83
Tabel 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pasien
No Status Pasien
Frekuensi Persentase
1. Pasien yang belum
sembuh 8 80,0
2. Pasien yang sudah
sembuh 2 20,0
Total 10 100,0
Sumber : Hasil Penelitian 2011
Dari tabel diatas dapat kita lihat masih banyak pasien yang dalam proses pengobatan sebanyak 80 dan yang sudah sembuh atau selesai masa pengobatan
sebanyak 20.
4.2. Pengetahuan Masyarakat Tentang Sistem Medis Tradisional Malumta
Sistem medis tradisonal malumta ini adalah salah satu dari sekian banyak pengobatan alternatif di Kota Medan yang banyak diminati juga oleh setiap
kalangan masyarakat. Penggunaan pengobatan tradisional di Indonesia cenderung semakin berkembang ditengah-tengah masyarakat. Penggunaan pengobatan
alternatif ini dipilih karena sejumlah pengetahuan yang masyarakat miliki. Hal ini sejalan dengan perkembangan penalaran dan pengetahuan serta
kecenderungan bertindaknya seseorang akan membentuk sikap yang sesuai dengan situasi yang dihadapi. Sama halnya sikap yang ditunjukkan para informan-
informan yang berobat kepada pengobatan tradisional malumta. Kepercayaan dan keyakinan akan metode pengobatan yang diberikan membuat informan yakin akan
84 pola-pola pengobatan yang diberikan sehingga membentuksikap positif dengan
pengobatan tradisional tersebut. Keesing 1989, mengatakan bahwa pengetahuan yang berada di kepala
seseorang merupakan hal yang sudah ada atau terlukiskan dibenak orang tersebut, dimana pengetahuan ini akan membantu orang tersebut untuk bertindak lebih
lanjut dan menggantikan budaya sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari. Keseluruhan pengetahuan yang manusia miliki ada cara yang digunakan untuk
memenuhi kehidupannya sehari-hari di dalam lingkungannya.sistem pengetahuan dapat dibagi mejadi 2 dua, yaitu :
1. Sistem pengetahuan realita, yaitu pandangan atau penafsiran terhadap
suatu objek yang didasarkan kepada realitas suatu fenomena yang dapat dikaji secara ilmiah dan secara material dapat terasa.
2. Sistem pengetahuan non realita yaitu pandangan atau penafsiran terhadap
suatu objek yang didasarkan pada sifat tahayul atau mitos yang berkembang dalam suatu kelompok masyarakat setempat Noerhadi
dalam Alfian, 1985:209. Pengetahuan realita di dalam pengetahuan masyarakat adalah pengetahuan
mengenai sistem pengobatan yang dapat diterima oleh akal dan pikiran serta dikaji secara ilmiah, misalnya pada pengobatan moderen yang dilakukan para
medis, dokter dan sebagainya. Sedangkan pengetahuan non realita adalah pengetahuan mengenai sistem pengobatan yang tidak bisa diterima akal dan
pikiran manusia, misalnya pengobatan yang menggunakan tenaga kebatinan, dukun dan sebagainya. Dari kedua perbedaan pengetahuan diatas dapat kita
85 ketahui masyarakat pasti memiliki pendapat yang berbeda antara masyarakat yang
satu dengan masyarakat yang lainnya. Apalagi jika masyarakat lebih memilih pengobatan tradisional, seperti yang diungkapkan informan yaitu Pak Hartono:
“saya memiliki penyakit patah tulang akibat tabrakan naik sepeda motor, saya lebih memilih pengobatan tradisional
karena saya yakin bisa sembuh. Buktinya sudah banyak orang-orang sembuh dari pengobatan alternatif. Alasan saya
memilih pengobatan alternatif karena saya takut dioperasi”.
Kebudayaan sebagai sebuah sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar, yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia
sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka Spradley, 1997:19-20. Budaya berada
dalam pikiran manusia yang didapatkan dengan proses belajar dan menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Proses belajar tersebut menghasilkan
pengetahuan-pengetahuan yang berasal dari pengalaman-pengalaman individu atau masyarakat. Seperti yang diungkapkan salah seorang informan Ibu Juliana
yang mengalami patah tulang: “saya sudah lama mengetahui akan adanya pengobatan-
pengobatan tradisional, apalagi sekarang sudah semakin banyak bermunculan. Saya tidak begitu saja percaya akan
kehadiran pengobatan tradisional. Akan tetapi, saya baru percaya ketika saya melihat secara langsung adik saya
disembuhkan oleh pengobatan tradisional, dan sampai sekarang saya masih menggunakan jasa pengobatan
tradisional”.
Lain halnya dengan Ibu Juliana, Bapak Suwardi mengetahui akan keberadaan sistem medis tradisional tetapi Bapak itu sama sekali tidak pernah
berobat kepada pengobatan tradisional, seperti yang diungkapkannya berikut ini :
86 “Adanya pengobatan-pengobatan tradisional yang
dikatakan orang ampuh dan dapat menyembuhkan segala jenis penyakit saya tidak akan percaya, karena saya lebih
percaya kepada pengobatan moderen, seperti tenaga medis dan dokter. Hasilnya lebih memuaskan dan telah teruji
kebenarannya”.
Tetapi ada juga salah satu pasien Bang Haris awalnya memang berobat pada pengobatan tradisional juga dan datang kepada guru malumta, alasanya
adalah : “saya sebelum kemari sudah terlebih dahulu berobat kepada
salah satu pengobatan tradisional dukun patah juga di Medan ini, tetapi penyakit saya ini yang ada semakin lama
semakin sakit atau parah. Berkat usulan-usulan dari tetangga untuk berobat kepada guru malumta maka saya
mencobanya kembali dengan harapan bisa sembuh. Dan ternyata penyakit saya bisa disembuhkan dalam waktu
beberapa minggu saja berkat guru malumta ini”.
Masyarakat berhak untuk memilih pengobatan mana yang akan dipakai dan dipilih sesuai dengan keinginan masing-masing individu. Semua kembali
kepada kepercayaan dan pengetahuan yang dimiliki. Seperti yang dijelaskan oleh Koentjaraningrat 1982:30-40, bahwa
pelayanan kesehatan tradisioonal yang terkenal dengan ilmu kedukunan yang sifatnya sangat komples dan beraneka warna. Kompleksitas itu dipengaruhi oleh
sistem nilai budaya tradisional, adat istiadat, sistem religi, serta keyakinan yang terjaring dalam sistem nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Kesadaran ini
muncul setelah ahli kesehatan masyarakat secara medis kedokteran menghadapi kenyataan bahwa usaha peningkatan kesehatan masyarakat yang dilakukan tidak
mencapai sasaran yang diharapkan.
87 Pada saat itu pula peranan penyembuh tradisional sangat berperan
penting. Khususnya dalam rangka penanggulangan penyakit-penyakit yang diderita setiap masyarakat. Saat ini penyembuh alternatif bukan hanya dapat kita
jumpai di daerah pedesaan saja sebagaimana pengetahuan masyarakat-masyarakat sekarang ini, tetapi penyembuh alternatif juga dapat kita jumpai di daerah
perkotaan seperti halnya di Kota Medan ini.
4.3. Interaksi Antara Penyembuh, Pasien dan Keluarga