Tujuan Membaca Hakikat Membaca

3. Aspek-aspek Membaca

Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Secara garis besar aspek-aspek membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1 Keterampilan yang bersifat mekanis mencakup: a Pengenalan bentuk huruf b Pengenalan unsur-unsur liguistik fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain. c Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi kemampuan menyuarakan bahan tertulis. d Kecepatan membaca bertaraf lambat. 2 Keterampilan yang bersifat pemahaman mencakup: a Memahami pengertian sederhana leksikal, gramatikal, retorikal. b Memahami signifikasi atau makna misalnya maksud dan tujuan pengarang relevansikeadaan kebudayaan, reaksi pembaca. c Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. 8

B. Hakikat Pemahaman Bacaan

1. Pengertian Pemahaman Bacaan

Pemahaman bacaan atau reading for understanding adalah kegiatan membaca yang tujuan utamanya ialah untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam sebuah bacaan. Pemahaman bacaan lebih menekankan pada penguasaan isi bacaan, bukan indah, cepat atau lambatnya membaca. Mackey dalam Suyatno menjelaskan bahwa pemahaman terdiri atas penafsiran interpretation dan harapan expectation. 9 Penafsiran terhadap sesuatau yang diperoleh dari tulisan yang dibaca, dan harapan untuk 8 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit hlm. 11-12 9 Suyatno, Cerdas Membaca: Sebuah Strategi Pembelajaran Bahasa di Perguruan Tinggi, Jakarta: Uhamka Press, 2011, Cet. I, h. 35. menemukan dan menggunakan hal-hal yang ditemukan dalam bacaan tersebut. Untuk memahami bacaan, pembaca harus benar-benar menguasai bentuk-bentuk bahasa tulis secara benar dan tepat. Seperti telah disebutkan di atas, dalam memahami suatu teks bacaan tidaklah sekedar mengerti, tetapi diperlukan suatu pemahaman yang seefisien mungkin. Hal ini juga didukung oleh Grellet dalam Suyatno yang menyatakan bahwa mengerti suatu teks bacaan tidak hanya sekedar mengerti apa yang ada, tetapi lebih mendalam lagi, yakni memerlukan pemahaman. 10 Pada bagian lain ia mencontohkan bila seseorang membaca iklan yang ada disurat kabar, berbeda dengan membaca artikel. Membaca iklan dapat dilakukan secara sepintas, sedangkan membaca artikel dalam jurnal ilmu perlu hati-hati dan teliti. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hanya pembaca yang menguasai bahasa dan simbol grafislah yang dapat melakukan pemahaman bacaan, sebab informasi yang disajikan oleh penulis disampaikan melalui tulisan atau bahan bacaan. Hal ini membuktikan bahwa pemahaman bacaan itu berkaitan erat dengan unsur-unsur dalam teks dan keberhasilan dalam memahami teks. Seperti kutipan dalam Kholid Harras berikut ini. Kesesuaian antara teks dengan pembaca merupakan salah satu syarat untuk dapat dipahaminya suatu teks secara optimal oleh pembacanya. Teks yang tidak sesuai dengan pembaca mengakibatkan pembaca tidak dapat memahami isi pesan yang terdapat dalam teks tersebut karena tidak ada interaksi pembaca dengan teks. Tidak terpahaminya teks oleh pembaca disebabkan oleh ketidakberhasilan pembaca mengangkat makna, baik makna gramatikal, makna leksikal, maupun makna kultural dalam teks karena teks tersebut tidak selaras dengan kemampuan pembaca. Ketidak mampuan ini terkait dengan pengetahuan tentang dunia skemata. Kemampuan pembaca ini akan 10 Ibid. menentukan tingkat kesukaran teks, yaitu mudah, sedang, atau sulitnya teks bagi pembaca. 