Harga Pokok Cost price Getah Karet di Desa Parangguam Kecamatan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Harga Pokok Cost price Getah Karet di Desa Parangguam Kecamatan

Salapian Kabupaten Langkat Petani di Desa Parangguam umumnya tidak hanya melakukan usahatani karet saja, tetapi juga melakukan usahatani seperti usahatani kelapa sawit, kakao, aren, kelapa, pinang dan jagung. Luas lahan untuk tanaman perkebunan seluas 500 Ha. Kebanyakan petani karet di Desa Parangguam sudah beralih ke usahatani kelapa sawit. Hal ini dikarenakan harga jual karet yang terus menurun membuat petani resah dan beralih ke usahatani kelapa sawit. Pohon-pohon karet yang mereka tanami kemudian mereka tebang dan kayu dari pohon karet tersebut mereka jual dan dijadikan modal awal dalam usahatani kelapa sawit. Petani yang tetap memiliki usahatani karet di Desa Parangguam memiliki luas lahan rata-rata 2 Ha. Jenis tanah yang berbukit-bukit di Desa Parangguam menyebabkan banyak lahan karet yang berada di daerah perbukitan. Untuk menuju ke lahan karet tersebut, petani pada umumnya menggunakan sepeda motor untuk menuju lahan mereka. tetapi ada juga petani yang hanya berjalan kaki saja menuju ladang karet mereka. Petani karet di Desa Parangguam umumnya melakukan perawatan usahatani karet mereka secara sendiri-sendiri. Hal ini dikarenakan jumlah upah yang tinggi dan berladang merupakan salah satu mata pencaharian mereka.Selain itu, luas lahan rata-rata relatif kecil juga menjadi alasan mengapa petani melakukan perawatan sendiri-sendiri. Petani karet di Desa Parangguam umumnya tidak melakukan pemupukan terhadap tanaman karet mereka. Hal ini disebabkan harga pupuk yang relatif mahal. Petani Universitas Sumatera Utara menyadap getah dari pohon karet mereka dalam bentuk cup lump getah mangkok. Untuk penyadapan getah, petani memiliki jadwalnya masing-masing, tergantung dari luasan lahan ataupun kemampuan petani dalam menyadap getah tersebut. Ada yang menyadap seminggu sekali, dan ada juga yang menyadap empat kali dalam seminggu. Pasar getah diadakan seminggu sekali. Petani yang sudah mengumpulkan hasil getah selama seminggu biasa dijual dalam bentuk bongkahan atau gumpalan getah. Untuk membentuk bongkahan getah tersebut, petani mengumpulkan hasil getah yang telah mereka sadap dari pohon, kemudian mereka mengumpulkan hasil getahnya itu kedalam kotak berbentuk persegi di dalam tanah. Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan merapatkan butir-butir karet yang terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi gumpalan atau koagulum. Untuk membuat koagulum ini, lateks perlu dibubuhi bahan pembeku koagulan seperti asam semut atau asam cuka. Lateks segar yang diperoleh dari hasil sadapan mempunyai pH 6,5. Agar dapat terjadi penggumpalan atau koagulasi, pH yang mendekati netral tersebut harus diturunkan sampai pH 4,7. Satu bongkahan getah tersebut memiliki berat rata-rata 50 kg, tergantung dari luas dan kemampuan pohon karet petani menghasilkan getah. Dalam melakukan usahatani karet, petani karet di Desa Parangguam mengeluarkan biaya-biaya. Biaya-biaya tersebut terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel memiliki kontribusi seperti biaya pembelian bibit, pupuk, herbisida, biaya tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap memiliki kontribusi seperti penyusutan alat, dan Pajak Bumi dan Bangunan. Biaya-biaya produksi yang dikeluarkan petani tersebut digunakan untuk menghasilkan produk hingga produk itu sampai di pasar getah. Universitas Sumatera Utara Harga pokok Cost price merupakan suatu produksi jumlah pengorbanan- pengorbanan, dapat diduga, dan kuantitatif dapat diukur berhubungan dengan proses produksi, yang dilakukan pada saat pertukaran dan dalam kebanyakan hal harus didasarkan atas nilai pengganti kesatuan-kesatuan nilai yang telah dikorbankan Winardi, 1990. Berdasarkan dari pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dalam menentukan harga pokok satu kilogram cup lump, petani karet rakyat di Desa Parangguam mengorbankan biaya-biaya produksi. Dengan demikian, penentuan harga pokok di Desa Parangguam Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat dengan menggunakan