dimana : M
d
= permintaan uang kas Dari formulasi ini kita mendapatkan perilaku permintaan uang menurut teori
Marshall, yang merupakan awal dari teori permintaan akan uang.
2.3. Teori Permintaan Uang Keynes
Keynes menerangkan mengapa seseorang memegang uang kas berdasarkan kegunaan uang. Seperti kita ketahui, uang dapat berfungsi sebagai alat tukar
transaksi dan penyimpan kekayaan. Dalam teorinya tentang permintaan akan uang kas, Keynes membedakan antara motif transaksi dan berjaga-jaga serta spekulasi.
Seseorang memerlukan uang karena dia akan melakukan transaksi dan untuk brejaga-jaga kalau sakit, musibah dan sebagainya yang pada akhirnya merupakan
kegiatan transaksi. Selain itu orang mau memegang uang karena motif spekulasi. Dalam hal ini seseorang berusaha supaya hasil dari uang yang dipegang maksimum
dengan cara mengkombinasikan uang yang dipegang dalam bentuk kekayaan lainnya.
2.3.1. Permintaan Uang Transaksi
Individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk membiayai transaksi. Transaksi ini sering terjadi tidak bersamaan waktunya dengan penerimaan uang.
Pengeluaran ini seringkali tidak bisa diperkirakan terlebih dahulu sehingga sangat diperlukan adanya uang kas di tangan. Meskipun seandainya pengeluaran dan
penerimaan itu dapat diperkirakan dengan tepat, namun uang kas di tangan tetap
Universitas Sumatera Utara
diperlukan. Sebab penerimaan yang diharapkan mungkin tidak jadi diterima atau pengeluaran untuk transaksi yang sangat penting perlu dilakukan sebelum penerimaan
datang, atau mungkin suatu transaksi yang memberikan keuntungan besar sangat menarik untuk dilakukan sebelum penerimaan datang dan sebagainya.
Keynes mengatakan bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung dari pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan seseorang, makin besar
keinginan akan uang kas untuk transaksi. Seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi biasanya melakukan transaksi lebih banyak dibanding
seseorang atau masyarakat yang pendapatannya lebih rendah. Ketergantungan permintaan uang untuk transaksi terhadap pendapatan ditunjukkan pada Gambar 2.1.
M
t
L
1
YP
Gambar 2.1 Permintaan Uang Untuk Transaksi
Permintaan uang untuk transaksai riil ditunjukkan dengan L
1
. Terlihat semakin tinggi pendapatan maka semakin banyak uang yang dipegang untuk
Universitas Sumatera Utara
keperluan transaksi M
t
. hubungan antara permintaan uang untuk transaksi dengan pendapatan riil YP tidak selalu linier. Berbeda dengan kaum klasik, Keynes lebih
menekankan analisisnya pada motif spekulasi yaitu peranan tingkat bunga dalam menetukan permintaan uang untuk spekulasi.
2.3.2. Permintaan Uang Spekulasi
Keynes juga menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas yang lebih dari kebutuhannya untuk keperluan transaksi. Namun demikian Keynes
memfokuskan analisisnya pada permintaan uang untuk spekulasi. Menurut Keynes, orang bersedia memegang uang melebihi kebutuhan untuk transaksi. Hal ini karena
uang merupakan salah satu bentuk kekayaan. Uang kas yang disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai alat penimbun kekayaan store of value. Dalam istilah yang
lebih modern sering disebut permintaan uang untuk penimbun kekayaan asset demand for money.
Besarnya permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini ditentukan oleh perbandingan hasil dari bentuk kekayaan yang lain. Misalnya ada dua bentuk
kekayaan, Uang Money M dan Obligasi Bond B, apabila memegang uang, maka hasil yang diperoleh tidak ada namun memperoleh kemudahan untuk melakukan
transaksi. Dengan memegang obligasi seseorang akan memperoleh bunga. Dengan demikian semakin tinggi tingkat bunga semakin rendah keinginan masyarakat
memegang uang kas. Alasanya, pertama apabila tingkat bunga naik berarti ongkos memegang uang kas oportunity cost of holding money makin besar atau tinggi,
Universitas Sumatera Utara
orang lebih baik memegang obligasi. Keinginan masyarakat akan uang kas akan makin kecil, sebaliknya makin rendah tingkat bunga makin besar keinginan
masyarakat untuk memegang kas. Kedua, hipotesis Keynes bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga “normal” berdasarkan pengalaman, terutama
pengalaman tingkat bunga yang baru-baru terjadi. Tingkat bunga normal artinya suatu tingkat bunga yang menyebabkan masing-masing orang bersikap indifferent tidak
acuh apakah ia akan memegang uang atau obligasi. Selain itu, setiap terjadi perubahan atau penyimpangan, tingkat bunga diharapkan akan kembali ke tingkat
bunga normal ini. Jadi, apabila tingkat bunga kenyataanya berada diatas tingkat normal, maka masyarakat mengharapkan tingkat bunga tidak akan naik lagi, bahkan
diperkirakan akan turun atau kembali ke tingkat bunga normal. Apabila suatu saat tingkat bunga berada diatas tingkat bunga normal maka seluruh uang yang
dialokasikan untuk spekulasi akan diwujudkan dalam bentuk obligasi dan pada tingkat uang berada dibawah tingkat bunga normal ia akan memegang uang kas
seluruhnya. Hubungan antara tingkat bunga normal dengan jumlah uang yang dipegang ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Universitas Sumatera Utara
r
r A
M
s
M
sp
Gambar 2.2 Permintaan Uang Dengan Tingkat Bunga Normal
Misalnya tingkat bunga normal adalah r. pada tingkat bunga yang terjadi lebih tinggi dari r, uang yang dipegang akan berupa obligasi sehingga M
s
, jumlah uang untuk spekulasi nol, sedangkan pada tingkat bunga di bawah r seluruh uang
untuk spekulasi dipegang dalam bentuk kas M
s
banyak. Pada tingkat bunga sama dengan r maka ia tidak acuh apakah memegang kas atau obligasi dalam grafik
dicerminkan oleh segi empat OrAM
s
. Permintaan uang untuk spekulasi oleh seseorang individu berbentuk patah
seperti pada Gambar 2.2. Hal ini karena harapan mengenai suku bunga yang akan terjadi sudah pasti. Pada suku bunga di atas r harapan untuk memperoleh
“keuntungan gain” dari obligasi positif, sehingga orang mengalokasikan uangnya dalam bentuk obigasi semua. Pada Gambar 2.2, untuk r r banyaknya M
sp
= 0. Pada
Universitas Sumatera Utara
saat suku bunga dibawah atau lebih rendah dari r harapan memperoleh keuntungan dari obligasi negatif sehingga orang lebih senang memegang uang daripada
memegang obligasi. Pada r r, banyaknya uang yang dipegang untuk spekulasi sama dengan total kekayaan. Pada saat r = r harapan memperoleh keuntungan dari
obligasi sama dengan nol sehingga orang bersikap acuh tak acuh apakah memegang kas atau obligasi.
