5.3 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Pendukung
Berdasarkan faktor pendukung yaitu promosi susu formula, dari hasil penelitian dari 303 responden diperoleh responden yang menolak promosi susu
formula hanya 45 responden 14,9 dan yang menerima promosi susu formula sebanyak 264 responden 85,1.
Menurut Roesli 2007 tingginya promosi dan iklan susu formula secara dini di daerah perkotaan menyebabkan ibu-ibu lebih memilih susu formula dibanding
dengan memberikan ASI. Adanya iklanpromosi susu formula yang cukup menjanjikan bahwa komposisinya sama dengan ASI menyebabkan ibu terpengaruh
untuk memberikan susu formula. Dari hasil penelitian juga diperoleh ada masih banyak ibu yang berpendapat bahwa dengan memberikan susu formula pada bayi
apalagi susu formula yang harganya mahal akan membuat bayi lebih sehat. Namun di samping itu ada sebagian alasan ekonomi menyebabkan ibu tidak dapat membeli susu
formula. Beberapa penelitian mengatakan bahwa pemberian susu formula menyebabkan anak lebih gemuk dibandingkan dengan hanya pemberian ASI saja.
Selain itu dari hasil wawancara dengan responden adanya anggapan responden dengan memberikan susu formula kulit bayi lebih halus dan anak lebih pintar, jika
dibandingkan dengan yang hanya memberikan ASI saja.
5.4 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Pendorong
Berdasarkan faktor pendorong menurut tindakan penolong persalinan responden yang tidak memberikan susu formula lebih kecil jumlahnya yaitu
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 95 orang 31,4 jika dibandingkan dengan tindakan penolong persalinan yang memberikan susu formula sebanyak 208 orang 68,6. Hal ini bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Padang 2007 tentang analisis faktor-faktor yang memengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI dini di Kecamatan Pandan yang
menyatakan bahwa dukungan petugas kesehatan tidak berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI dini. Responden berdasarkan dukungan keluarga suami, ibu,
mertua jumlahnya lebih kecil yaitu sebanyak 85 responden 28,1, jika dibandingkan dengan responden dengan dukungan keluarga Suami, atau Ibu atau
Mertua sebanyak 200 responden 66, dan responden yang tidak didukung salah seorang anggota keluarga hanya 18 orang 5,9.
Menurut Roesli 2007 bahwa bagian dari keluarga mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap terhadap keberhasilan dan kegagalan menyusui adalah
suami. Peran suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaaan emosi atau perasaan ibu. Selain itu peran anggota
keluarga ynag lain seperti ibu atau mertua juga sangat memengaruhi keberhasilan pemberian ASI Eksklusif. Adanya faktor kebiasaan dan budaya bahwa bayi yang
berusia 1 bulan sudah dapat diberikan makanan lain selain susu, seperti pisang.
5.5 Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Pemberian ASI Eksklusif 5.5.1 Pengaruh Umur Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian ternyata dari 303 responden yang paling banyak pada kelompok umur 28 tahun sebanyak 157 responden 51,8 jika dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
dengan kelompok umur 18 - 28 tahun. Pada kelompok umur 18 - 28 tahun diperoleh responden yang memberikan ASI Eksklusif lebih sedikit 3,4 jika
dibandingkan dengan responden kelompok umur 28 tahun 6 orang 3,8. Jika di lihat hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000 0,05 berarti tidak
ada pengaruh umur terhadap pemberian ASI Eksklusif. Mengacu pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa umur responden 28 tahun mempunyai keinginan yang
lebih tinggi untuk memberikan ASI Eksklusif dibandingkan kelompok umur 18 - 28 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Septa 2005 yang menyatakan semakin tua
umur ibu semakin tinggi kecenderungan menyusui bayinya. Hal ini disebabkan karena makin tua umur seorang ibu semakin banyak pengalamannya dalam merawat
dan menyusui bayi.
5.5.2 Pengaruh Pendidikan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh responden dengan tingkat pendidikan menengah SMKSMA sebanyak 181 orang 59,7 dan yang lebih banyak
memberikan ASI Eksklusif 5,5 jika dibandingkan dengan responden dengan tingkat pendidikan dasar dari 96 orang responden 31,7 hanya 1 orang responden
1,0 yang memberikan ASI Eksklusif sedangkn responden dengan pendidikan tinggi tidak seorangpun 0 yang memberikan ASI Eksklusif. Dari hasil uji
statistik dengan diperoleh p = 0,141 0,05 artinya tidak ada pengaruh tingkat pendidikan responden terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Septa 2005 bahwa pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pemberian
Universitas Sumatera Utara
ASI, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin rendah prevalensi menyusui. Faktor lain adalah karena ibu-ibu yang berpendidikan tinggi cenderung
bekerja sehingga mengurangi kesempatan ibu untuk menyusui bayinya.
