Tempat, Waktu, dan Ruang Lingkup Penelitian Jenis dan Sumber data Model Analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat, Waktu, dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan memanfaatkan data-data ekonomi yang terdapat pada Bank Indonesia dan sumber lainnya dalam studi peristiwa yang terangkum di website www.idx.co.id, www.etrading.co.id www.bps.go.id, www.bi.go.id, www.depkeu.go.id. Waktu Penelitian direncanakan mulai bulan Juni 2009 sd selesai. Penelitian ini memiliki ruang lingkup variabel yang saling berkontribusi terhadap perubahan masing-masing variabel yaitu Pendapatan Riil, Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Permintaan Uang M1 di Indonesia.

3.2. Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah dan disajikan ke dalam tabel dan bentuk lain Husein Umar : 2008. Sedangkan data time series merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam interval waktu tertentu misalnya minggu, bulan dan tahun Muhidin : 2008. 50 Universitas Sumatera Utara Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari website yang memiliki kumpulan data tentang pendapatan riil, inflasi, SBI dan jumlah permintaan uang M1. Data diperoleh berdasarkan tahun dari tahun 1982 sd tahun 2008. 3.3. Uji Asumsi 3.3.1. Uji Stasioneritas Data dengan Akar Unit Widarjono 2007, data time series seringkali tidak stasioner sehingga menyebabkan hasil regresi yang meragukan atau sering disebut regresi lancung superious regression. Regresi lancung adalah situasi dimana hasil regresi menunjukkan koefisien regresi yang signifikan secara statistik dan nilai koefisien determinasi yang tinggi namun hubungan antar variabel didalam model tidak saling berhubungan. Agar regresi yang dihasilkan tidak rancu meragukan kita perlu merubah data tidak stasioner menjadi data stasioner. Beberapa uji stasioner yang dilakukan adalah uji akar unit. Uji akar unit yang sekarang terkenal adalah uji dari Dickey Fuller dan Phillips Perron, namun yang biasa digunakan adalah uji Dickey Fuller karena uji ini sangat sederhana. Dasar dari uji akar unit DF Dickey Fuller adalah data time series yang mengikuti pola AR1. Padahal hampir semua data time series mengikuti pola AR1 ini. Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik ADF dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut statistik ADF lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner. Universitas Sumatera Utara Data tidak stationer dapat dijadikan menjadi data stationer. Caranya dengan melakukan uji stationeritas data pada tingkat diferensi data yang disebut juga dengan uji derajat integrasi. Jadi data yang tidak stasioner pada tingkat level akan diuji lagi pada tingkat diferen sampai menghasilkan data yang stasioner. Didalam menguji apakah data mengandung akar unit atau tidak, Dickey-Fuller menyarankan untuk melakukan regresi model-model berikut ini : t t t e Y Y    1  3.1 t t t e Y Y     1 1   3.2 t t t e Y t Y      1 2 1    3.3 Dimana : t adalah variabel trend waktu Perbedaan persamaan 3.1 dengan dua regresi lainnya adalah memasukkan konstanta dan variabel trend waktu. Dalam setiap model, jika data time series mengandung unit root yang berarti data tidak stasioner hipotesis nulnya adalah Ø = 0, sedangkan hipotesis alternatifnya Ø0 yang berarti data stasioner. Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai DF statistik dengan nilai kritisnya yakni distribusi statistik τ. Nilai DF ditunjukkan oleh nilai t statistik koefisien ØY t-1 . Jika nilai absolut statistik DF lebih besar lebih besar dari nilai kritisnya maka kita menolak hipotesis nul sehingga data yang diamati stasioner. Sebaliknya data tidak stasioner jika nilai statistik DF lebih kecil dari nilai kritis distribusi statistik τ. Salah satu asumsi dari persamaan 3.1 dan 3.2 adalah bahwa residual e t tidak saling berhubungan. Dalam banyak kasus residual e t seringkali berhubungan Universitas Sumatera Utara dan mengandung unsur autokorelasi. Dickey fuller kemudian mengembangkan uji akar unit dengan memasukkan unsur autokorelasi dalam modelnya yang kemudian dikenal dengan Augmented Dickey-Fuller ADF. Dalam prakteknya uji ADF inilah yang digunakan untuk mendeteksi apakah data stasioner atau tidak. Adapun formulasi uji ADF sebagai berikut : t n t t t t e Y Y Y           1 1 1 1   3.4 t n t t t t e Y Y Y            1 1 1 1    n 3.5 t t t t t e Y Y T Y             1 1 1 1 1     3.6 dimana, Y : variabel yang diamati Y t : Y t – Y t-1 T : Trend waktu n : lag Prosedur untuk mengetahui data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik ADF dengan nilai kritis distribusi MacKinnon. Nilai statistik ADF ditunjukkan oleh nilai t statistik koefisien Y t-1 pada persamaan 3.4 sd 3.6. jika nilai absolut statistik ADF lebih besar dari nila kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner. Hal penting dalam uji ADF adalah menentukan panjangnya kelambanan. Panjangnya kelambanan bisa ditentukan berdasarkan kriteria AIC Akaike Information Criterion ataupun SC Schwarz Universitas Sumatera Utara Information Criterion. Nilai AIC dan SIC yang paing rendah dari sebuah model akan menunjukkan model tersebut yang paling tepat Pratomo dan Hidayat : 2007.

