6 Kebiasaan Membaca
Yaitu minat keinginan, kemauan, dan motivasi dan keterampilan membaca yang baik dan efisien, yang telah berkembang dan membudaya
secara maksimal dalam diri seseorang
29
. Faktor kebiasaan membaca akan penulis kemukakan lebih lanjut lagi.
C. Hakikat Kebiasaan Membaca
1. Pengertian Kebiasaan Membaca
Apabila suatu kegiatan atau sikap, baik yang bersifat fisik maupun mental, telah mendarah daging pada diri seseorang, maka dikatakan bahwa
kegiatan atau sikap itu telah menjadi kebiasaan. Terbentuknya suatu kebiasaan tidak dapat terjadi dalam waktu singkat, tetapi pembentukan itu
adalah proses perkembangan yang memakan waktu relatif lama. Menurut DP. Tampubolon, kebiasaan membaca adalah kegiatan
membaca yang telah mendarah daging pada diri seseorang dari segi kemasyarakatan, kebiasaan adalah kegiatan membaca yang telah membudaya
dalam suatu masyarakat
30
. Sedangkan Dewa Ketut Sukardi berpendapat bahwa “apabila membaca buku itu diwajibkan untuk mengulang berkali-kali
maka akan terbentuklah kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca akhirnya akan menimbulkan kegemaran membaca”
31
.
2. Kebiasaan Sejak Kecil
Pada waktu anak belajar membaca, ia belajar mengenal kata demi kata, mengejanya, dan membedakannya dengan kata-kata lain. Anak harus
membaca dengan bersuara, mengucapkan setiap kata secara penuh agar diketahui apakah benar atau salah ia membaca. Selagi belajar anak diajari
membaca secara struktural, yaitu dari kiri ke kanan dan mengamati tiap kata
29
Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 244
30
DP. Tampubolon, Op. Cit., hlm. 229
31
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak Jakarta: Ghalia Indonesia 1987 hlm. 105
dengan seksama pada susunan yang ada. Oleh karena itu, pada waktu membaca anak melakukan kebiasaan berikut:
1 Menggerakkan bibir untuk melafalkan kata yang dibaca;
2 Menggerakkan kepala dari kiri ke kanan;
3 Menggunakan jari atau benda lain untuk menunjuk kata demi kata.
32
Secara tidak disadari, cara membaca yang dilakukan waktu kecil itu tetap diteruskan hingga dewasa.
3. Membentuk Kebiasaan Membaca yang Efisien
Membentuk kebiasaan membaca yang efisien memakan waktu yang relatif lama. Selain waktu, faktor keinginan dan kemauan serta motivasi perlu
ada. Tetapi keinginan dan kemauan harus diperkuat oleh motivasi. Selain itu faktor lingkungan juga berperan. Jika lingkungan tidak mendorong, dan
bahkan menghambat, maka kebiasaan sukar, atau bahkan tidak akan terbentuk.
Oleh karena itu, usaha-usaha pembentukan hendaklah dimulai sedini mungkin dalam kehidupan, yaitu sejak masa anak-anak. Pada masa anak-
anak, usaha pembentukan dalam arti peletakkan pondasi minat yang baik dapat dimulai sejak kira-kira umur dua tahun, yaitu sesudah anak mulai dapat
mempergunakan bahasa lisan memahami yang dikatakan dan berbicara.
4. Usaha-usaha Mengembangkan Minat dan Kebiasaan
Membaca pada Anak
Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk mengembangkan minat dan kebiasaan membaca pada anak. Namun usaha-usaha itu memiliki sasaran
yang berbeda. Bagi anak-anak yang belum dapat membaca, bertujuan utama untuk menumbuhkan minat membaca, yang sendirinya juga untuk mencapai
kesiapan membaca. Akan tetapi, bagi anak-anak yang sudah dapat membaca,
32
Soedarso, Loc. Cit
usaha-usaha itu mempunyai tujuan bukan hanya menumbuhkan, melainkan juga mengembangkan minat dan kebiasaan membaca.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1
Pengaruh dan Peranan Orang tua Komisi Plowden 1964 mengadakan survei nasional atas Sekolah-
sekolah Dasar menyimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi kemajuan anak di sekolah adalah tingkat perhatian orang tua pada anak di
rumah. Begitu pula Komisi Bullock 1975 menyimpulkan penelitiannya bahwa
peranan orang tua sangat menentukan dalam pendidikan anak, terutama pada tingkat prasekolah dan SD, khususnya dalam membaca dan
perkembangan bahasa. Pengaruh dan peranan orang tua dapat dilakukan dengan:
a Mendorong perkembangan bahasa anak;
b Menjadi teladan dalam membaca;
c Membaca dan bercerita;
d Bermain dengan bacaan dan tulisan;
e Memanfaatkan sarana-sarana lingkungan.
33
Mendorong perkembangan bahasa anak dapat dilakukan terutama melalui
percakapan-percakapan dengan
anak. Cara
mendorong perkembangan bahasa anak yaitu melalui peniruan, penyempurnaan,
pengomentaran, dan responsi dorongan. Orang tua harus menjadi teladan bukan hanya dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat umumnya, tetapi juga dalam membaca. Bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam
menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak. Bermain-main dengan bacaan
dan tulisan menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca dan menulis dalam diri anak-anak.
33
DP. Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak Bandung: Angkasa 1991 hlm. 45-61
Selain dari kegiatan-kegiatan di rumah dengan memanfaatkan sarana-sarana yang ada, orang tua juga perlu memanfaatkan berbagai
sarana yang terdapat dalam lingkungan seperti toko buku, perpustakaan, kantor pos, televisi TV, plaza, dan toko swalayan, dan lain-lain.
2 Membaca Dini
Membaca dini ialah membaca yang diajarkan secara terprogram secara formal kepada anak prasekolah.
DP. Tampubolon mengemukakan ada empat keuntungan mengajar anak membaca dini dilihat dari segi proses belajar mengajar:
a Belajar membaca dini memenuhi rasa ingin tahu anak;
b Situasi akrab dan informal di rumah dan di kelompok bermain KB
atau taman kanak-kanak TK merupakan faktor yang kondusif bagi anak untuk belajar;
c Anak-anak yang berusia dini pada umumnya perasa dan mudah
terkesan, serta dapat diatur; d
Anak-anak yang berusia dini dapat mempelajari sesuatu dengan mudah dan cepat.
34
Bertitik tolak dari pengertian bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, dan
membaca dini merupakan usaha mempersiapkan anak memasuki pendidikan dasar, DP. Tampubolon menyebutkan lima prinsip
pokok membaca dini, yaitu: a
Materi bacaan harus terdiri dari kata-kata, frase-frase, dan kalimat- kalimat. Ini berarti bahwa bacaan itu harus mempunyai makna yang
dapat dipahami oleh anak; b
Membaca terutama didasarkan pada kemampuan memahami bahasa lisan, dan bukan pada kemampuan berbicara;
c Mengajarkan membaca bukan mengajarkan aspek-aspek kebahasaan
seperti tata bahasa, kosa kata, dan lain-lain, dan bukan mengajarkan logika atau cara berpikir walaupun membaca tidak terlepas dari
34
DP. Tampubolon, Ibid., hlm. 63