5.5.3 Pengaruh Pekerjaan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Menurut hasil penelitian bahwa terdapat 59 responden yang bekerja dari 303 responden yang diteliti. Ternyata dari 11 responden yang memberikan ASI Eksklusif
hanya 2 responden 3,4 yang memberikan ASI Eksklusif dari 59 responden yang bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa dengan bekerja mempunyai kecenderungan
yang lebih kecil untuk memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000 0,05 hal ini menunjukkan
tidak ada pengaruh pekerjaan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Menurut Daldjoni 1982 bahwa semua orang berusaha untuk meningkatkan
status sosial ekonominya dengan bekerja. Salah satu upaya yang dilakukan ialah mengikut sertakan wanita atau ibu di dalam keluarga untuk mencari nafkah, hal ini
banyak mendorong ibu untuk menggantikan ASI dengan makanan lain karena tuntutan kebutuhan ekonomi sehingga harus meninggalkan bayinya. Berdasarkan
hasil penelitian Afriana 2004 menunjukkan bahwa ibu yang bekerja merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif.
5.5.4 Pengaruh Lama Waktu Kerja Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden dengan lama waktu kerja ≤ 6
jam per hari mempunyai kecenderungan untuk memberikan ASI Eksklusif 20,
Universitas Sumatera Utara
2 orang dari 10 responden dibandingkan dengan responden dengan waktu kerja 6 jam per hari tidak seorang respondenpun 0 yang memberikan ASI Eksklusif.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,026 0,05 hal ini menunjukkan ada pengaruh lama waktu kerja responden terhadap pemberian ASI Eksklusif. Mengacu
pada hasil uji statistik, lama waktu kerja berpengaruh pada pemberian ASI Eksklusif karena memengaruhi terhadap frekuensi pemberian ASI terhadap bayi.
Hal ini disebabkan karena ibu berada di luar rumah untuk bekerja sehingga kurang waktu untuk menyusui bayinya. Padahal bekerja bukan merupakan suatu alasan
agar ibu tidak dapat memberikan ASI secara Eksklusif. Hal ini dapat diatasi dengan memerah ASI selama ibu bekerja, karena ASI tidak basi sampai dengan 8 jam, dan
tahan sampai 3 bulan bila dalam freezer. Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner dari 10 responden yang bekerja dengan lama waktu kerja
≤ 6 jam per hari , jenis pekerjaan responden tersebut adalah 4 responden sebagai tukang jahit,
4 orang berjualan dirumah, dan 2 orang sebagai pembantu rumah tangga. Sepuluh responden tersebut mempunyai banyak waktu di rumah daripada luar rumah
walaupun responden tersebut bekerja. Menurut data Susenas 2001 bahwa rendahnya proporsi menyusui Eksklusif
di kalangan ibu bekerja disarankan agar perlu adanya dukungan di tempat kerja agar pemberian ASI Eksklusif dapat terlaksana di kalangan ibu bekerja seperti dengan
menyiapkan ruang khusus untuk menyusui bayi.
Universitas Sumatera Utara
5.5.5 Pengaruh Paritas Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh, dari 278 responden dengan paritas 1-3 kali memberikan ASI Eksklusif ada 11 responden, sedangkan dari 25 responden
dengan paritas 4-5 kali tidak seorang respondenpun yang memberikan ASI Eksklusif. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,609 0,05 hal ini menunjukkan tidak ada
pengaruh paritas terhadap pemberian ASI Eksklusif. Dari hasil kuesioner dan wawancara dengan responden, dari 303 orang responden 278 orang 91,75 yang
melahirkan pada bidan, 6 orang melahirkan di rumah dan 272 responden di klinik dan Rumah Sakit, dan 25 orang responden 8,25 yang melahirkan dengan dokter di
Rumah Sakit. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zaenab R. dan Joeharno 2006 yang mengatakan bahwa paritas ibu merupakan faktor risiko
untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Status gizi ibu selama hamil dipengaruhi oleh pola konsumsi makanan ibu selama hamil yang akan berdampak
terhadap bayi yang lahir dengan berat badan rendah, bukan terhadap pemberian ASI.
