15
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah salah satu pendukung kebudayaan, dengan kebudayaan yang dimilikinya tidak hanya mampu menyelaraskan diri dengan alam dan
lingkungannya. Pengetahuan masyarakat dalam memilih penyembuhan penyakitnya diperoleh dari pengalaman serta dorongan lingkungannya yang
menghasilkan tingkah laku yang disebut juga dengan budaya Spradley, 1980. Lebih lanjut Foster dan Anderson 1986 menjelaskan, bahwa pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukannya. Selain usaha menghindari penyakit, usaha mengetahui cara penyembuhan juga
merupakan salah satu pedoman tingkah laku manusia demi mencapai kesejahteraan hidupnya. Terbukti bahwa ada masyarakat yang menggunakan jasa
sistem medis moderen dan ada juga yang menggunakan sistem medis tradisional. Atas pengetahuan yang dimiliki itulah yang mendasari mengapa mereka memilih
pengobatan moderen atau tradisional.
16 Oleh sebab itu manusia juga dapat merubah alam dan lingkungannya
tersebut, dan menjadikannya sesuatu yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena pengetahuan kebudayaan yang dimiliki setiap manusia
antara yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Sehingga dalam pemilihan pengobatan yang mereka pilih berbeda-beda pula. Setiap manusia pasti
menginginkan kesehatan dan terhindar dari segala penyakit, karena itulah manusia menggunakan pengetahuan yang dimiliki demi mencapai kesehatan.
Suatu sistem perawatan kesehatan merupakan pranata sosial yang melibatkan interaksi antara sejumlah orang sedikitnya interaksi antara pasien dan
penyembuh, dimana sistem perawatan kesehatan memperhatikan cara-cara yang dilakukan oleh berbagai masyarakat untuk merawat orang sakit dan untuk
memanfaatkan “pengetahuan” mereka tentang penyakit yang meliputi kepercayaan-kepercayaan mengenai ciri-ciri sehat atau sakit, sebab-sebab sakit,
serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan penyakit Foster dan Anderson, 1986 : 46.
Dapat kita ketahui bahwa sistem medis tradisional juga merupakan pengobatan yang digunakan untuk memperoleh kesembuhan. Di mana pengobatan
ini menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan yang masih ada disekitar lingkungan masyarakat. Ada yang menggunakan daun, batang, akar
dan sebagainya. Pada masyarakat di daerah Maluku misalnya, penyakit beri-beri diobati dengan batang bagian dalam daun kamboja. Begitu juga pada masyarakat
daerah Sumatera Utara penyakit gatal-gatal diobati dengan daun tuba, daun kayu, cabai rawit, bawang merah tembakau dan minyak makan. Penggunaan bahan
17 tanaman baik sebagai obat maupun sebagai bahan pemeliharaan serta peningkatan
kesehatan akhir-akhir ini cenderung meningkat terlebih adanya isu-isu kembali kealam atau back to nature
1
. Selain itu mahalnya harga obat moderen juga mendorong masyarakat lebih memilih menggunakan tanaman obat tradisional.
Demikian juga dengan masyarakat Karo yang sampai sekarang masih menggunakan sistem medis tradisional yaitu kuning, erpangir dan patah tulang.
Kuning ini dapat menyembuhkan penyakit seperti bisul, gatal-gatal, dan untuk memperoleh keturunan. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kuning
adalah tepung dan ramuan yang berkhasiat sebagai obat akar, batang, daun, buang dan bunga. Erpangir adalah pensucian diri dengan cara berlimau atau
mencuci kepala keramas dengan menggunakan ramuan dari berbagai macam jenis jeruk dicampur dengan lau meciho air putihbersih di sungai lau oleh guru
sibaso. Pembuatan pangir disertai dengan pengucapan doa dan mantra disebut tabas dalam masyarakat Karo. Begitu juga halnya dengan pengobatan tradisional
patah tulang yang masih digunakan dalam mencapai kesehatan. Di kota Medan, banyak terdapat sistem medis tradisional yang mana
terdiri dari akupuntur, pijat refleksi dan dukun patah tulang. Dukun patah tulang ada berbagai jenis yaitu pergendangan, guru singa, kem-kem dan malumta. Dari
salah satu pengobatan tradisional diatas yang diteliti adalah sistem medis tradisional patah tulang malumta. Malumta dipilih sebagai bahan penelitian
karena telah memiliki izin dari Departemen Kesehatan dan Kejati Sumatera Utara No. 102DSB42005 dan mempunyai perbedaan diantara penyembuh-penyembuh
1
Back to Nature adalah kembali ke alam menunjukkan minimnya efek negatif yang ditimbulkan dari penggunaan pengobatan herbal dan juga ekonomis, menarik minat masyarakat untuk
kembali menggunakan obat-obatan dari bahan alami Litbang Depkes hal 1.
18 lainnya. Salah satunya adalah proses penyembuhan yang awalnya dilakukan
pemeriksaan terhadap lokasi yang sakit dan seberapa parah patah tulang yang dialami, kemudian guru malumta mulai memprediksikan berapa hari, minggu
ataupun bulan patah tulang itu dapat sembuh. Akan tetapi guru malumta mengatakan jika luka tidak sembuh sesuai dengan yang diperkirakan maka akan
diobati sampai dengan sembuh tanpa diminta biaya lagi. Banyak warga masyarakat yang telah merasakan kesembuhan dari sistem
medis tradisional patah tulang ini. Alasan mereka memilih dukun patah malumta ini yaitu pertama, biaya pengobatan. Pada sistem medis tradisional patah tulang
biayanya ditentukan sesuai dengan luka yang diderita oleh pasien dan biasanya harga yang dibuat tidak begitu besar, tidak seperti pengobatan moderen biayanya
yang cukup mahal membuat pasien berfikir untuk melakukan operasi. Kedua, cara pengobatannya, sistem medis tradisional menggunakan bahan-bahan yang masih
ada disekitar kita sedangkan pengobatan modern harus menjalani operasi dan harus mengahadapi benda-benda tajam serta adanya benda lain yang akan masuk
kedalam tulang yang patah yaitu pen
2
. Ketiga, interaksi sosial antara pasien dan penyembuh. Pada pengobatan tradisional dukun patah tersebut lebih melibatkan
diri kepada pasiennya dengan cara rutin memeriksa bagian yang sakit, sedangkan pengobatan moderen seorang dokter hanya melihat dan memeriksa kondisi pasien
baik atau tidak. Tidak sedikit pasien merasakan kedekatan dengan penyembuh. Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwasannya setiap masyarakat
mempunyai pemikiran yang berbeda tentang jenis pengobatan, seperti halnya
2
Pen adalah Plat atau alat untuk menyambung tulang yang patah, biasanya terbuat dari logam seperti platinum atau yang lainnya.
19 dukun patah ini ada yang masih menggunakan dan ada juga yang sama sekali
tidak mau menggunakannya. Pentingnya dukun patah dalam masyarakat tidak menyangkut aspek sosial tetapi juga aspek budaya. Disamping mereka
mempunyai peranan sosial tertentu juga merupakan suatu sistem budaya masyarakat yang keberadaannya sesuai dengan kebutuhan dan pemikiran
masyarakat. Disini penulis ingin mengetahui asal mula atau sejarah berdirinya malumta
dan bagaimana hubungan antara pasien dengan dukum patah tersebut, bagaimana proses pengobatannya, ramuan-ramuan apa saja yang digunakan serta sejauh
mana pengetahuan masyarakat tentang pengobatan dukun patah tersebut
1.2 Tinjauan Pustaka