3.3.2. Uji Kausalitas

Suatu variabel X, dikatakan mempunyai kausalitas Granger dengan variabel lainnya, Y, jika dengan memasukkan nilai lag dari X dapat digunakan untuk memprediksi variabel Y yang hasilnya lebih baik dibandingkan jika menggunakan nilai lag variabel Y. Sehingga dalam kasus ini inflasi dikatakan mempunyai kausalitas terhadap permintaan uang, jika lag variabel inflasi dapat memprediksi besarnya permintaan uang dimasa yang akan datang secara lebih baik dibandingkan jika menggunakan lag variabel permintaan uang itu sendiri. Model lain yang akan digunakan sebagai alternatif dari uji kausalitas Granger yang digunakan adalah uji kausalitas Granger model koreksi kesalahan. Model kausalitas ini mampu menggabungkan informasi dari sifat kointegrasi dari data variabel time series Miller and Russek : 1990. Engle dan Granger 1987 mendefinisikan suatu data time series yang tidak stasioner, Xt dikatakan terkointegrasi pada order d jika data tersebut stasioner setelah dilakukan diferensi tingkat pertama dinotasikan sebagai Xt ~ Id. Jika dua data time series , Xt dan Yt terkointegrasi pada order d, Engle dan Granger menunjukkan bahwa kombinasi linier Z t = Xt - δYt akan stasioner. Sebagai akibatnya kedua series Xt dan Yt dikatakan terkointegrasi. Jika terdapat kointegrasi maka kedua variabel mempunyai hubungan Universitas Sumatera Utara jangka panjang. Oleh karena itu hubungan jangka panjang antara kedua variabel dapat diestimasi dengan persamaan sebagai berikut: Xt = αo + oYt + µt 3.7 Yt = α1 + oXt + µt 3.8 Uji kausalitas Granger yang didasarkan pada model koreksi kesalahan dapat diformulasikan sebagai berikut : t n t t oi n t t oi t t DY d DX c DX                  1 1 1 1 1 3.9 t n t t i n t t i t t DX d DY c DY                  1 1 1 1 1 1 1 3.10 Dimana D adalah diferensi atau perbedaan dan variabel koreksi µ t-1 merupakan residual dari kointegrasi dalam persamaan 3.9 dan 3.10. Setelah diketahui bahwa kedua variabel terkointegrasi, pertanyaannya adalah variabel mana yang saling mempengaruhi dan bagaimana kondisi jangka pendek mampu mengkoreksi kembali kondisi jangka panjang. Dengan memasukkan variabel koreksi kesalahan didalam persamaan 3.9 dan 3.10, model koreksi kesalahan mampu menunjukkan arah terjadinya kausalitas. Y dikatakan berpengaruh terhadap X dalam persamaan 3.10 tidak hanya jika d oi signifikan tetapi juga b o signifikan. Oleh karena itu, tidak seperti uji kausalitas standar Granger, model koreksi kesalahan mampu menjelaskan bahwa Y mempengaruhi X sepanjang Nilai koefisien koreksi kesalahan signifikan walaupun d oi tidak signifikan. Selanjutnya Granger menunjukkan bahwa model koreksi kesalahan mampu menghasilkan prediksi jangka pendek yang lebih baik dan mampu menyediakan penyesuaian dinamis jangka pendek untuk mencapai kondisi Universitas Sumatera Utara keseimbangan jangka panjang. Perubahan kelambanan didalam variabel independen dapat diinterpretasikan sebagai efek jangka pendek sedangkan koreksi kesalahan menunjukkan efek jangka panjang. Persoalan utama dalam mengestimasi model autoregresif dalam persamaan 3.9 dan 3.10 adalah dalam hal menentukan panjangnya kelambanan. Sebagaimana diketahui bahwa kedua persamaan tersebut terdiri dari lebih dari satu variabel independen kelambanan. Oleh karena itu, harus memilih model dengan panjang kelambanan yang optimum. Untuk itu digunakan metode yang dikembangkan oleh Akaike Information Criterron AIC dan Schwarz Criterion SC, nilai terkecil dari AIC dan SC digunakan untuk menentukan panjangnya kelambanan yang optimal. 3.3.3. Uji Kointegrasi Regresi yang menggunakan data time series yang tidak stasioner kemungkinan besar akan menghasilkan regresi lancung. Regresi lancung terjadi jika koefisien determinasi cukup tinggi tapi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen tidak mempunyai makna. Hal ini terjadi karena hubungan keduanya yang merupakan data time series hanya menunjukkan tren saja. Secara umum bisa dikatakan bahwa jika data time series Y dan X tidak stasioner pada tingkat level tetapi menjadi stasioner pada diferensi difference yang sama yaitu Y adalah Id dan X adalah Id dimana d tingkat diferensi yang sama maka kedua data adalah terkointegrasi mempunyai hubungan dalam jangka panjang. Uji kointegrasi Universitas Sumatera Utara ada berbagai macam namun untuk uji dengan beberapa vektor uji yang sering digunakan adalah uji Johansen. Uji kointegrasi yang akan digunakan disini menggunakan prosedur uji kointegrasi Johansen-Juselius 1990. Dalam tulisan ini, prosedur Johansen-Juselius diaplikasikan untuk sistem persamaan bivariat dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen dalam bentuk vector autoregressive AR yang meliput sampai ρ lag dari variabel Xt. Aplikasi model uji kointegrasi dalam penelitian ini : t t t t k t p t t t t INF BSBI BPDB M M M                1 1 1 1 1 1 1            3 1 1 3 1 1 j j t i A dan A 3.11 dimana Ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji Trace Statistic dan Maximum Eigenvalue. Apabila nilai hitung Trace Statistic dan Maximum Eigenvalue lebih besar daripada nilai kritisnya, maka terdapat kointegrasi pada sejumlah variabel, sebaliknya jika nilai hitung Trace Statistic dan Maximum Eigenvalue lebih kecil daripada nilai kritisnya maka tidak terdapat kointegrasi. Nilai kritis yang digunakan adalah yang dikembagkan oleh Osterwald-Lenum.