metode full costing. Metode full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung dan biaya penyusutan alat, baik bersifat tetap maupun variabel. Setelah dijumlahkan seluruh biaya tersebut kemudian dibagikan dengan produksi getah karet rakyat per tahun. Berikut merupakan komponen input usahatani karet rakyat di Desa Parangguam Tabel 5.1 Komponen Input Usahatani Karet Rakyat Per Petani dan Per Hektartahun di Desa Parangguam Sumber: Analisis data Primer Petani Karet Rakyat, Lampiran 3 dan 21, 2015 Berikut merupakan komponen biaya tidak tetap usahatani karet rakyat di Desa Parangguam No Uraian Per Petani Persen Per Hektar Persen 1 2 3 4 Bibit Batang Pupuk Kg Herbisida Liter Tenaga Kerja HKO 867 147 7 281 66,6 11,3 0,5 21,6 321 47 3,5 114 66,1 9,7 0,7 23,5 Total 1.302 100 485,5 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2Biaya Tidak Tetap Usahatani Karet Rakyat Per Petani dan Per Hektartahun di Desa Parangguam Sedangkan untuk biaya tetap, petani karet di Desa Parangguam mengorbankan biaya-biaya sebagai berikut. Tabel 5.3 Biaya TetapUsahatani Karet Rakyat Per Petani dan Per HektarTahun di Desa Parangguam Sumber: Analisis Data Primer Petani Karet RakyatLampiran 24, 2015 Setelah diketahui besarnya biaya tetap dan biaya variabel, maka dapat ditentukan total biaya yang dikeluarkan petani selama setahun sebagai berikut Tabel 5.4 Total Biaya Produksi Petani Karet Rakyat Per Tahun di Desa Parangguam Sumber: Analisis Data Primer Petani Karet Rakyat Lampiran 25, 2015 Setelah diketahui biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan petani di daerah penelitian, penulis menyimpulkan bahwa biaya tenagakerja di daerah penelitian merupakan biaya paling besar yang dikeluarkan petani dalam melakukan usahatani karet. Dalam melakukan pemeliharaan tanaman, mulai dari tanaman No Uraian Per Petani Rp Persen Per Hektar Rp Persen 1 2 3 4 Bibit Pupuk Herbisida Tenaga Kerja 3.173.722 345.143 339.397 28.991.389 9,7 1 1 88,3 1.167.310 110.056 114.111 11.040.364 9,4 0,9 0,9 88,8 Total 32.849.651 100 12.431.840 100 Sumber: Analisis Data Primer Petani Karet Rakyat, Lampiran 23, 2015 No Uraian Per Petani Rp Persen Per Hektar Rp Persen 1 2 Penyusutan Alat Pajak Bumi dan Bangunan 83.937 64.800 56,8 43,2 32.562 23.984 57,5 42,5 Total 147.737 100 56.654 100 No Uraian Per Petani Rp Persen Per Hektar Rp Persen 1 2 Biaya Variabel Biaya Tetap 32.849.651 147.737 99 1 12.431.840 56.654 99 1 Total 32.997.388 100 12.488.386 100 Universitas Sumatera Utara belum menghasilkan hingga tanaman menghasilkan, waktu yang diperlukan petani cukup lama sehingga biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja paling besar jumlahnya. Biaya upah yang dikeluarkan petani untuk sehari kerja adalah sebesar Rp 70.000. sedangkan rata-rata curahan tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga sebanyak 14 orang untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan tanaman karet. Setelahitu, biayapembelianbibitjugatermasukbiaya yang paling banyakdikeluarkanpetani. Bibit yang digunakan petani berasal dari pembiakan biji yang diperoleh di Desa Parangguam. Pembiakan biji karet menjadi kecambah dilakukan secara musiman di desa Parangguam. Penggunaan bibit yang berasal dari pembiakan generatif yang dilakukan secara musiman di Desa Parangguam merupakan alternatif dari pembelian bibit dari luar desa karena biaya yang dikelurakan petani akan bertambah untuk transportasi pengangkutan bibit. Menurut Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian RI 2012, kriteria bibit karet yang baik dan bermutu harus melalui perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan okulasi, yang komponennya terdiri dari batang tunas entres dan batang bawah yang merupakan semaian dari biji. Untuk perkebunan rakyat dianjurkan menanam klon AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, GT 1, PR 261, PR 300 dan PR 303. Selain itu juga, pemupukan tanaman karet hanya dilakukan oleh sedikit petani di daerah penelitian. Petani responden yang melakukan pemupukan hanya 24 orang. Adapun pupuk yang mereka gunakan adalah pupuk Urea seharga Rp 2.000kg, pupuk KCl seharga Rp 3.000kg dan pupuk SP 36 seharga Rp. 3.000kg. Meskipun telah