Analisis Alamat IPv4 Analisis Sistem

Network Prefix Representasi Desimal Subnet ID Subnet Network Prefix 1 49192 3FFE:FFFF:0:C000::54 2 50176 3FFE:FFFF:0:C400::54 3 51200 3FFE:FFFF:0:C800::54 4 52224 3FFE:FFFF:0:CC00::54 5 53248 3FFE:FFFF:0:D000::54 6 54272 3FFE:FFFF:0:D400::54 7 55296 3FFE:FFFF:0:D800::54 8 56320 3FFE:FFFF:0:DC00::54

3.5 Analisis Sistem

3.5.1 Analisis Alamat IPv4

Analisis yang dilakukan dalam tugas akhir ini adalah terdapat pada alamat global dan subnetting masing-masing alamat protokol. Dalam hal ini analisis dilakukan berdasarkan pengalokasian atau pemberian alamat IP internet protocol kepada penyedia layanan IP internet sehingga dapat melihat perbandingan dalam rute aggregasi masing-masing protokol IP. Alamat IP global merupakan alamat internet protokol IP yang membangun struktur jaringan internet sehingga dapat saling berkomunikasi. Alamat IP global ini bersifat unik, artinya dalam sistem pengalamatan IP untuk jaringan internet tidak boleh sama dengan alamat IP yang tehubung ke internet. Setiap interface harus memiliki satu alamat IP yang tidak dimiliki oleh interface lainnya yang tergabung dalam jaringan internet. Saat ini IP yang dipergunakan Universitas Sumatera Utara untuk menjalin hubungan atau berkomunikasi antara perangkat-perangkat jaringan adalah internet protokol versi 4 IPv4. Pengimplementasian IPv4 awalnya dipergunakan khusus untuk mengkoneksikan perangkat jaringan yang ada dengan tidak mempertimbangkan kondisi jaringan kedepan. IPv4 pada saat itu masih bersifat sistem classfull untuk alokasi alamat- alamat IP. Ini menghadirkan permasalahan ketika akan membangun suatu sistem jaringan besar yang memiliki beberapa atau banyak sistem jaringan kecil. Kemungkinan terbaik yang dilakukan yaitu dengan melakukan pembagian dalam sistem kelas, misalnya kelas A, kelas B, kelas C dan lain-lain. Dengan memperhatikan kapasitas alamat IP yang dapat diberikan oleh IPv4, maka akan menyulitkan apabila masing-masing kelas dibagi-bagi untuk mengalokasikan alamat IP tersebut. Beberapa isupermasalahan yang ditemukan dalam sistem classfull IPv4 diantaranya: 1. Kurang fleksibel dalam penangan alamat internal Apabila terdapat suatu organisasi besar yang akan memberikan pemakaian blok alamat IP dalam jumlah besar tidak memperhitungkan dengan baik struktur alamat jaringan internal mereka, ini akan menyulitkan pengelompokan suatu jaringan internal kecil. 2. Ketidakefisiensian pemakaian ruang alamat Sebagian besar pemakaian blok alamat IPv4 yaitu pada kelas A, B, dan C sehingga terdapat pembatasan pemakaian blok alamat dan blok alamat IP ditentukan berdasarkan kelas IPv4 3. Proliferasi entri dalam table routing Seperti pertumbuhan internet saat ini, begitu banyak tambahan entry dibutuhkan untuk menangani routing datagram IP ini menyebabkan performansi router bermasalah. Usaha untuk mengurangi ketidakefisiensian pemakaian alokasi ruang alamat terus-menerus ini bahkan akan menambah beban tabel routing. Universitas Sumatera Utara 3.5.1.a Pengalamatan Tidak Fleksibel Isu 1 untuk kenyataannya dalam sistem classfull, organisasiperusahaan besar bisa menugaskan pengalamatan blok alamat IP agak besar class B atau blok alamat yang lebih besar lagi seperti class C semua blok alamat tersebut dianggap oleh router internet sebagai satu jaringan dengan satu ID jaringan. Sekarang coba bayangkan sedang menjalankan perusahaan menengah hingga besar dengan jumlah komputer klien sekitar 5000 dan blok alamat yang diberikan adalah kelas B untuk jaringan perusahaan itu. Apakah perusahaan tersebut yang memiliki 5000 PC client benar-benar terhubung ke sebuah jaringan tunggal? Perusahaan tersebut pastinya tidak mengharapkan demikian keadaannya. Namun perusahaan dipaksakan untuk mencoba menyesuaikan semua itu menjadi sebuah jaringan IP tunggal dalam sistem classfull. Tidak ada cara membuat hirarki jaringan internal pada perusahaan yang bersangkutan. Dalam hal inilah ketidakfleksibelan pengalamatan IPv4 muncul karena awalnya menganut sistem classfull alamat IP. 3.5.1.b Rendahnya Granularitas Isu 2 dan 3 erat kaitannya dengan isu 1 diman antara kedua isu tersebut memberikan fakta bahwa glanularitas dalam sistem classfull terlalu sederhana untuk diimplementasikan dalam jaringan internet global. Maksutnya terlalu sedikit pilihan untuk menentukan ukuran jaringan yang tersedia. Pada prinsip tiga ukuran blok alamat IP tampaknya baik untuk dialokasikan seperti class A, class B, class C, namun kesenjangan antara ukuran sangat besar tidak semua sesuai manakala didistribusikan untuk organisasi-organisasi didunia yang terhubung kejaringan internet. Coba pertimbangkan blok alamat IP antara kelas C dan kelas B, jumlah alamat IP dari 254 host melompat hingga lebih dari 65.000 host. Terdapat banyak organisasi yang membutuh alamat IP 254, akan tetapi banyak juga perusahaan butuh alamat IP kurang dari 65.000 alamat. Dan bagaimana Universitas Sumatera Utara dengan class A? berapa banyak perusahaan yang membutuhkan sebanyak 16 juta alamat IP? kemungkinan tidak ada perusahaan yang benar-benar membutuhkan alokasi alamat IP sebanyak itu class A. Pertimbangkan lagi dengan suatu perusahaan yang memiliki 5000 PC, jaringan class apa yang digunakan perusahaan tersebut? Seperti gambar dibawah ini tidak ada blok alamat IP yang sesuai untuk kebutuhan komputer perusahaan apabila menggunakan sistem “classfull”. Kemungkinan perusahaan tersebut akan meminta pengalokasian class B ditetapkan dalam jaringan perusahaan. Namun, dengan memberikan alamat IP class B pada perusahaan yang memiliki 5000 komputer berarti terdapat lebih dari 90 alamat IP akan terbuang terjadi pemborosan. Ketika internet awalnya masih menghubungkan beberapa perusahaan dan organisasi mungkin tidak menjadi masalah, tetapi melihat pertumbuhan internet yang sangat luas dan kompleks seperti saat ini maka sistem “classfull” menjadi masalah serius dalam pengembangan jaringan internet kedepannya. Gambar 3.7 : Rendahnya Granulasi Sistem Class IPv4 Universitas Sumatera Utara 3.5.1.c Subnetting dan Supernetting Sebagai Mekanisme Tambahan Dalam penanganan sistem jaringan yang terdiri dari gabungan blok-blok jaringan besar dan kecil diperlukan mekanisme agar pengalokasian blok alamat IP dapat ditugaskan kepada tiap-tiap blok dalam sistem jaringan besar. Subnetting diperoleh dengan menetapkan yang menjadi bagian network-id dan host-id pada subnetmask IP. subnetmask terdiri dari 32 bit yang direpresentasikan kedalam bilang biner antara 1 dan 0. Bilangan 1 diindikasikan sebagai alamat network-id sedangkan bilangan 0 sebagai host-id. Subnetting dan supernetting adalah mekanisme yang digunakan untuk menangani isupermasalahan 1, dan 2 yang dijelaskan diatas. Mekanisme ini digunakan ketika suatu organisasi yang memiliki penugasan satu blok alamat IP dijadikan menjadi beberapa blok alamat kecil yang tidak dalam jaringan tunggal. Subnetting dan supernetting akan membagi-bagi blok alamat IP misal kelas C menjadi beberapa bagian alamat kecil berdasarkan subnet mask alamat IP tersebut. Dengan ini ketidakfleksibelan alokasi alamat IP dapat ditangani. Subnetting dan supernetting dapat membentuk sistem jaringan besar lebih terstruktur karena dibagi menjadi beberapa jaringan baru. Ini mempermudah dalam penanganan suatu jaringan yang terdiri dari sedikit alamat IP dibandingkan 254 alamat IP kelas C. Mekanisme subnetting maupun supernetting pada dasarnya diimplementasikan untuk pembagian suatu blok besar alamat IP dalam jaringan tunggal menjadi beberapa blok alamat IP yang berbeda jaringan. Manfaat yang didapatkan melalui mekanisme subnetting dan supernetting antara lain: 1. Fleksibel Flexibility Universitas Sumatera Utara Meminimalkan pemakaian alamat IP yang tidak berguna pemborosan alamat IP 2. Handal dalam Penanganan Reliability Membagi blok-blok alamat IP menjadi beberapa bagian yang lebih kecil sehingga mempermudah pada saat penanganan alamat IP atau jaringan tersebut. 3. Skalabilitas Scalability Kemungkinan implementasi untuk membuat jaringan besar seperti WAN, AS, dan Internet sangat mendukung. Akan tetapi, untuk isu 3 subnetting dan supernetting dalam IPv4 merupakan opsi tambaha ini akan terdapat dalam informasi tabel routing menjadi bertambah. Akibatnya proses dan kinerja yang dilakukan router menjadi bertambah pula sehingga performa router menurun. Apabila terdapat banyak rute alamat IP suatu jaringan yang disimpan dalam tabel routing, pastinya akan memberikan beban lebih untuk melakukan proses routing. Subnetting terhadap blok alamat 130.100.0.016, memberikan pengelompokan yang lebih kecil terhadap suatu blok alamat diatas. Dengan melalukan subnetting akan diperoleh blok alamat IP baru yaitu 130.100.1.024 hingga 130.100.255.024. Superneting dapat digunakan untuk membagi-bagi blok alamat IP menjadi lebih kecil minimal. Seperti blok alamat IP 130.100.1.024 dapat dibagi-bagi menjadi 130.100.1.030, 130.100.1.430, 130.100.1.830 dan banyak lagi blok-blok alamat IP baru dapat terbentuk. Hal ini ditunjukkan pada gambar dibawah: 130.100.0.016 130.100.1.024 130.100.2.024 230.100.1.030 .. 230.100.1.330 230.100.2.330 230.100.2.030 .. Mekanisme Supernetting - Subnetting - Universitas Sumatera Utara Gambar 3.8 : Hirarki Mekanisme Subnetting IPv4

3.5.2 Analisis Alamat IPv6