Hasil Isolasi Jamur Air Water Mold

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Isolasi Jamur Air Water Mold

Hasil isolasi tiga jenis jamur air diperoleh dari ikan nila Oreochromis niloticus dan telur lele Clarias batracus yang terserang jamur. Ikan nila dan telur lele yang terserang jamur dapat dilihat dengan adanya bentuk seperti kapas berwarna putih Gambar 4.1.1. Infeksi jamur dari kelompok Oomycetes, biasanya disebabkan oleh water molds yang penyebarannya luas di air tawar dan hadir sebagai kelompok cendawan penting yang dapat menyerang ikan-ikan liar, telur ikan maupun budidaya Bruno Wood, 1999. Oomycetes merupakan jamur paling penting yang dapat mempengaruhi budidaya ikan karena dapat merugikan secara ekonomis dalam budidaya ikan Noga, 1993. Gambar 4.1.1 A Telur Ikan Lele dan B Ikan Nila yang terserang Jamur Hasil isolasi dan identifikasi jamur yang menyerang telur ikan lele dan ikan nila didapat tiga jenis jamur air yaitu: L01, Aphanomyces sp. dan Saprolegnia sp. Jamur air L01 berasal dari telur ikan lele sedangkan Aphanomyces dan Saprolegnia dari ikan nila. Identifikasi jamur air berdasarkan bentuk mikromorfologi dan karakterisitik sporulasinya Coker, 1923; Sparrow, 1960, sedangkan untuk Universitas Sumatera Utara identifikasi sampai spesies biasanya memerlukan reproduksi tahap seksual. Identifikasi sampai pada spesies merupakan masalah yang sering dihadapi oleh para mikologis, sebab produksi struktur seksual sangat kurang jika berada pada kondisi kultur, oleh karena itu identifikasi sampai pada tahap spesies sangatlah sulit dilakukan secara akurat dengan taksonomi klasik Pickering Willoughby, 1982. Dengan demikian diperlukan cara lain untuk dapat menentukan spesies dari bermacam isolat jamur air yaitu dengan menggunakan analisis DNA Noga, 1993. Isolat L01 bila ditanam pada media SDA memiliki hifa berwarna putih, koloni atas berwarna putih kehijauan dan koloni bawah berwarna putih. Aphanomyces sp. memiliki hifa berwarna kuning, dengan warna koloni atas dan bawah berwarna kuning, sedangkan untuk Saprolegnia sp. memiliki hifa putih bening berairberlendir dengan warna koloni atas dan bawah berwarna putih bening. Hasil isolat dapat kita lihat pada Gambar 4.1.2. Gambar Gambar 4.1.2 Biakan murni dari beberapa jamur air pada media SDA. A Koloni L01, B Koloni Aphanomyces sp. dan C Koloni Saprolegnia sp. Hasil pengamatan terhadap isolat jamur air yang diperoleh dari isolasi telur ikan lele, dan ikan nila yang terinfeksi jamur adalah bentuk vegetatif dan reproduksi aseksualnya. Pengamatan secara mikroskopis dengan melakukan preparat basah menunjukkan bahwa semua isolat jamur air hifanya tidak memiliki sekat, dan senositik. Pada Saprolegnia hifanya bercabang serta pada bagian ujung terdapat zoosporangium berwarna lebih gelap yang akan menghasilkan zoospora yang bersifat motil. Menurut Webster Weber 2007 hifa Oomycetes tidak memiliki sekat, senositik dan Saprolegnia memiliki hifa yang senositik, tidak bersekat, bercabang dan pada ujung hifa terdapat zoosporangium yang berisi zoospora. Zoospora ini merupakan suatu alat reproduksi aseksual yang bersifat motil, terdapat dua tipe A B C Universitas Sumatera Utara zoospora yaitu zoospora utama dan zoospora pembantu dan yang akan berkembang menjadi individu baru adalah zoospora yang utama pada Saprolegnia. Pengamatan secara mikroskopis pada jamur air dapat dilihat pada Gambar 4.1.3 ini. Gambar 4.1.3 Pengamatan preparat basah secara mikroskopis hifa A L01, B Aphanomyces sp. C Saprolegnia sp. perbesaran 10x10 Pada pengamatan mikroskopis dari hifa Saprolegnia ditemukan juga adanya suatu struktur yang disebut dengan gemma atau klamidospora. Struktur ini merupakan bagian yang penting bagi perkembangan hifa. Klamidospora dapat bertahan lama pada kondisi yang kurang menguntungkan karena memiliki dinding yang lebih tebal daripada dinding hifa, sehingga apabila kondisi sudah memungkinkan untuk tumbuh menjadi hifa yang disertai zoosporangium di bagian ujungnya. Klamidospora merupakan fase aseksual lain selain zoospora, tetapi pada umumnya zoospora yang sering dihasilkan Bruno Wood, 1999, terutama terjadi pada thallus atau hifa yang sudah tua, sangat penting pada sel-sel vegetatif dengan membentuk dinding yang tebal, yang berfungsi sebagai spora istirahat dan akan bergeminasi Fitzpatrick, 1930. Menurut McCarren 2006 klamidospora diperkirakan sebagai struktur yang lebih resisten dibanding dengan zoospora dan sporangium sebab mereka memiliki dinding sel yang tebal dan pada klamidospora yang lebih tua terdapat vakuola dengan lipid dan densitas inclusion yang sama terhadap spora resisten lain seperti oospore. Pada ujungnya yang merupakan bagian hifa yang menggelembung dengan bentuk yang agak sedikit berubah-ubah sering membentuk rantai katenulasi, dengan protoplasma yang terakumulasi. Katenulasi ini secepatnya terlepas ketika terdapat kondisi yang sesuai untuk melakukan germinasi dan memproduksi hifa atau tangkai pendek zoosporangium Sparrow, 1960. A B C Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1.4 Struktur Klamidospora pada hifa Saprolegnia sp. A Katenulasi klamidospora seperti rantai, B Hifa dengan banyak inti, globule minyak dan glikogen, C Gemmae atau Klamidospora berdinding lebih tebal.

4.2 Hasil Pengujian Isolat Bakteri Antagonistik Penghasil Enzim Kitinase