Intensitas Serangan Intensitas serangan H. hampei pada ketinggian A, B, C, D dan E, termasuk

4.3 Intensitas Serangan Intensitas serangan H. hampei pada ketinggian A, B, C, D dan E, termasuk

kategori ringan. Nilai intensitas serangan pada masing – masing ketinggian dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Intensitas Serangan H. hampei Berdasarkan Ketinggian Tempat No. Ketinggian m dpl I Keterangan 1. A ≤ 700 7.74 Ringan 2. 700 B ≤ 800 11.00 Ringan 3. 800 C ≤ 900 3.19 Ringan 4. 900 D ≤ 1000 3.51 Ringan 5. E 1000 5.47 Ringan Kriteria intensitas serangan organisme dapat dikelompokkan menjadi intensitas serangan ringan bila I25, intensitas serangan sedang bila I 25-50, intensitas serangan berat bila I = 50-90 serta intensitas serangan fuso bila I90 Rahayu et al., 2006. Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai intensitas serangan hama H. hampei pada masing-masing ketinggian termasuk kategori ringan. Hal ini disebabkan oleh karena serangga betina tidak mendapat kondisi habitat yang sesuai, yaitu kurang tersedianya buah kopi yang berwarna merah. Menurut Wachjar 1984 panen besar kopi arabika di Dairi Sumatera Utara jatuh pada bulan Oktober sampai Desember. Oleh karena itu keadaan faktor makanan yang berlimpah bagi H. hampei berada pada bulan–bulan Oktober sampai dengan Desember. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April sehingga keberadaan buah kopi di lapangan dalam jumlah sedikit. Buah kopi merupakan penghasilan petani, 1 x 2 minggu buah kopi yang Universitas Sumatera Utara matang dipanen dan dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga buah kopi yang matang tersedia sedikit di lapangan sebagai habitatnya dan tempat melangsungkan reproduksinya. Intensitas serangan tertinggi pada ketinggian 700 B ≤ 800 m dpl dengan nilai intensitas serangan 11,00. Hal ini disebabkan karena pada saat pengamatan terjadi keterlambatan pemanenan sehingga terdapat banyak buah merah pada tanaman kopi tersebut. Intensitas serangan H. hampei akan semakin tinggi karena tersedianya substrat yang dibutuhkan oleh serangga untuk berkembang biak. Menurut DPP 2004 buah merah merupakan buah yang paling disukai oleh serangga betina untuk berkembang biak. Hasil uji Anova menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata p0,05 rata- rata intensitas serangan H. hampei antara cabang Utara, Timur, Selatan, dan Barat pada sektor bawah, tengah dan atas Tabel 9. Hal ini menunjukkan bahwa buah kopi yang matang tersedia pada cabang Utara,Timur, Selatan dan Barat baik di sektor bawah, tengah dan atas. Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa faktor fisik tidak begitu berpengaruh terhadap intensitas serangan H. hampei. Tabel 9. Nilai Rata – rata dan Standart Deviasi Intensitas Serangan H. hampei Berdasarkan Cabang Pohon di Sektor Bawah, Tengah dan Atas Sektor Utara X±SD Cabang Timur X±SD Selatan X±SD Barat X±SD Bawah 9.38 ±6.91 11.33 ±10.12 9.92±6.16 11.25 ± 9.74 Tengah 0.24 ±8.58 10.64 ± 9.95 7.42±5.65 8.69 ± 6.56 Atas 9.79 ±7.22 9.17 ± 6.37 7.58±5.86 6.82 ± 5.15 Keterangan : SD = Standart Deviasi Universitas Sumatera Utara Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan adanya perbedaan intensitas serangan yang signifikan antara ketinggian A, B dengan C, D dan E Tabel 10. Hal ini disebabkan karena A, B memiliki suhu udara yang berbeda dengan C, D dan E. Perbedaan suhu mempengaruhi kemampuan H. hampei untuk bereproduksi dan beraktifitas. Hasil penelitian Jaramillo et al., 2009 menunjukkan stadia perkembangan H. hampei dari telur sampai imago berlangsung pada suhu antara 20- 30⁰C. Suhu udara pada ketinggian A, B 26,12⁰C dan 26,21⁰C lebih sesuai bagi H. hampei untuk bereproduksi dibandingkan dengan ketinggian C, D dan E dengan suhu udara 25,56⁰C, 25,55⁰C, 24,35⁰C dibuktikan dengan intensitas serangan di A, B lebih tinggi dari di C, D dan E. Sesuai dengan yang dikemukakan Budiharsanto 2006, untuk melakukan aktivitas, masing – masing serangga hama mempunyai suhu optimal yang berbeda – beda. Suhu optimal bagi serangga hama kebanyakan adalah 26ºC, pada suhu optimum kemampuan berkembang sangat besar. Tabel 10. Rata-Rata Intensitas Serangan H. hampei pada masing-masing Ketinggian 700 700B800 800C900 900D1000 E1000 m dpl m dpl m dpl m dpl m dpl I I I I I 12.36±7.18 a 13.64±6.58 a 6.51±5.90 b 5.02±3.74 b 9.24±9.20 b Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda di dalam baris yang sama adalah berbeda secara nyata p0,05

4.4. Analisis Faktor Fisik Lingkungan

Dokumen yang terkait

Hubungan KetinggianTempat, Kemiring Lereng Terhadap Produksi Kopi Arabika Sigarar Utang Pada Bebagai Jenis Tanah di Kecamatan Lintong Nihuta

1 34 94

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Ateng Arabika (Cofeea arabicaL.) di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

2 44 64

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika ( Coffea arabica ) di Dusun Paman Similir Desa Telagah Kecamatan Sel Bingei Kabupaten Langkat

1 52 58

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jeruk (Citrus Sp.) dan Kopi Arabika (Coffea arabica) Di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat

9 87 100

Distribusi Pendapatan Dan Tingkat Kemiskinan Petani Kopi Arabika Di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi

1 48 116

Pengaruh Penjualan Kopi Arabika Dalam Bentuk Buah Panen (Cherry Red) Terhadap Ekonomi Petani Kopi Arabika Desa Tanjung Beringin Di Kabupaten Dairi

31 181 77

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Strawberi (Fragaria vesca Linn.) di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun

2 50 94

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffee sp.), Kentang (Solanum tuberosum L.), dan Kubis (Brassica oleraceae L.), Jeruk (Citrus sp.) di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir

0 40 116

Analisis Kerusakan Tanaman Kopi Akibat Serangan Hama Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Pada Pertanaman Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

5 35 84

Kajian Produksi Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.) Pada Beberapa Ketinggian , Kemiringan Lereng dan Jenis Tanah di Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

0 50 89