Obligasi adalah surat berharga yang memberikan hasil return r yang tetap jumlahnya. Nilai sekarang present discounted value, PDV dari r selama memegang
obligasi ini merupakan harga sekarang dari obligasi. Nilai sekarang dari suatu penerimaan yang akan diterima di masa mendatang besarnya berbanding terbalik
dengan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka akan semakin rendah PDV dari r maka semakin rendah harga sebuah obligasi. Dengan demikian apabila tingkat
bunga berada diatas tingkat bunga normal, orang berharap tingkat bunga akan turun harga obligasi naik, orang lebih baik memegang obligasi. Demikian sebaliknya
apabila tingkat bunga kenyataanya dibawah normal, masyarakat akan memperkirakan tingkat bunga akan naik kembali pada tingkat bunga normal tersebut. Harga surat
berharga diperkirakan akan turun sebab tingkat bunga naik sehingga mereka akan menjual surat berharga dan dengan demikian keinginan memegang uang kas naik.
Ketergantungan permintaan uang kas untuk spekulasi terhadap tingkat bunga ditunjukkan pada Gambar 2.3 yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara
tingkat bunga r dengan permintaan uang untuk spekulasi L
2
.
Universitas Sumatera Utara
r
L
2
M
sp
Gambar 2.3 Permintaan Uang Untuk Spekulasi
Untuk suatu perekonomian dianggap bahwa terdapat suatu rentang range suku bunga normal. Tiap orang memiliki harapan berbeda mengenai seberapa besar
laju perubahan suku bunga menuju normal. Dengan kata lain tiap orang memiliki harapan memperoleh keuntungan dari obligasi dengan tingkat yang berbeda-beda.
Pada umumnya semakin rendah suku bunga semakin besar orang berharap suku bunga akan naik. Dengan kata lain semakin banyak orang ingin memegang uang
menjual obligasi. Demikian sebaliknya pada tingkat bunga yang tinggi. Permintaan uang untuk spekulasi akan berupa kurva dengan slope negatif seperti pada Gambar
2.3.
Universitas Sumatera Utara
r
rL
M
sp
Gambar 2.4 Liquidity Trap
Gambar 2.4 menunjukkan adanya apa yang oleh Keynes disebut liquidity trap bagian horizontal dari permintaan uang kas pada tingkat bunga r
L
. Liquidity trap menggambarkan bahwa pada tingkat bunga yang begitu rendah menurut ukuran
pengalaman-penalaman masa lalu, elastisitas permintaan uang kas menjadi tak terhingga besarnya. Masyarakat tidak akan memegang surat berharga pada tingkat
bunga ini r
L
karena masyarakat memperkirakan bahwa dikemudian hari tingkat bunga akan naik sebab tingkat bunga r
L
sudah begitu rendah tidak mungkin turun lagi. Dengan kata lain setiap orang akan mengharapkan harga surat berharga akan
turun di masa datang sehingga tidak ada seorangpun yang mau membeli surat berharga sekarang, semuanya menghendaki uang kas. Secara matematis, permintaan
uang total ini dapat dirumuskan sebagai berikut : W
r l
kY P
M
d
2.5
Universitas Sumatera Utara
dimana M
t
= k Y untuk tujuan transaksi besarnya tergantung pendapatan dan M
s
= 1r W = permintaan uang spekulasi.
Permintaan uang total merupakan permintaan uang riil. Karena analisa Keynes adalah analisa jangka pendek, maka W dianggap tetap tidak berubah sehingga
dapat dituliskan sebagai berikut : MP
d
= k Y + 1r. Dengan demikian Keynes telah memasukkan tingkat bunga sebagai faktor yang mempengaruhi permintaan uang.
Kenyataanya, sampai saat ini arti pentingnya tingkat bunga dalam mempengaruhi permintaan uang masih diterima oleh banyak ahli bahkan dalam perkembangan
selanjutnya tingkat bunga juga mempengaruhi permintaan uang untuk tujuan transaksi.
r L
1
rL L
2
M
d
L
1
+ L
2
M
t
L
1
M
d
Gambar 2.5 Permintaan Uang Untuk Tujuan Transaksi Dan Spekulasi
Universitas Sumatera Utara
2.4. Teori Permintaan Uang Friedman