Peranan Penyembuh dan Peranan Pasien

89 Dengan adanya hubungan-hubungan sosial yang mendukung tersebut dan kerjasama, maka tidak diragukan lagi proses pengobatan akan semakin lancar dan baik sesuai dengan yang diinginkan oleh masing-masing pihak yaitu penyembuh, pasien, keluarga pasien.

4.4. Peranan Penyembuh dan Peranan Pasien

Sebagai status seorang penyembuh, guru malumta memiliki sejumlah peran yang sangat penting bagi pasien karena selalu dibutuhkan untuk melakukan pengobatan terhadap penyakit. Pengetahuan dan kemampuan yang ada pada penyembuh-penyembuh tradisional itu dipandang oleh mayarakat sebagai sumber daya yang sangat berarti. Masyarakat memandang penyembuh memiliki kedudukan yang tinggi karena dapat menyembuhkan sorang yang sakit, walaupun penyembuh itu sendiri tidak merasa dirinya lain dari anggota msyarakat yang lain. Pertolongan penyembuh dirasakan warga masyarakat sangat berarti dalam penanganan sakit. Penyembuh tradisional juga dihormati warga masyarakat, bahkan mereka percaya bahwa penyembuh memiliki kekuatan adikodrati yang dapat membantu memohon kesembuhan penyakit kepada Tuhan. Mereka percaya bahwa penyembuh memiliki adikodrati adalah orang yang doa-doa lebih ampuh. Masyarakat tidak menyangkal bahwa penyembuh juga yang akhirnya dapat berdialod dengan makhluk halus. Apalagi ini dibuktikan dengan adanya pasien yang dapat disembuhkan karena lumpuhnya diguna-guna oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Pasien tersebut sembuh seperti semula karena penyembuh berhasil mengeluarkan mahluk gaib tersebut dari tubuh pasien. 90 Kedudukan penyembuh yang mereka tinggikan dan dihormati itu dibuktikan dengan adanya rasa segan kepada penyembuh. Dengan adanya rasa segan tersebut pasien memiliki inisiatif untuk memberikan sesuatu karena penyakitnya dapat disembuhkan. Pemberian tersebut biasanya diberikan disaat terakhir penyembuh memberikan pengobatan, dimana si pasien sudah menampakkan kemajuan atas kesembuhannya. Pemberian pengobatan terakhir disebut dengan mamunu simu atau mamunu 11 . Pemberian itu tidak berupa pemberian uang atau pembayaran, pemberian tersebut juga sering kali ditolak oleh penyembuh, akan tetapi pasien akan berusaha dengan berbagai macam cara supaya pemberian tersebut mau diterima oleh penyembuh. Sementara yang dirasakan oleh penyembuh Bapak Angkat saat diwawancarai adalah seringnya pasien yang telah sembuh mendatanginya kembali. Mereka biasanya membawa sesuatu sebagai bukti rasa terimakasih atas pertolongannya dahulu. Peranan pengobat dan peranan pasien seperti halnya peranan-peranan lain saling melengkapi dan saling tergantung, yang satu membutuhkan yang lainnya. Tanpa pasien tak akan ada peranan penyembuh, dan sebaliknya tanpa penyembuh tidak aka nada peranan pasien. Namun di luar ketergantungan itu, kedua peranan itu ditandai oleh cirri-ciri yang sangat berbeda, yang dapat dianalisis dalam rangka empat pasang dimensi dasar yaitu terbatas-universal, permanen-temporer, atas- bawahan, sukarela-nonsukarela Foster dan Anderson, 1986:123. Terbatas-universal, peranan penyembuh adalah terbatas, dimana orang yang diakui dapat mengobati berjumlah terbatas disbanding orang yang bisa 11 Mamunu secara harafiah berarti membunuh kuman atau menawarkan racun bagi penyakit yang diderita. 91 menjadi pasien. Peranan pasien adalah universal karena siapa saja bisa menjadi pasien. Permanen-temporer, bagi penyembuh peranannya adalah permanen seumur hidup, sedangkan peranan pasien bersifat temporer. Atas-bawahan, penyembuh berperan sebagai atasan yang bertugas mengabil tindakan terhadap pasien sedangkan pasien berperan sebagai bawahan karena posisi pasien yang lebih pasif dibanding penyembuh dan kewajiban untuk mengikuti instruksi dari penyembuh. Sukarela-nonsukarela, pengobat berperan sukarela dalam mengobati pasien karena pengobat menginginkan sukarela menjadi pengobat, walaupun pada masyrakat tertentu ada pengobat yang tidak menginginkan peranannya, sedangkan pasien berperan nonsukarela karena pasien tidak dengan sendirinya menjasi pasien, misalnya kecelakaan, pasien tidak menginginkan menjadi pasien, walau terkadang ada sejumlah orang yang menginginkan berperan sebagai pasien tetapi peranan pasien disini cenderung