3.4.3 Stadia Perkembangan H. Hampei Untuk pengamatan stadia perkembangan H. hampei, diambil 10 buah kopi
yang terserang baik buah kopi hijau, kuning dan merah pada masing-masing kebun pengamatan. Buah kopi yang terserang dibuka dan dilihat stadia perkembangan hama
H. hampei.
3.4.4 Pengamatan Parasitoid Untuk melihat parasitoid dari H. hampei, buah kopi yang terinfeksi diambil
sebanyak 50 buah pada masing-masing ketinggian. Buah kopi tersebut dimasukkan ke dalam toples dan ditutup dengan kain kassa, setelah 15 hari buah kopi tersebut
dibuka dan serangga yang hidup di dalamnya dan yang ada di dalam toples diidentifikasi. Perlakuan yang sama dilakukan sebanyak 2 kali untuk masing-masing
ketinggian. Serangga yang diperoleh dibawa ke LIPI untuk diidentifikasi.
3.5 Pengukuran Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang diukur mencakup faktor fisik antara lain: a.
Temperatur Udara Temperatur udara diukur dengan menggunakan termometer air raksa yang
digantung selama lebih kurang 10 menit. Kemudian dibaca skala pada termometer tersebut. Temperatur udara diukur pada pagi hari sekitar jam 06.00 WIB
sebelum matahari terbit, siang hari sekitar jam 12.00 WIB dan sore hari sekitar jam 18.00 WIB sebelum matahari terbenam.
Universitas Sumatera Utara
b. Kelembaban Udara
Nilai kelembaban udara diukur dengan menggunakan higrometer dengan memasukkan air mineral pada kantong yang terdapat pada bagian belakang alat dan
dibiarkan beberapa saat kemudian dihitung nilai kelembaban udaranya. Caranya dengan menghitung selisih suhu kering dengan suhu basah, kemudian disesuaikan
dengan tabel yang ada pada alat tersebut.
c. Ketinggian
Ketinggian diukur dengan menggunakan altimeter, dengan cara membaca nilai yang tertera pada alat tersebut.
d. Curah Hujan
Data curah hujan diambil secara manual dengan menggunakan bambu yang berdiameter 10 cm. Setiap pagi diukur banyaknya air hujan yang tertampung dalam
bambu dengan menggunakan rol dengan satuan milli meter selama satu bulan. e.
Intensitas cahaya Intensitas cahaya diukur dengan menggunakan lux meter, dengan cara
membaca nilai yang tertera pada alat tersebut.
3.6 Analisis Data
Analisis data dilakukan pada a intensitas serangan H. hampei berdasarkan cabang pohon di sektor bawah, tengah dan atas; b intensitas serangan H. hampei
pada masing-masing ketinggian c komposisi telur, larva, pupa dan imago berdasarkan kematangan buah; d komposisi telur, larva, pupa dan imago
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan ketinggian tempat. Data diuji distribusi normal dan homogenitas variannya. Data yang berdistribusi normal dan homogen dilanjutkan dengan uji
Anova taraf 5. Jika berbeda nyata maka dilakukan uji Post Hoc Bonferroni taraf 5. Jika data tidak berdistribusi normal dan atau homogen maka dilanjutkan dengan
uji Kruskal-Wallis. Jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney taraf 5.
a. Indeks Distribusi Morista Untuk mengetahui pola distribusi atau sebaran H. hampei, apakah
berkelompok, acak dan teratur lengkap pada tanaman kopi arabika maka dicari melalui Indeks Morista dengan rumus sebagai berikut :
∑ x
2
- ∑ x
1= N
∑ x
2
- ∑x
Keterangan: N = Jumlah Seluruh Plot X = Jumlah Individu Pada Setiap Plot
1 = 0 = Distribusi Spesies Tersebut RandomAcak 1 0 = menunjukkan pola distribusi berkelompok
1 0 = menunjukkan pola distribusi seragam beraturan Nurdin,
1992
Universitas Sumatera Utara
b. Intensitas Serangan Intensitas serangan H. hampei dihitung dengan menggunakan rumus:
100 x
b a
I
Keterangan:
I = Tingkat serangan a = Jumlah buah kopi terserang H. hampei per cabang
b = Jumlah total buah kopi per cabang Dengan kriteria sebagai berikut :
I 25, Intensitas Serangan Ringan I = 25 - 50 Intensitas Serangan Sedang
I = 50 - 90 Inrensitas Serangan Berat I 90 Intensitas Serangan Fuso Rahayu et al., 2006.
c. Analisis Korelasi Analisis korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor fisik
lingkungan dengan intensitas serangan H. hampei. Analisis korelasi dilakukan dengan uji korelasi Spearman.
Universitas Sumatera Utara
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN