Hasil Pengujian Isolat Bakteri Antagonistik Penghasil Enzim Kitinase

Gambar 4.1.4 Struktur Klamidospora pada hifa Saprolegnia sp. A Katenulasi klamidospora seperti rantai, B Hifa dengan banyak inti, globule minyak dan glikogen, C Gemmae atau Klamidospora berdinding lebih tebal.

4.2 Hasil Pengujian Isolat Bakteri Antagonistik Penghasil Enzim Kitinase

Kemampuan bakteri antagonistik yang memiliki kemampuan kitinolitik dalam menghasilkan kitinase dapat diamati apabila ditanam pada media yang mengandung kitin. Bakteri yang dapat menghasilkan enzim kitinase ditandai dengan adanya zona bening yang terdapat pada sekitar koloni bakteri. Pada penelitian ini digunakan media agar MGMK yang terdiri dari garam mineral dan koloidal kitin. Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapat bahwa keenam isolat bakteri antagonistik yang diuji memiliki kemampuan menghasilkan enzim kitinase yang ditandai dengan adanya zona bening di sekitar koloni yang tumbuh pada media yang mengandung kitin. Menurut Pleban et al.. 1997 zona bening yang terbentuk di sekitar koloni bakteri menandakan adanya aktivitas kitinolitik dalam protein-protein yang disekresikan ke medium pertumbuhan yang mengandung kitin. Isolat bakteri antagonistik yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.2.1. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2.1 Isolat Bakteri Antagonis A PB 08, B PB 15, C Enterobacter sp. PB17, D Bacillus sp. BK13, E Enterobacter sp. BK15, F Bacillus sp. BK17 pada media agar MGMK Produksi kitinase dari suatu bakteri kitinolitik dapat diketahui dengan terjadinya perubahan warna medium menjadi lebih transparan di sekitar koloni bakteri yang disebabkan oleh terdegradasinya kitin pada medium tumbuh karena adanya enzim kitinase yang dihasilkan bakteri ke medium. Kitinase merupakan enzim ekstraseluler yang dihasilkan bakteri kitinolik yang berperan penting dalam menghidrolisis kitin Tjsujibo et al., 1999. Menurut Wijaya 2002 berdasarkan lokasinya kitinase termasuk enzim ekstraseluler. Enzim ekstraseluler adalah enzim yang dihasilkan di dalam sel tetapi dikeluarkan ke dalam medium tumbuhnya. Menurut Muharni 2009 zona bening terjadi karena adanya pemutusan ikatan β-1,4 homopolimer N-asetilglukosamin pada kitin oleh kitinase menjadi monomer N-asetilglukosamin. Menurut Wijaya 2002 besarnya zona bening yang dihasilkan tergantung pada jumlah monomer N- asetilgkukosamin yang dihasilkan dari proses hidrolisis kitin dengan pemutusan ikatan β-1,4 homopolimer N-asetilglukosamin yang dihasilkan. A B C D E F Universitas Sumatera Utara

4.3 Hasil Uji Antagonis secara in vitro