Pengaruh Faktor Pendukung Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pengaruh Faktor Pendorong Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

mengandung cukup gizi dan membuat bayi sehat sehingga sangat baik diberikan kepada bayi. Namun demikian alasan ibu untuk tidak menyusui karena ASI yang lambat keluar dan bayi yang rewel maupun alasan takut bentuk tubuh ibu berubah. 5.5.9 Pengaruh Sikap Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Dari hasil penelitian diperoleh, dari 128 responden dengan sikap setuju sebanyak 7 orang 5,5 yang memberikan ASI Eksklusif, dari 170 responden yang mempunyai sikap kurang setuju sebanyak 4 orang 2,4 yang memberikan ASI Eksklusif. Pada 5 responden dengan sikap tidak setuju tidak seorangpun memberikan ASI Eksklusif. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,349 0,05 artinya tidak pengaruh sikap responden terhadap pemberian ASI Eksklusif. Menurut Green 1980 sikap merupakan fakor predisposisi bagi seseorang untuk bertingkah laku. Sikap belum merupakan aktivitas atau tindakan tetapi kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespons sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negative Sarwono, 2003. Dari hasil diatas sikap setuju tentunya merupakan suatu kecenderungan responden untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.

5.6 Pengaruh Faktor Pendukung Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

5.6.1 Pengaruh Promosi Susu Formula Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Hasil penelitian diperoleh dari 45 responden yang menolak promosi susu formula ada 6 orang 13,3 yang memberikan ASI Eksklusif, 264 responden yang Universitas Sumatera Utara menerima promosi susu formula ada sebanyak 5 orang 1,9 yang memberikan ASI Eksklusif. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,020 berarti ada pengaruh promosi susu formula terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin 2006, yang mengatakan bahwa promosi susu formula berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hasil kuesioner menunjukkan responden umumnya menerima keberadaan susu formula karena sangat membantu ibu-ibu yang ASInya kurang. Berdasarkan SDKI tahun 2002-2003 cakupan pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat selama kurun waktu 10 tahun. Iklan susu formula yang menjanjikan dapat membuat bayi pintar dan menyediakan bingkisan-bingkisan membuat ibu menjadi tertarik terhadap susu formula. Hasil kuesioner melalui wawancara dengan responden 53 responden 14,85 yang diberi bingkisan berupa susu dan perlengkapan bayi ketika ibu pulang setelah melahirkan. Menurut Roesli 2007 semakin sering bayi disusui maka ASI semakin banyak diproduksi. Secara fisiologis juga dijelaskan semakin kuat dan seringnya isapan bayi pada payudara ibu menyebabkan kerja hormon prolaktin dan oksitoksin semakin merangsang pembuatan dan pengeluaran ASI. Adanya anggapan untuk kelompok tertentu bahwa bayi yang diberikan susu formula merupakan simbol kehidupan dengan tingkat sosial yang lebih tinggi, dan mengikuti perkembangan zaman Siregar, 2004. Universitas Sumatera Utara

5.7 Pengaruh Faktor Pendorong Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

5.7.1 Pengaruh Tindakan Penolong Persalinan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan hasil penelitian didapat tindakan penolong persalinan yang memberikan susu formula kepada bayi responden, setelah kelahiran sebanyak 208 orang 67,7 dari 303 responden dan yang tidak memberikan susu formula ada sebanyak 95 orang 32,3. Hasil kuesioner dan wawancara kepada responden bahwa susu yang diberikan umumnya susu SGM dan laktogen. Hanya 42 responden 14 dari 303 responden yang diberi bingkisan susu dan produk bayi saat ibu pulang dari klinik bersalin atau tempat melahirkan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 hal ini berarti ada pengaruh tindakan penolong persalinan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Menurut Green 1980 dalam Notoatmodjo bahwa adanya dukungan pihak lain seperti petugas kesehatan dalam penelitian ini dukungan penolong persalinan merupakan faktor pendorong reinforcing factors yang menyebabkan seseorang untuk bertingkah laku. Adanya tindakan penolong persalinan untuk menyediakan, menawarkan bahkan memberikan susu formula setelah kelahiran, kurangnya kesabaran dari petugas untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada ibu untuk memancing ASI keluar setelah kelahiran serta tindakan pemisahan bayi dari ibu setelah kelahiran. Hal ini merupakan faktor yang menghambat ibu untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kuesioner beberapa orang ibu berpendapat bahwa setelah kelahiran, ASI tidak langsung ada dan baru keluar setelah 2 -3 hari setelah kelahiran ada dan jumlahnya masih sedikit Universitas Sumatera Utara sehingga menurut mereka ASI saja tidak cukup dan perlu dibantu dengan susu formula. Banyaknya iklan dari susu formula dan produk makanan siap saji dengan berbagai cara yang menarik sehingga membuat ibu- ibu tertarik dengan promosi susu formula.

5.7.2 Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Menurut hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang mendapat dukungan keluarga suami, ibu dan mertua yang memberikan ASI eksklusif lebih kecil 36,4 jika dibandingkan dengan responden yang hanya mendapat salah satu dukungan keluarga suami atau ibu atau mertua sebesar 54,5 dan responden yang tidak mendapat dukungan sama sekali dari keluarga hanya 9,1. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,469 0,05 artinya tidak ada pengaruh dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hasil dari kuesioner menunjukkan pihak keluarga yang banyak mendukung umumnya suami 84 dari 200 responden yang didukung oleh keluarga. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Padang 2007. Menurut Padang 2007 dukungan keluarga seperti suami, ibu dan mertua merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI Eksklusif. Hal ini juga didukung oleh Green 1980 bahwa adanya motivasi dan dukungan dari pihak lain seperti keluarga merupakan faktor pendorong bagi seseorang untuk bertingkah laku. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN