4.3 Hasil Uji Antagonis secara in vitro
Hasil uji antagonisme secara in vitro menunjukkan bahwa hanya tiga isolat bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan dari tiga jamur air tersebut dengan kemampuan
yang bervariasi. Isolat bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan jamur air tersebut adalah Bacillus sp. BK17, PB08, dan Enterobacter sp. PB17. Penghambatan
terhadap pertumbuhan jamur air dapat diamati dengan terjadinya zona bening di sekitar koloni bakteri yang tidak dapat ditumbuhi oleh hifa jamur air Gambar 4.3.1.
Gambar 4.3.1 Uji Antagonis Bakteri Antagonis terhadap Jamur Air
A Aphanomyces sp. B L01 pada media agar MGMK,
C Saprolegnia sp. pada MHA umur 4 hari
Zona hambat dapat mulai diamati pada hari ke-4 sebab pada hari tersebut antara koloni bakteri dengan koloni jamur mulai bertemu. Zona hambat yang terjadi
dapat ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar koloni bakteri yang ditandai dengan adanya cerukan penipisan elevasi seperti terlihat pada Gambar 4.3.1.
Penghambatan yang terjadi pada jamur air dipengaruhi oleh adanya substrat kitin pada media yang dapat menginduksi bakteri antagonis untuk mengeluarkan
enzim kitinase lebih cepat. Pada saat kitin pada media uji telah terurai maka bakteri akan mengkolonisasi miselium jamur untuk mengurai kitin yang terdapat pada dinding
sel jamur. Hal ini terjadi ketika koloni bakteri bertemu dengan koloni jamur, kitin yang terdapat pada dinding sel jamur menginduksi bakteri mengeluarkan kitinase.
Dengan demikian bakteri akan menggunakan kitin sebagai sumber karbon untuk pertumbuhannya, sedangkan jamur akan mengalami kerusakan dinding sel yang dapat
menghambat pertumbuhannya. Menurut Ferniah et al. 2003 kitin merupakan induser bagi enzim kitinase. Enzim kitinase memecah kitin menjadi ketooligosakarida sampai
Universitas Sumatera Utara
dengan N-asetil D-glukosamin yang akan mengalami deasetiliasi dan deaminasi dan menghasilkan molekul-molekul glukosa.
Variasi bakteri antagonis dalam menghambat pertumbuhan jamur air dapat dilihat pada tabel 4.3.1 berikut.
Tabel 4.3.1 Uji Antagonisme in vitro enam isolat bakteri antagonis terhadap
Jamur Air
Kode Bakteri Jamur Air
Zona Hambat mm Hari ke- 4
5 6
7 Bacillus sp. BK13
L01 Aphanomyces sp.
Saprolegnia sp 1,25
4,07 0,00
0,00 1,45
4,12 6,05
0,00 1,50
3,54 0,00
0,00 Enterobacter sp. BK15
L01 Aphanomyces sp.
Saprolegnia sp 1,17
3,47 0,00
0,00 0,87
3,35 0,00
0,00 1,07
3,00 6,50
0,00 Bacillus sp. BK17
L01 Aphanomyces sp.
Saprolegnia sp 5,57
9,01 9,57
8,48 3,50
5,17 7,39
1,52 4,35
6,05 6,17
8,04 PB08
L01 6,04
9,01 12,40
11,54 Aphanomyces sp.
3,50 3,97
5,50 7,14
Saprolegnia sp 3,02
4,65 8,02
7,55 PB15
L01 Aphanomyces sp.
Saprolegnia sp 1,09
3,38 0,00
0,00 0,95
3,07 0,00
0,00 2,47
3,02 6,45
0,00 Enterobacter sp. PB17
L01 Aphanomyces sp.
Saprolegnia sp 6,41
9,15 13,52
12,51 4,17
5,05 6,51
7,84 3,01
4,50 6,45
8,50 Pengamatan hari ke-7 menunjukkan hanya tiga isolat bakteri saja yang masih
dapat menghambat pertumbuhan jamur air yaitu Bacillus sp. BK17, PB08 dan Enterobacter sp. PB17. Tabel 4.3.1 menegaskan dari ketiga isolat ini Enterobacter sp.