3.4. Model Analisis

Menurut Sims Manurung : 2005 jika simultanitas antara beberapa variabel benar maka dapat dikatakan bahwa variabel tidak dapat dibedakan mana variabel Universitas Sumatera Utara endogen dan mana variabel eksogen. Pengujian hubungan simultan dan derajat integrasi antar variabel dalam jangka panjang yang saling berkontribusi satu sama lain dengan menggunakan metode VAR. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan simultan saling terkait antara variabel pendapatan riil, SBI, inflasi, dan permintaan uang sebagai variabel endogen dengan memasukkan unsur waktu lag. Berdasarkan model pada 2.6.20 maka pengujian dengan menggunakan metode VAR dilakukan sesuai dengan persamaan sebagai berikut : t p t p t p t p t t e INF SBI PDB M c M , 1 4 3 2 1 1 1 1               3.12 t p t p t p t p t t e M INF SBI PDB c PDB , 2 4 3 2 1 2 1               3.13 t p t p t p t p t t e PDB M INF SBI c SBI , 3 4 3 2 1 3 1               3.14 t p t p t p t p t t e M SBI PDB INF c INF , 4 4 3 2 1 4 1               3.15 dimana : M1 t = Data Jumlah Permintaan Uang saat ini M1 t-p = Data Jumlah Permintaan Uang periode sebelumnya PDB t = Data Produk Domestik Bruto Indonesia saat ini PDB t-p = Data Produk Domestik Bruto Indonesia periode sebelumnya SBI t = Data suku bunga SBI saat ini SBI t-p = Data suku bunga SBI periode sebelumnya INF t = Data tingkat Inflasi saat ini INF t-p = Data tingkat Inflasi periode sebelumnya  = koefisien Universitas Sumatera Utara c = konstanta e = kesalahan pengangguresidual error terms p = panjang lag

3.5. Innovation Accounting