Berdasarkan Gambar 4.3.1 dapat dlihat isolat yang paling tinggi dalam menghambat pertumbuhan jamur air adalah Enterobacter sp. PB17 dan yang paling
rendah yaitu Bacillus sp. BK13, ini bisa disebabkan karena perbedaan kemampuan dalam mengeluarkan enzim hidrolitik seperti kitinase dan glukanase juga kandungan
kitin pada dinding sel jamur air dan juga substrat yang digunakan. Selain kandungan kitin pada media uji yang digunakan, hal yang juga ikut mempengaruhi besarnya zona
hambat adalah banyak sedikitnya kandungan kitin yang terdapat pada dinding sel jamur tersebut. Guereiro et al. 2010 menyatakan bahwa pada jamur Oomycetes
kadar kitin sangat sedikit jumlahnya pada dinding sel yang tidak mencapai lebih dari 0,5. Kandungan yang paling besar yang terdapat pada dinding sel jamur air seperti
Saprolegnia adalah 21 selulosa dan 79 β 1,3 dan β 1.6 glukan yang merupakan
bagian dinding selnya yang terdiri dari karbohidrat Fevre Girard, 1984 sehingga hal ini juga dapat mempengaruhi besarnya zona hambat yang terjadi.
Glukan merupakan polisakarida dari glukosa yang dihubungkan dengan ikatan β 1,3 dan 1,6 glikosida, banyak ditemukan pada dinding sel di beberapa bakteri,
tumbuhan dan khamir Ha et al., 2002 Senyawa ini juga merupakan simpanan polisakarida pada alga coklat, euglenoid, krisofita dan beberapa jamur Stasinopoules
et al., 1999. Mikroorganisme dalam melisis dinding sel tidak hanya menggunakan satu enzim saja seperti kitinase, tetapi juga menggunakan sinergisme kerja antara
antimikroba dan enzim hidrolitik, Leelasuphakul et al. 2006 menyatakan bahwa Bacillus yang digunakan sebagai agen pengendali hayati karena dapat menghasilkan
beberapa senyawa antimikroba dan enzim hidrolitik dan beberapa bakteri dan jamur menghasilkan enzim β-glukanase yang merupakan salah satu enzim yang paling
potensial dalam mendegradasi dinding sel jamur.
4.4 Hasil Pengamatan Abnormalitas Hifa Jamur Air Setelah Uji Antagonis
Pengamatan secara mikrokopis untuk abnormalitas hifa yang terjadi setelah uji antagonis pada jamur air dilakukan pada hari ke-8. Dari hasil pengamatan mikrokopis
yang dilakukan, didapat bahwa terjadi perbedaan struktur antara hifa jamur air yang normal dengan yang mengalami abnormalitas. Abnormalitas hifa yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh adanya enzim hidrolitik dan senyawa antimikroba lain yang dikeluarkan oleh bakteri antagonis pada saat terjadi interaksi antara hifa jamur air
dengan isolat bakteri antagonis. Aktivitas dari enzim hidrolitik dan senyawa antimikroba ini menyebabkan hifa jamur air mengalami perubahan struktur sebagai
bentuk pertahanan diri dari serangan tersebut, perubahan struktur hifa tersebut dapat berupa hifa bengkok, hifa melilit, hifa lisis pada ujung, lisis pada dinding sel, hifa
mengggulung.
Berdasarkan hasil yang diamati terhadap abnormalitas hifa yang terjadi pada pertumbuhan jamur air, maka bakteri antagonis dapat dibuat sebagai calon agen
pengendali hayati terhadap jamur air patogen pada ikan nila. Abnormalitas yang terjadi pada hifa jamur air diduga karena terjadinya interaksi antara jamur air dengan
bakteri antagonis. Komposisi dinding sel jamur air sangat sedikit kitin pada dinding selnya akan tetapi kitin merupakan struktur yang sangat penting dalam pembentukan
hifa.. Oleh karena itu kitinase yang dikeluarkan oleh bakteri antagonis yang diinduksi dengan adanya kitin pada media uji dapat menyebabkan perubahan struktur yang
berbeda dari struktur hifa yang normal pada jamur air.
Perubahan struktur hifa jamur air menjadi abnormal oleh bakteri antagonis dapat terjadi bukan hanya karena enzim kitinase yang disekresikan, tetapi juga
merupakan sinergisme dengan enzim lain seperti glukanase. Perubahan struktur ini menunjukkan bahwa bakteri antagonis yang mempunyai kemampuan kitinolitik dapat
digunakan sebagai calon agen pengendali hayati terhadap jamur air patogen. Bakteri kitinolitik sudah diketahui secara luas dapat digunakan sebagai penghambat
pertumbuhan jamur, lebih dari itu digunakan sebagai alat untuk mengontrol penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur Quecine et al., 2008. Perubahan struktur hifa
yang terjadi pada jamur air diduga sebagai bentuk pertahanan dirinya terhadap enzim kitinase dan hidrolitik lain yang dikeluarkan bakteri antagonis ke lingkungan agar
dapat menghindari efek yang lebih lanjut dari enzim hidrolitik tersebut. Beberapa struktur hifa jamur air yang abnormal dapat dilihat pada Gambar 4.4.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4.1 Perubahan struktur hifa jamur air setelah uji antagonis dengan
bakteri antagonis pada media agar MGMK A Lisis pada dinding hifa, B Hifa membengkok, C Hifa patah, D Lisis
pada ujung hifa, E Hifa Melilit, F Hifa bengkok.
Perubahan strukur hifa menjadi abnormal seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.4.1 menunjukkan bahwa isolat bakteri antagonis dapat digunakan sebagai
calon agen pengendali hayati. Pengendalian hayati jamur dengan menggunakan mikroorganisme kitinolitik didasarkan pada kemampuan mikroorganisme tersebut
dalam menghasilkan kitinase dan β-1,3 glukanase yang dapat melisis dinding sel jamur El-Katatny et al., 2003. Hal ini disebabkan karena salah satu penyusun
A B
C D
E F
Universitas Sumatera Utara
dinding sel jamur adalah kitin, sehingga enzim kitinase dapat menghidrolisis kitin pada dinding sel jamur Quecine et al., 2008. Walaupun kitin sangat sedikit pada
jamur air, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat gen-gen kitin sintase pada jamur air. Menurut Fevre et al. 1997 bahwa hasil sequence gen penyandi
kitinase dari Saprolegnia monoica memiliki kemiripan yang sama dengan hasil jamur air lain yaitu Achlya ambisexualis dan Phytophthora capsici, ini mengindikasikan
bahwa sistem sintesis kitin tersebar luas pada kelas organisme jamur air tersebut, dan Guerreiro et al. 2010 menyatakan kitin merupakan komponen yang sangat penting
dalam proses pembentukan struktur ujung hifa, maka dari itu bakteri antagonis yang memiliki kemampuan kitinolitik dapat digunakan sebagai calon agen pengendali
hayati terhadap jamur air patogen.
4.5 Hasil Uji Patogenitas Jamur Air Terhadap Ikan Nila