melakukan pemupukan, dosis pemupukan yang diterapkan petani Universitas Sumatera Utara untuk tanaman karetnya juga juga tergolong sedikit dan untuk mengurangi pengeluaran pembelian pupuk, petani hanya memberikan pupuk pada tanaman yang tumbuhnya normal saja. Sedangkan bagi petani yang tidak melakukan pemupukan, petani beranggapan bahwa harga pupuk yang tergolong mahal. Jika melakukan pemupukan, petani akan mengeluarkan biaya yang lebih banyak lagi. Selain itu, penyebab lainnya merupakan akses transportasi yang jauh dari daerah penelitian ke ibukota kecamatan. Dengan akses transportasi yang jauh dari daerah penelitian ke ibukota kecamatan tersebut menyebabkan biaya pupuk menjadi besar karena menggunakan kendaraan untuk mengangkut pupuk tersebut. Selain itu juga, sebagian lahan perkebunan karet rakyat di desa Parangguam merupakan lahan bekas hutan, sehingga tanahnya masih subur, jadi tidak memerlukan pemupukan. Selain itu pula, penyiangan gulma tanaman karet dapat dilakukan dengan cara manual dan kimia. Sebagian petani di Desa Parangguam melakukan Penyiangan gulma dengan cara manual dengan bantuan parang dan cangkul. Namun, tidak sedikit juga petani yang melakukan penyiangan gulma secara kimia dengan bantuan alat sprayer. Penyiangan gulma secara kimia dapat diberantas dengan herbisida. Herbisida yang digunakan petani karet rakyat di Desa Parangguam terdiri dari berbagai macam jenis seperti: Smart dengan harga Rp. 50.000liter, Gramoxone dengan harga Rp. 25.000liter, paratop dengan harga Rp. 60.000liter dan Round Up dengan harga 20.000liter. Pemberian herbisida terhadap gulmapengganggu tanaman karet juga tidak sekaligus dicampur kesemuanya. Pemberian Herbisida tergantung dengan jenis gulma dan tanaman penggangu lainnya yang mengganggu pertumbuhan tanaman karet tersebut. Selain itu juga, Universitas Sumatera Utara hewan pengganggu tanaman karet di Desa Parangguam hanya monyet. Untuk mengendalikan serangan hewan ini, petani biasanya melakukan dengan cara diusir atau ditangkap. Usahatani karet merupakan salah satu usahatani secara ekstensifikasi. Usaha ekstensifikasi merupakan perluasan areal pertanian ke wilayah yang sebelumnya belum dimanfaatkan manusia. Desa Parangguam memiliki topografi berbukit- bukit dan masih memiliki areal hutan. Sehingga petani menggarap lahan atau membuka lahan untuk usahatani karet seadanya saja. Selain itu, pemeliharaan tanaman juga dilakukan petani di desa Parangguam seadanya saja sehingga produksi yang dihasilkan petani relatif kecil. Adapun alat-alat pertanian yang digunakan petani karet rakyat di desa Parangguam adalah cangkul, babat, pisau deres, ember, parang dan sprayer. Penghitungan penyusutan alat-alat pertanian menggunakan metode garis lurus straight-line method, yaitu perhitungan berdasarkan nilai pembelian dikurangi nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis pemakaian dengan asumsi bahwa nilai sisa dianggap nol. Selain itu juga, pembayaran iuran pajak bumi dan bangunan dilakukan petani setiap tahunnya. Rata-rata biaya pajak bumi dan bangunan per hektar adalah Rp. 24.000tahun. Iuran ini dibayar petani ke balai pemerintahan desa setempat. Setelah diketahui seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan petani dalam memproduksi satu kilogram getah karet cup lump maka diperoleh perhitungan untuk mendapatkan harga pokok cost price yakni dengan menghitung seluruh rata-rata total biaya per tahun, kemudian dibagikan dengan jumlah rata-rata Universitas Sumatera Utara produksi getah karet petani per tahun kemudian didapatlah hasil dari harga pokok cost price rata-rata petani karet. Berikut merupakan harga pokok cost price getah karet rakyat di Desa Parangguam. Tabel 5.5 Harga Pokok Cost price Cup lump Per Petani Di Desa Parangguam No Uraian Total 1 2 3 Total Produksi Getah Karet Kg Total Biaya ProduksiKaretRp Cost price RpKg 9.950 32.997.388 3.316 Sumber: Analisis Data Primer Petani Karet RakyatLampiran 27 2015 Harga pokok yang diperoleh tersebut berasal dari pengorbanan setiap petani karet rakyat untuk menghasilkan 1 kg getah karet. Pengorbanan tersebut meliputi biaya- biaya seperti: membeli bahan baku produksi dan biaya-biaya yang berhubungan dengan perawatan dan pemeliharaan tanaman karet ditingkat on farm. Agar petani tidak mengalami kerugian, maka harga pokok harus berada dibawah harga jual getah karet. Berdasarkan tabel 5.5, rata-rata harga pokok cost price getah karet rakyat di desa Parangguam sebesar Rp. 3.316Kg, sedangkan harga jual getah karet rakyat di Desa Parangguam rata-rata sebesar Rp 5.698Kg. 5.2 Kontribusi Masing-Masing Komponen Biaya Produksi Karet Rakyat Terhadap Harga Pokok Karet Rakyat di Desa Parangguam Menurut Sugiarto dkk 2007, Dalam kegiatan produksi untuk mengubah input menjadi output, perusahaan tidak hanya menentukan input apa saja yang diperlukan, tetapi juga harus mempertimbangkan harga dari input-input tersebut yang merupakan biaya produksi dari output. Biaya produksi sebenarnya cerminan dari produksi. Bila produksi merujuk pada jumlah input yang dipakai dan jumlah fisik output yang dihasilkan, biaya produksi merujuk kepada biaya perolehan Universitas Sumatera Utara input tersebut nilai uangnya. Biaya produksi sangat penting peranannya bagi perusahaan dalam menentukan jumlah output, sehingga pemahanan tentang konsep dan defenisi biaya produksi, bagaimana biaya bervariasi dengan berubahnya output dan bagaimana biaya produksi diestimasi secara empiris harus benar-benar dipahami . Usahatani karet rakyat merupakan usaha yang menggunakan biaya produksi jangka pendek. Hal itu dikarenakan adanya pemakaian input tetap selain input variabel. Dengan demikian, biaya produksi jangka pendek juga dicirikan oleh adanya biaya tetap. Beberapa konsep yang berhubungan dengan biaya produksi jangka pendek adalah sebagai berikut: - Biaya Tetap Total Total Fixed Cost = TFC TFC adalah biaya yang timbul dari pemakaian input tetap. Biaya ini tidak berubah walaupun jumlah output yang dihasilkan Q berubah. - Biaya Variabel Total Total Variable Cost = TVC TVC adalah biaya yang muncul sebagai akibat dari penggunaan input variabel. Biaya variabel total akan bervariasi sesuai dengan perubahan output yang dihasilkan. - Biaya Total Total Cost = TC TC adalah jumlah keseluruhan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dalam satu periode. Dari Uraian tersebut, untuk melakukan usahatani, petani mengeluarkan sejumlah biaya-biaya untuk merubah input menjadi output. Dalam usahatani karet rakyat di Desa Parangguam, petani mengorbankan biaya seperti pembelian lahan, pembelian sarana produksi dan pemeliharaan serta upah tenaga kerja. Keseluruhan Universitas Sumatera Utara kegiatan ini memberikan kontribusi terhadap pembentukan harga pokok karet rakyat. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh informasi dari responden bahwa dalam melakukan usahatani karet rakyat tersebut, petani mengeluarkan biaya- biaya untuk pembelian pupuk, bibit dan herbisida. Selain itu, sebagian petani juga membayar upah tenaga kerja. Kemudian petani karet rakyat juga membayar Pajak Bumi dan Bangunan serta penyusutan alat-alat. Adapun kontribusi masing-masing biayaproduksiterhadap harga pokok getah karet rakyat dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.6 KontribusiBiaya Produksi Karet RakyatTerhadap Harga Pokok Getah Karet Rakyat Per Petani dan Per HektarTahunDi Desa Parangguam Setelah diketahui seluruh kontribusi biaya-biaya produksi di desa Parangguam, dapat disimpulkan bahwa petani mengeluarkan biaya-biaya dalam melakukan usahatani karet untuktenaga kerja serta sarana dan prasana yaitu biaya bibit, biaya pupuk, dan biaya herbisida, biaya PBB dan penyusutan alat-alat. Biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut memiliki kontribusi dalam hal pembentukan harga pokok getah karet per kilogramnya. Dengan demikian, hipotesis 1 yaitu tenaga kerja dan saranaprasarana memiliki kontribusi besar terhadap harga pokok karet rakyat diterima. No Jenis Kontribusi Per Petani Rp Persen Per Hektar Rp Persen 1 2 3 4 5 6 Bibit Pupuk Herbisida Tenaga Kerja Penyusutan Alat PBB 319 35 34 2.914 8 7 9,6 1 1 87,9 0,3 0,2 117 11 11 1.110 3 2 9,6 1 1 87,9 0,3 0,2 Total 3.316 100 1.255 100 Sumber: Analisis Data Primer Petani Karet Rakyat Lampiran 23 dan 24, 2015 diolah Universitas Sumatera Utara

5.3 Efisiensi Biaya Produksi Karet Rakyat di Desa Parangguam.