dipandang nonsukarela. Peranan penyembuh dan pasien ini terlihat pada pengobatan patah tulang malumta. Dimana pasien jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan penyembuh, pasien yang rawat inap biasanya sampai dengan 8 orang, belum lagi pasien yang rawat jalan yang setiap jam bisa datang. Hal ini menunjukkan bahwa peranan penyembuh adalah terbatas dan peranan pasien adalah universal. Peranan penyembuh adalah permanen atau dapat dikatakan sebagai peranan yang seumur hidup, sedangkan peranan pasien bersifat temporer yaitu pasien yang datang berobat malumta berperan sebagai pasien yang diobati oleh penyembuh. Setelah dianggap tidak perlu beroabat lagi maka pasien tersebut sudah tidak berperan sebagai pasien. Penyembuh berperan sebagai atasan yang bertugas mengobati 92 pasien dengan meminta pasien untuk melakukan tindakan-tindakan, misalnya pasien diminta untuk mengangkat tangannya dan pada saat pengobatan agar diketahui kondisi pasien dan penyembuh dapat melakukan tindakan selanjutnya untuk mengobati pasien. Pasien dengan mengikuti permintaan pengobat dapat dilihat bahwa pasien berperan sebagai bawahan. Peranan pengobat adalah sukarela, hal ini sesuai dengan syarat untuk menjadi penyembu malumta. Dari situ terkihat bahwa penyembuh dengan sukarela menjadi penyembuh, bila tidak dengan sukarela maka orang tersebut tidak bisa menjadi seorang penyembuh, sedangkan peranan pasien dikatakan nonsukarela karena pasien yang datang ke malumta adalah pasien yang mengalami cidera karena kecelakaan yang biasanya tidak disengaja atau tidak diinginkan sama sekali oleh pasien seperti misalnya kecelakaan lalu lintas, terjatuh, terkilir, dan lain sebagainya. Peranan penyembuh juga tidak otoriter. Penyembuh boleh menyarankan namun tidak boleh mendikte. Saran pengobatan boleh diikuti hanya apabila ada pengesahan dari anggota yang berpengaruh dalam kelompok sosial si pasien Clark, 1959:213 dalam Foster Anderson, 1986:124. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Angkat : ‘….ya sebenarnya kalau patah kaki, remuk atau lumpuh seharusnya memang harus menginap, tapi saya tidak memaksa karena itu hak mereka mau menginap atau rawat jalan. Masa saya harus memaksa pasien untuk menginap, bisa-bisa saya dimarahi sama mereka”. Dari ungkapan diatas jelaslah bahwa peranan penyembuh tidak otoriter, karena penyembuh menyarankan supaya pasien dirawat inap, tetapi apabila pasien tidak bersedia untuk dirawat inap maka penyembuh tidak akan memaksakan 93 kehendaknya. Akan tetapi pasien yang rawat jalan harus rutin datang untuk menjalani pengobatan agar penyembuh bisa mengetahui perkembangan dari penyakit pasien. Hal itu dilakukan supaya pasien mendapatkan pengobatan yang optimal seperti halnya pasien yang memilih untuk rawat ianap. 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pengobatan sistem medis tradisional di Indonesia telah berkembang sejak lama, sehingga merupakan kebutuhan sebagian besar masyarakat. Sejalan dengan pekembangan tersebut semakin banyak pula muncul jenis-jenis pengobatan tradisional. Khususnya di kota Medan, banyak terdapat sistem medis tradisional yang mana terdiri dari akupuntur, pijat refleksi dan dukun patah tulang. Khususnya pada masyarakat Karo yang mempunyai banyak cara-cara pengobatan tradisional. Sampai sekarang pun sistem medis tradisional tiu masih ada yaitu kuning, erpangir dan patah tulang. Kuning ini dapat menyembuhkan penyakit seperti bisul, gatal-gatal, dan untuk memperoleh keturunan. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kuning adalah tepung dan ramuan yang berkhasiat sebagai obat yaitu akar, batang, daun, buang dan bunga. Erpangir adalah pensucian diri dengan cara berlimau atau mencuci kepala dengan menggunakan ramuan dari berbagai macam jenis jeruk dicampur dengan lau meciho air putihbersih di sungai lau oleh guru sibaso. Pembuatan pangir disertai dengan pengucapan doa dan mantra. Begitu juga halnya dengan pengobatan tradisional patah tulang yang masih digunakan dalam mencapai kesehatan. Pengobatan tradisional yang akan diteliti adalah pengobatan tradisional patah tulang. Pengobatan patah tulang ini pun memiliki berbagai macam merek. Dukun patah tulang tersebut yaitu pergendangan, guru singa, kem-kem dan