
Persalinan Pengetahuan
Berat Badan Bayi lahir
Promosi Susu Formula
0,476
Penolong Persalinan
0,313 0,000
Pengetahuan 0,744
0,021 0,011
Bila terdapat hubungan antar variabel independen dengan variabel independen
maka variabel independen tidak dapat dimasukkan atau diikutsertakan dalam model analisis regresi logistik ganda. Dengan demikian alternatif pilihan variabel
independen yang dapat diikutsertakan dalam analisis regresi logistik ganda adalah
Universitas Sumatera Utara
yang mempunyai nilai p 0,05. Lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.17 Alternatif Model Multivariat Berdasarkan Nilai Percentage Correct
dan Nilai Signifikansi Model
Percentage Correct P
ASI Eksklusif = f{BBL, Promosi Susu Formula} 96,0
0,001 ASI Eksklusif = f{BBL, Penolong Persalinan}
96,4 0,004
ASI Eksklusif = f{BBL, Pengetahuan} 96,4
0,007 Berdasarkan Tabel 4.17, model akhir yang dipilih adalah ASI Eksklusif = f{BBL,
Penolong Persalinan} dengan nilai percentage correct 96,4 dengan nilai p = 0,004. 3.
Memeriksa interaksi antar variabel independen. Interaksi merupakan keadaan satu variabel independen terhadap variabel dependen yang berbeda menurut
tingkat variabel independen yang lain. Berdasarkan nilai percentage correct, model yang dipakai adalah ASI Eksklusif = f{Berat Badan Bayi Lahir, Penolong
Persalinan}. Jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.18 Nilai Signifikansi Hasil Interaksi Variabel Independen Variabel Interaksi
Nilai p
Berat Badan Bayi Lahir x Penolong Persalinan 0,059
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 4.18 terlihat tidak ada interaksi antar variabel independen. Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan konfounder dengan melihat perbedaan nilai
ExpB. Analisis dilakukan dengan memasukkan lebih dahulu variabel
4. independen yang nilai signifikansinya paling kecil pengaruhnya terhadap ASI
Eksklusif. Tabel berikut ini memuat hasil pemeriksaan konfounder :
Tabel 4.19 Hasil Pemeriksaan Konfounder Model ExpB
∆
ASI Eksklusif = Penolong Persalinan 10,779
ASI Eksklusif= Penolong Persalinan +Berat Badan Bayi Lahir 21,244
97
Dari hasil pemeriksaan konfounder ternyata variabel penolong persalinan dan berat badan lahir merupakan konfounder karena selisih nilai ExpB = 97 10
sehingga model terpilih : ASI Eksklusif = f{Penolong Persalinan, Berat Badan Bayi Lahir}.
Tabel 4.20 Hasil Akhir Analisis Multivariat 95 CI for EXPB
Variabel B Exp B
OR Lower Upper
P
Berat Badan lahir - 4,215
0,015 0,001 0,29 0,006
Penolong persalinan 3,056
21,244 2,651 170,27 0,004
Konstanta 2,257
9,556 0,000
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil akhir analisis multivariat regresi logistik ganda diperoleh variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif
adalah variabel Penolong Persalinan dengan nilai koefisien B = 3,056.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif
Dari 303 responden yang diteliti ternyata hanya 11 orang responden 3,6 yang memberikan ASI Eksklusif. Rendahnya angka cakupan ASI Eksklusif ini
disebabkan alasan dari ibu seperti : ASI yang lambat keluar setelah kelahiran, ASI yang kurang dan bayi yang rewel menangis sehingga perlu diberikan makanan lain
selain ASI maka banyak ibu menggantikannya dengan susu formula. Dari hasil penelitian diperoleh umumnya ibu memberikan makanan tambahan kepada bayi
sejak usia 1 bulan seperti bubur susu, nasi tim, roti, air tajin maupun pisang. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh umumnya ibu tidak mengetahui akibat
dari pemberian makanan pendamping yang terlalu cepat pada bayi mereka. Menurut mereka yang penting bayi tidak rewel dan cengeng dan dapat tidur dengan nyenyak
sehingga ibu tidak terganggu, karena dengan memberikan makanan tambahan bayi kenyang dan tidak rewel. Disamping adanya faktor kebiasaan dari keluarga ibu
seperti mertua bahwa dengan memberikan makanan seperti pisang akan membuat bayi lebih cepat besar dan sehat. Menurut Depkes RI tahun 2004, banyak ibu yang
tidak mengetahui bahwa dengan memberikan ASI secara Eksklusif dapat menyelamatkan 1,3 juta bayi di seluruh dunia. Di Kota Medan angka cakupan ASI
Eksklusif masih dibawah 8 selama tiga tahun terakhir sementara itu target yang akan dicapai 80 pada tahun 2010. Berdasarkan wawancara dengan beberapa
Universitas Sumatera Utara