PB17 memiliki kemampuan diameter paling besar dalam menghambat pertumbuhan jamur air L01, sebesar 12,51 mm, Aphanomyces sp. sebesar 7,84 mm dan Saprolegnia
sp sebesar 8,50 mm, sedangkan isolat Bacillus sp. BK13, Enterobacter sp. BK15 dan PB15 yang paling rendah dalam menghambat pertumbuhan jamur air L01,
Aphanomyces sp. dan Saprlolegnia sp. pada akhir pengamatan. Berdasarkan Tabel 4.3.1 pada hari keempat dan kelima isolat bakteri antagonistik menunjukkan
kemampuan daya hambat yang tinggi terhadap jamur air sebab pada kondisi ini bakteri antagonsitik berada pada fase stasioner, tetapi pada hari keenam dan ketujuh
Universitas Sumatera Utara
daya hambat tidak mengalami peningkatan melainkan penurunan diamater zona hambat sebab bakteri berada pada fase kematian. Menurut Propagdee et al. 2008
filtrat kultur isolat bakteri pada fase stasioner menunjukkan kemampuan daya hambat yang lebih besar dibandingkan dengan kultur isolat bakteri pada fase eksponensial.
Tiga isolat bakteri yang masih dapat menghambat pertumbuhan jamur air sampai pada akhir pengamatan dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti jumlah enzim hidrolitik
yang dikeluarkan, umur biakan, fase pertumbuhan yang tidak seragam juga substrat yang digunakan.
Rajaratham et al. 1998 menyatakan kandungan kitin pada jamur berbeda- beda tergantung pada spesiesnya dan umumnya mengandung 4-9 berat keringnya.
Begitu juga dengan bakteri yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menghridolisis kitin, sebab bakteri dalam mengeluarkan enzim kitinase juga
bergantung pada substratnya Gohel et al., 2006 dengan demikian kemampuan menghambat fungi juga bervariasi Suryanto et al., 2010. Kandungan kitin pada
jamur air sangat sedikit sehingga sangat mempengaruhi kemampuan bakteri dalam menghambat pertumbuhan jamur sebab induksi untuk menghasilkan kitinase hanya
berasal dari media uji yang digunakan. Berikut gambar variasi penghambatan jamur air oleh bakteri antagonis.
Gambar 4.3.1 Uji Antagonisme
in vitro enam isolat bakteri antagonis terhadap Jamur Air
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
Zo n
a H am
b at m
m
Isolat Bakteri
L01 Saprolegnia sp. N01
Aphanomyces sp. N07
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Gambar 4.3.1 dapat dlihat isolat yang paling tinggi dalam menghambat pertumbuhan jamur air adalah Enterobacter sp. PB17 dan yang paling
rendah yaitu Bacillus sp. BK13, ini bisa disebabkan karena perbedaan kemampuan dalam mengeluarkan enzim hidrolitik seperti kitinase dan glukanase juga kandungan
kitin pada dinding sel jamur air dan juga substrat yang digunakan. Selain kandungan kitin pada media uji yang digunakan, hal yang juga ikut mempengaruhi besarnya zona
hambat adalah banyak sedikitnya kandungan kitin yang terdapat pada dinding sel jamur tersebut. Guereiro et al. 2010 menyatakan bahwa pada jamur Oomycetes
kadar kitin sangat sedikit jumlahnya pada dinding sel yang tidak mencapai lebih dari 0,5. Kandungan yang paling besar yang terdapat pada dinding sel jamur air seperti
Saprolegnia adalah 21 selulosa dan 79 β 1,3 dan β 1.6 glukan yang merupakan
bagian dinding selnya yang terdiri dari karbohidrat Fevre Girard, 1984 sehingga hal ini juga dapat mempengaruhi besarnya zona hambat yang terjadi.
Glukan merupakan polisakarida dari glukosa yang dihubungkan dengan ikatan β 1,3 dan 1,6 glikosida, banyak ditemukan pada dinding sel di beberapa bakteri,
tumbuhan dan khamir Ha et al., 2002 Senyawa ini juga merupakan simpanan polisakarida pada alga coklat, euglenoid, krisofita dan beberapa jamur Stasinopoules
et al., 1999. Mikroorganisme dalam melisis dinding sel tidak hanya menggunakan satu enzim saja seperti kitinase, tetapi juga menggunakan sinergisme kerja antara
antimikroba dan enzim hidrolitik, Leelasuphakul et al. 2006 menyatakan bahwa Bacillus yang digunakan sebagai agen pengendali hayati karena dapat menghasilkan
beberapa senyawa antimikroba dan enzim hidrolitik dan beberapa bakteri dan jamur menghasilkan enzim β-glukanase yang merupakan salah satu enzim yang paling
potensial dalam mendegradasi dinding sel jamur.
4.4 Hasil Pengamatan Abnormalitas Hifa Jamur Air Setelah Uji Antagonis