timur, selatan dan barat, didukung dengan faktor suhu 24,35˚C dan intensitas cahaya 396,67 lux yang rendah dibanding ketinggian A,B,C dan D sehingga faktor
kelembaban tidak begitu berbeda antara sektor bawah, tengah dan atas. Seperti yang disampaikan oleh Suin 2002 bahwa faktor fisik yang hampir merata pada suatu
habitat serta tersedianya makanan organisma yang hidup di dalamnya sangat menentukan organisme tersebut hidup beraturan.
4.2 Komposisi Stadia Perkembangan H.hampei telur, larva, pupa, imago
Hasil pengamatan terhadap komposisi stadia perkembangan H. hampei telur, larva, pupa dan imago yang dihubungkan dengan kematangan buah buah berwarna
hijau.kuning dan merah dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Stadia Perkembangan H. hampei pada 5 Ketinggian
Ketinggian di atas permukaan laut m dpl A
700 700B800 800B900 900B1000 E1000 Rataan ________________________________________________________________________
Hijau Telur butir 1.50 2.17 0.83
1.00 1.33
1.37 4 Larva ekor 1.17 0.67 1.00
1.67 1.33 1.17 3
Pupa ekor 0.00 0.67 0.67
1.00 0.67 0.60 2 Imago ekor 5.50 5.33 4.33
6.00 6.50 5.53 14
Subtotal 23 Kuning
Telur butir 5.33 3.83 3.50
4.33 4.17 4.23 11
Larva ekor 2.00 1.83 2.00 1.50
0.83 1.63 4 Pupa ekor 1.50
2.00 2.00 2.83
2.50 2.17 6 Imago ekor 5.17
4.00 4.50 5.33
5.33 4.87 13 Subtotal 34
Merah Telur butir 4.83 6.17 6.50 5.00
3.67 5.23 13 Larva ekor 4.50 3.50 4.50 2.67
2.50 3.53 9 Pupa ekor 1.50 3.17 3.67 1.83 4.33 2.90 7
Imago ekor 5.50 5.17 5.00 5.67 6.00 5.47 14
Universitas Sumatera Utara
Subtotal 43 _______________________________________________________________________
Tabel 5 menunjukkan komposisi stadia perkembangan H. hampei telur, larva, pupa, imago 23 berlangsung pada buah berwarna hijau, 34 berlangsung pada buah
berwarna kuning dan 43 berlangsung pada buah berwarna merah. Jadi perkembangan stadia H. hampei lebih besar berlangsung pada buah berwarna merah,
karena kekerasan endosperm pada buah merah lebih sesuai bagi H. hampei untuk meletakkan telurnya. Seperti yang dikemukakan DPP 2004 bahwa buah yang sudah
tua paling disukai oleh hama ini. Selanjutnya Kalshoven 1981 mengemukakan bahwa perkembangan dari telur menjadi imago berlangsung hanya di dalam biji keras
yang sudah matang berwarna kuning dan merah. Hasil uji Bonferroni terhadap komposisi stadia perkembangan H. hampei
telur, larva, pupa dan imago yang dihubungkan dengan kematangan buah buah berwarna hijau.kuning dan merah dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi Telur, Larva, Pupa dan Imago Berdasarkan Kematangan Buah pada 5 Ketinggian
Warna Buah Telur
X ± SD butir
Larva X ± SD
ekor Pupa
X ± SD ekor
Imago X ± SD
ekor Rata
2
total±Sd X total ± SD
Hijau 1,37±0,52
b
1,17±0,37
b
0,60±0,37
b
5,53±0,81
a
2,17±2,08 Kuning
4,23±0,69
a
1,63±0,49
b
2,17±0,51
a
4,87±0,59
a
3,23±1,49 Merah 5,23±1,13a
3,53±0,96
a
2,90±1,21
a
5,47±0,40
a
4,28±1,44 Rata
2
total±Sd 3,61±1,86 2,11±1,22 1,89±1,23 5,29±0,66
Keterangan: SD = Standar Deviasi, Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda di dalam kolom yang sama adalah berbeda secara
nyata p0,05
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6 memperlihatkan bahwa jumlah telur pada buah berwarna hijau berbeda nyata dengan buah berwarna kuning dan merah. Jumlah telur lebih sedikit ditemukan pada
buah berwarna hijau dan terbanyak pada buah berwarna merah. Hal ini disebabkan karena buah yang berwarna hijau pada umumnya digunakan imago sebagai bahan
makanannya saja. Seperti yang dikemukakan oleh Tobing et al., 2006 buah kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan makanan,
penggerek buah kopi tidak meletakkan telurnya tetapi keluar dari buah. Selanjutnya Jaramillo et al., 2006 mengatakan buah kopi yang kekerasan endospermanya kurang
20 akan ditinggalkan imago setelah mendapatkan makanan, tetapi ada juga yang menunggu di terowongan eksokarp sampai endosperma keras dan berkembang biak.