5.5.6 Pengaruh Cara Lahir Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari 269 responden yang melahirkan tanpa tindakan yang memberikan ASI Eksklusif ada 10 orang 3,7 dibandingkan
dengan responden yang melahirkan dengan tindakan vacum sebanyak 1 orang 2,9 dari 34 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000 0,05 hal ini
menunjukkan tidak ada pengaruh cara lahir terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Zaenab R dan Joeharno 2006 di RS. Al-Fatah Ambon yang mengatakan bahwa cara lahir dipengaruhi oleh status
gizi ibu sewaktu hamil bukan terhadap pemberian ASI. Disamping itu tindakan pemisahan bayi dengan ibu setelah melahirkan menyebabkan ibu tidak dapat
memberikan ASI Eksklusif kepada bayi selama di rumah sakit atau di tempat melahirkan. Berdasarkan hasil kuesioner dari 303 responden ternyata 94,0 klinik
atau rumah sakit belum melaksanakan rawat gabung terhadap bayi dan hanya 41,5 yang baru melaksanakan program Inisiasi Menyusu Dini menyusu bayi 30 menit
setelah kelahiran. Hal ini bertentangan dengan Kep.Menkes No. 450MenkesSKIV2004 tentang Pemberian ASI Eksklusif sebagai salah satu
Langkah Menuju keberhasilan Menyusui LMKM.
5.5.7 Pengaruh Berat Badan Lahir Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Menurut hasil penelitian dari 299 responden yang melahirkan bayi berat badan lahir 2500 gram, 10 responden memberikan ASI Eksklusif 3,3
dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan bayi lahir 2500 gram dari 4 responden hanya 1 orang responden yang memberikan ASI Eksklusif
25. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,138 artinya tidak ada pengaruh berat badan bayi lahir terhadap pemberian ASI Eksklusif. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Zaenab R. dan Joeharno di RS. Al-Fatah 2006 mengatakan bahwa BBLR erat kaitannya dengan status gizi ibu selama hamil. Namun demikian bayi yang lahir
dengan berat badan rendah menyebabkan bayi tersebut harus dirawat lebih intensif
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah akan diberi ruang dan perawatan khusus sehingga
harus terpisah dari ibunya sampai berat badannya normal. Hal ini mengakibatkan kesempatan ibu untuk menyusui bayinya lebih kecil.
5.5.8 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dari 61 responden dengan pengetahun kategori baik cenderung memberikan ASI Eksklusif pada bayi 6 orang 9,8 jika
dibandingkan dengan 204 responden dengan kategori pengetahuan kurang baik, 5 orang responden 2,5 yang memberilkan ASI Eksklusif dan dari 38 responden
dengan kategori pengetahuan tidak baik tidak seorangpun yang memberikan ASI Eksklusif 0. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,020 0,05 hal ini berarti ada
pengaruh pengetahuan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Simbolon 2004
yang mengatakan bahwa pengetahuan memengaruhi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif. Menurut Notoatmodjo 2005 bahwa pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dari hasil kuesioner dan wawancara kepada beberapa responden ada
sebanyak 155 orang 51,16 ibu tidak mengerti tentang ASI Eksklusif, tetapi responden tahu manfaat dari ASI itu sebagai makanan yang paling baik karena
Universitas Sumatera Utara
mengandung cukup gizi dan membuat bayi sehat sehingga sangat baik diberikan kepada bayi. Namun demikian alasan ibu untuk tidak menyusui karena ASI
yang lambat keluar dan bayi yang rewel maupun alasan takut bentuk tubuh ibu berubah.
5.5.9 Pengaruh Sikap Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Dari hasil penelitian diperoleh, dari 128 responden dengan sikap setuju sebanyak 7 orang 5,5 yang memberikan ASI Eksklusif, dari 170 responden yang
mempunyai sikap kurang setuju sebanyak 4 orang 2,4 yang memberikan ASI Eksklusif. Pada 5 responden dengan sikap tidak setuju tidak seorangpun memberikan
ASI Eksklusif. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,349 0,05 artinya tidak pengaruh sikap responden terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Menurut Green 1980 sikap merupakan fakor predisposisi bagi seseorang untuk bertingkah laku. Sikap belum merupakan aktivitas atau tindakan tetapi kesiapan
atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespons sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negative Sarwono, 2003. Dari hasil diatas
sikap setuju tentunya merupakan suatu kecenderungan responden untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.
5.6 Pengaruh Faktor Pendukung Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif