Perumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah Tujuan dan Mafaat Penelitian Metodologi Penelitian

28

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahannya adalah “Bagaimana Cara Penyembuhan Sistem Medis Tradisional Patah Tulang Studi pada Pengobatan Patah Tulang Malumta di Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor”.

1.4 Ruang Lingkup Masalah

Dari uraian di atas maka penulis memfokuskan pada sistem medis tradisional patah tulang malumta. Mengingat ruang lingkup pembahasan yang akan luas sekali, maka peneliti hanya membatasi sekitar masalah proses penyembuhan malumta. Ruang lingkup masalah yang diteliti difokuskan kepada : 1. Asal mula atau sejarah berdirinya malumta ? 2. Bagaimana cara proses sistem medis tradisonal patah tulang dan apa- apa saja ramuan yang digunakan ? 3. Bagaimana konsep sembuh menurut penyembuh dan pasien ? 4. Sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang sistem medis tradisional patah tulang malumta ?

1.5 Tujuan dan Mafaat Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana cara penyembuhan sistem medis tradisional patah tulang malumta, sehingga masyarakat memilih pengobatan tradisional ini. 29 Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dilihat secara akademis dan praktis. Secara akademis dapat menambah pemahaman tentang pengobatan tradisional malumta, khususnya cara pengobatab yang dilihat dari sudut pandang penelitian Antropologi. Secara praktis hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat berbagai kebijakan yang terkait dengan pengobatan tradisional ataupun yang terkait dengan perkembangan pengobatan tradisonal di Kota Medan.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif mengenai “Malumta” Sistem Medis Patah Tulang di Kelurahan Pangkal Masyhur, Kecamatan Medan Johor. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan data kualitatif sebanyak mungkin yang merupakan data utama untuk menjelaskan permasalahan yang dibahas nantinya. Penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang menggambarkan secara mendalam tentang perkembangan pengobatan tradisional patah tulang malumta. Dalam penelitian ini ada 2 dua jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara. Data sekunder diperlukan untuk melengkapi data primer. Data sekunder diperoleh dari berbagai buku ilmiah, jurnal, media massa serta internet yang berhubungan dengan masalah penelitian. 30 a. Observasi Observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi tanpa partisipasi 4 . Dalam observasi tanpa partisipasi, peneliti hanya mengamati dari luar tanpa melibatkan diri dalam segala kegiatan penyembuhan patah tulang. Dalam hal ini, peneliti mengadakan pengamatan pada saat diperlukan untuk memperoleh data. Peneliti terlibat secara pasif dengan arti kata peneliti hanya berada dalam arena kegiatan subjek untuk mengamati dan mempelajari realitas yang berhubungan dengan masalah yang ingin dikaji dengan tidak terlibat aktif atau terintegrasi kedalam hidup mereka. Observasi tanpa partisipasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai proses pengobatan malumta. Misalnya, dapat dilihat benda-benda apa saja yang akan digunakan selama proses penyembuhan, cara tahap-tahap penyembuhan yang dilakukan dan cara berkomunikasi antara dukun dengan pasien selama berlangsungnya proses pengobatan. Hasil pengamatan dituangkan ke dalam catatan lapangan. Hal tersebut dapat memudahkan peneliti untuk membaca kembali informasi yang sudah diamati. Data-data yang diperoleh dari hasil observasi dapat membantu memperjelas data- data yang didapat melalui wawancara. Alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain kamera untuk mengambil gambar yang berkaitan dengan penelitian serta interveiw guide pedoman wawancara. 4 Observasi tanpa partisipasi adalah si peneliti atau si pengamat melakukan pemeriksaan tanpa melibatkan diri dengan yang diamatinya. Dalam hal ini si peneliti bertindak sebagai orang luar yang melihat gejala yang diamati tersebut dengan menggunakan kacamata atau referensi dengan standard tertentu seorang penelitiahli ilmu social misalnya dengan menggunakan konsep dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian. 31 b. Wawancara Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, wawancara mendalam, dan wawancara sambil lalu. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan pedoman wawancara interview guide yang dibantu dengan alat perekam tape recorder dan dituangkan ke dalam catatan lapangan. Wawancara tersebut dilakukan guna memperoleh keterangan sesuai masalah yang diteliti. Wawancara terstruktur ditujukan kepada informan pangkal, wawancara mendalam ditujukan kepada informan kunci sedangkan wawancara sambil lalu ditujukan kepada informan biasa. Menurut J. Moleong 2004 informan pangkal adalah informan yang akan membuka wawancara dengan pengetahuan yang ia ketahui. Dalam hal ini, informan pangkal yakni pasien yang pernah berobat ke malumta. Informan kunci atau pokok adalah orang yang memiliki pengetahuan luas mengenai permasalahan yang diteliti yang dalam hal ini yakni guru malumta, murid serta pasien yang sedang menjalani proses penyembuhan, sedangkan informan biasa adalah masyarakat setempat yang tinggal disekitar malumta tersebut. Wawancara terstruktur ditujukan kepada informan pangkal, untuk memperoleh informasi tentang siapa orang-orang yang dapat memberikan informasi mengenai yang akan diteliti di lapangan. Wawancara mendalam ditujukan kepada informan kunci atau pokok dilakukan untuk memperoleh informasi asal mula atau sejarah berdirinya malumta di Kota Medan, hubungan antara pasien dengan dukun patah malumta tersebut serta mengetahui cara pengobatan dan ramuan yang digunakan selama proses penyembuhan, sedangkan 32 wawancara sambil lalu ditujukan kepada informan biasa dilakukan untuk menambah informasi yang berkaitan dengan hal-hal yang akan diteliti nantinya. Untuk memperlancar proses wawancara, terlebih dahulu dibangun hubungan baik dengan informan. Dalam hal ini, peneliti membangun hubungan dengan informan dengan cara datang berkunjung ke rumah informan yang berada di sekitar rumah malumta dan bercengkrama dengan pasien-pasien yang sedang menjalani pengobatan.

1.7 Lokasi Penelitian