1 12
10 11
9 4
2
Jumlah larva pada buah berwarna merah berbeda nyata dengan jumlah larva pada buah berwarna hijau dan kuning. Jumlah larva lebih banyak pada buah berwarna
merah karena serangga betina meletakkan telur pada buah kopi yang telah memiliki endosperma yang keras Rubio et al., 2008. Kekerasan endosperma seiring dengan
kematangan buah yang ditandai dengan perubahan warna buah. Menurut Jaramillo et al., 2006 buah kopi yang kekerasan endospermanya lebih 20 akan digunakan H.
hampei untuk meletakkan telurnya. Selanjutnya DPP 2004 mengatakan buah yang paling disukai H. hampei buah kopi berwarna merah.
Jumlah pupa pada buah berwarna hijau berbeda nyata dengan jumlah pupa pada buah berwarna kuning dan merah. Jumlah pupa lebih sedikit dijumpai pada
buah berwarna hijau. Apabila dikaitkan dengan siklus hidup H. hampei maka waktu
Universitas Sumatera Utara
yang dibutuhkan telur menjadi pupa ± 15-35 hari PCW, 2002 sedangkan perubahan buah kopi dari warna hijau kekuning dan kuning kemerah berlangsung selama 1
bulan Manurung, 2008. Apabila telur diletakkan pada buah yang berwarna hijau, maka perubahan telur tersebut menjadi pupa bersamaan dengan pematangan buah
hijau menjadi kuning atau kuning menjadi merah. Jumlah imago tidak berbeda nyata pada buah berwarna hijau, kuning dan
merah, karena tersedianya buah kopi di lapangan dengan berbagai umur, di mana serangga H.hampei sudah menyerang buah kopi sejak buah kopi yang masih muda
sampai yang sudah tua sesuai dengan pernyataan Wiryadiputra 1996 bahwa di pertanaman, hama H. hampei menyerang sejak buah masih berwarna hijau, yang
bijinya dalam keadaan lunak, sampai dengan buah masak berwarna merah dan lewat masak yang berwarna hitam, baik yang masih di pohon maupun yang telah gugur di
atas tanah. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Rubio et al., 2008 yang menyatakan bahwa imago H. hampei telah merusak biji kopi sejak biji mulai
membentuk endosperma. Pada buah yang terserang dapat ditemukan lebih dari 1 imago dalam 1 buah kopi. Hal ini disebabkan mulai stadium telur sampai imago
serangga H.hampei tetap berada dalam biji dan menggerek dalam biji kopi. Seperti yang dikemukakan oleh Kalshoven 1981 bahwa perkembangan dari telur menjadi
imago berlangsung hanya di dalam biji keras yang sudah matang berwarna kuning dan merah, selanjutnya Irulandi et al., 2007 menyatakan bahwa PBKo makan dan
berkembang biak hanya di dalam buah kopi saja.
Universitas Sumatera Utara
Nilai rata – rata dan standart deviasi jumlah imago 5,53±0,81 pada buah berwarna hijau berbeda nyata dengan jumlah telur 1,37±0,52, larva 1,17±0,37 dan
pupa 0,60±0,37 pada buah berwarna hijau hal ini disebabkan karena pada saat buah dipetik imago sudah ada di dalam buah sedang menggerek untuk makan atau sedang
menunggu di terowongan eksokarp sampai biji memilki kekerasan lebih 20 untuk meletakkan telurnya Jaramillo et al., 2006. Stadia telur, larva dan pupa juga
ditemukan pada buah berwarna hijau, karena serangga betina juga dapat bereproduksi pada buah berwarna hijau apabila kekerasan endosperma sudah lebih 20.
Komposisi telur, larva, pupa dan imago berdasarkan ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil uji Anova p0,05, menunjukkan tidak ada
perbedaan yang nyata antara ketinggian tempat A, B, C, D dan E terhadap jumlah telur, larva, pupa dan imago. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan
ketersediaan buah kopi yang tidak jauh berbeda pada masing-masing ketinggian. Tabel 7. Komposisi Telur, Larva, Pupa dan Imago Berdasarkan Ketinggian Tempat
Ketinggian m dpl
Telur X ± SD
butir Larva
X ± SD ekor
Pupa X ± SD
ekor Imago
X ± SD ekor
XTotal±SD A
≤700 3,89±2,08 2,56±1,73 1,00±0,87 5,39±0,19
,21±2,09 700B800
4,06±2,01 ,00±1,42 1,94±1,25
4,83±0,73 3,21±1,80 800C900
3,61±2,83 2,50±1,80 2,11±1,50 4,61±0,35 3,21±1,88 900D100 3,44±2,14 1,94±0,63 1,89±0,92 5,67±0,33
3,24±1,91 E1000
3,06±1,51 1,56±0,86 2,50±1,83 5,94±0,59 3,26±2,04 X
Total ± SD 3,61±1,86 2,11±1,22 1,89±1,23 5,29±0,66
Universitas Sumatera Utara
4.3 Intensitas Serangan Intensitas serangan H. hampei pada ketinggian A, B, C, D dan E, termasuk