11 Pernyataan di atas menjelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman bacaan, di antaranya faktor karakteristik materi bacaan dan karakteristik pembaca itu sendiri. Teks bacaan sangat berpengaruh terhadap pemahaman bacaan. Oleh karena itu tingkat keterbacaan teks, adalah salah satu syarat yang harus diperhatikan dalam memilih teks. Selain itu, kemenarikan dan keontetikan teks juga merupakan syarat untuk memilih teks yang baik. Karakteristik pembaca juga dapat mempengaruhi pemahaman pembaca terhadap teks. Karakteristik pembaca yang dapat mempengaruhi pemahaman teks di antaranya adalah IQ, minat baca, kebiasaan membaca yang jelek, dan minimnya pengetahuan tentang cara membaca cepat dan efektif. Sementara itu, Suhendar dan Pien Supinah, mendefinisikan pemahaman bacaan sebagai kegiatan membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok- pokok pikiran yang lebih tajam dan dalam, sehingga terasa ada kepuasan tersendiri setelah bahan bacaan itu dibaca sampai selesai. 12 Untuk membaca pemahaman di dalam pembicaraan ini dapat kita katakan berupa tulisan- tulisan fiksi seperti novel, cerita pendek, drama dan puisi. Dari definisi yang diungkapkan Suhendar dan Pien Supinah di atas, dapat kita simpulkan bahwa seorang pembaca harus cerdas melihat apa yang disampaikan seorang penulis, tidak hanya sesuatu yang tertera di dalam teks semata, akan tetapi lebih dalam lagi, yakni makna dibalik teks itu sendiri. Sehingga setelah pembaca membaca teks tersebut, seorang pembaca akan merasakan kepuasan tersendiri. 11 Kholid Harras, Endah Tri Priyatni, dan Titik Harsiati, Membaca I, Jakarta: Universitas Terbuka, 2010, Cet. II, h. 46. 12 M. E. Suhendar dan Pien Supinah, Bahasa Indonesia: Pengajaran dan Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis, Bandung: Pionir Jaya, 1992, Cet. I, h. 27. Karena para penulis-penulis kreatif dalam bidang fiksi pada umumnya memiliki beberapa pengalaman hidup yang hendak disampaikannya kepada para pembaca. penulis ingin agar kita merasakan apa yang telah dirasakan mengenai fakta dan visi kebenaran yang dilihat dan dirasainya. Sehingga pembaca dapat melihat pengalaman-pengalaman yang nyata ataupun imajinatif melalui mata penulis, yang ditumpahkannya melalui media kata- kata.. Pada bagian lain, Suhendar dan Pien Supinah mengatakan seseorang yang tingkat pemahaman bacaannya tinggi akan dengan mudah menangkap apa pokok-pokok pikiran yang diungkapkan pengarang di dalam tulisannya, baik yang tersirat maupun tersurat. Pernyataan itu, sebagaimana terdapat pada kutipan berikut. Membaca sebagai kegiatan menangkap apa yang tersirat dari bahan yang tersurat, sebagai kegiatan mengambil makna dari yang tersurat, tidak selamanya makna yang terkandung di dalam bahan bacaan itu sesuai dengan apa yang tertulis dalam bahan bacaan itu. hal ini karena adanya makna yang denotatif, yaitu makna yang sebenarnya atau makna menurut arti kamus. Dan ada makna yang konotatif yaitu makna yang lebih tinggi atau lebih dalam sesuai dengan lingkungan dan ragam bahasa yang dipakai. Contohnya, tertulisnya bunga, tetapi maknanya gadis cantik di kota itu. tersuratnya tiga anak kecil, tetapi maknanya tiga tuntutan rakyat TRITURA, Makna yang lebih tinggi atau lebih dalam itu terdapat di dalam karya-karya sastra seperti novel, cerpen, drama, dan puisi. Maknanya lebih dalam dan lebih tajam dari pada prosa biasa. 13 Hal ini pun diaminkan oleh Tarigan, yang menggolongkan pemahaman bacaan ke dalam beberapa golongan, yakni membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan literary standards, 13 Ibid.