TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Sistem Agribisnis Karet

Menurut Hanafie 2010, Agribisnis adalahpertanian yang organisasidan manajemennya secara rasional dirancang untuk mendapatkan nilai tambah komersil yang maksimal dengan menghasilkan barang danatau jasa yang diminta pasar. Dalam agribisnis, proses transformasi material yang diselenggarakannya tidak terbatas pada budidaya proses biologis dari biota tanaman, ternak, ikan tetapi juga proses pra usahatani, pascapanen, pengolahan dan niaga yang secara struktural diperlukan untuk memperkuat posisi adu tawar bargaining dalam interaksi dengan mitra transaksi di pasar. Ikatan keterkaitan fungsional dari kegiatan pra usahatani, budidaya, pascapanen, pengolahan, pengawetan dan pengendalian mutu, serta niaga perlu terwadahi secara terpadu dalam suatu agribisnis yang secara sinkron menjamin kinerja dari masing-masing satuan subproses itu menjadi pemberi nilai tambah yang menguntungkan, baik bagi dirinya maupun bagi keseluruhan. Secara konsepsional,sistem agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk- produk yang dihasilkan oleh usahatani dan agroindustri yang saling terkait satu sama lain Griffin dan Ebert 1996. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Sistem Agribisnis Sebagai sebuah sistem, agribisnis karet pada prinsipnya merupakan rangkaian dari subsistem-subsistem yang bergerak saling terkait, berkelanjutan, dan berkesinambungan. Sistem agribisnis komoditas karet mempunyai empat subsistem, yaitu: a Subsistem Agribisnishulu, yaitu subsistem yang berhubungan dengan kegiatan dalam rangka menghasilkan sarana produksi bagi usaha perkebunankaret seperti bibit karet unggul, pupuk, pestisida, koagulan lateks, stimulan untuk penyadapan, dan alat serta mesin pertanian. b Subsistem usaha perkebunan on-farm karet, yaitu subsistem yang berhubungan dengan penggunaan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan lateks di tingkat kebun, c Subsistem agibisnis hilir karet, yartu subsistem yang berhubungan dengan kegiatan dalam rangka mengolah lateks menjadi produk olahan setengah jadi Subsistem Penunjang Subsistem Pra Produksi Subsistem Produksi Subsistem Post Produksi Universitas Sumatera Utara seperti RSS, SIR, Crepe, dan lateks pekat maupun produk akhir ban, alat olahraga dan kesehatan, peralatan rumah tangga, dan barang-barang jadi karet lainnya beserta kegiatan perdagangannya. Akhir-akhir ini juga berkembang industri hilir kayu karet khususnya untuk fumitur, MDF, dan pulp. d Subsistem jasa penunjang yaitu subsistem yang menyediakan jasa bagi Agribisnis karet seperti bank sebagai penyedia dana investasi, penelitian dan pengembangan sebagai sumber inovasi teknologi, infrastruktur dan kebijakan pemerintah sebagai pengatur kelancaran jalannya sistem Agribisnis, dll. Keempat subsistem dalam sistem Agribisnis karet tersebut merupakan suatu team work, dan diharapkan setiap pelaku ekonomi yang terlibat dalam sistem agribisnis karet memiliki wawasan secara inter subsistem atau cross subsistem, sehingga keuntungan atau insentif yang ada pada suatu subsistem juga dapat ditransfer dan dinikmati pula oleh subsistem lainnya.

2.1.2 Struktur Pembiayaan Usahatani Karet

Pembiayaan perusahaan agribisnis adalah studi mikro tentang bagaimana menyediakan modal, kemudian memakai, dan akhirnya mengontrolnya didalam suatu perusahaan agribisnis. Pembiayaan perusahaan agribisnis merupakan bagian dari studi keuangan pertanian. Perusahaan disektor pertanian disebut usahatani, selama semua hasil usahatani tersebut ditujukan untuk pasaran, walaupun peringkat usahanya masih tradisional dan sederhana, masih subsisten, maupun sudah moderan dan komersil Kadarsan, 1992. Universitas Sumatera Utara Dalam usahatani karet rakyat, terdapat komponen produksi, yakni semua yang dikorbankan dalam usahatani untuk mendapatkan produksi, yaitu pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan. Selain itu pula, terdapat juga biaya-biaya yang dikeluarkan petani dalam melakukan usahataninya, seperti biaya tetap rutin dan biaya variabel operasional. Yang termasuk dalam biayarutin seperti penyewaan lahan, penyusutan alat-alat pertanian dan pembayaran pajak bumi dan bangunan. Biaya tenaga kerja, pembelian sarana produksi pertanian, dan alat-alat yang diperlukan termasuk didalam biaya variabel. Peningkatan efektivitas dan efisiensi di bidang pembiayaan dan keuangan merupakan upaya penggunaan dana yang seefektif dan seefisien mungkin agar harga pokok karet alam yang dihasilkan cukup rendah. Sasaran peningkatan ini umumnya meliputi lima hal, yaitu uang, benda modal, bahan dan alat, tenaga kerja serta jasa pihak ketiga Tim Penulis PS, 2008.

2.1.3 Aspek Pemasaran Komoditas Karet

Pemasaran atau tataniaga itu adalah segala kegiatan yang bersangkut paut dengan semua aspek proses yang terletak diantara fase kegiatan sektor produksi barang- barang dan jasa-jasa sampai kegiatan sektor konsumen. Tataniaga atau pemasaran mencakup semua perisapan, perencanaan dan penelitian dari segala sesuatu yang bersangkutpaut dengan perpindahan, peralihan milik atas sesuatu barang atau jasa serta pelaksanaan perpindahan dan peralihan tersebut Sihombing, 2011. Tataniaga jika ditinjau dari aspek ekonomi dikatakan sebagai kegiatan produktif karena mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu ini diperlukan biaya Universitas Sumatera Utara tataniaga. Biaya tataniaga ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi tataniaga oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga dari produsen sampai kepada konsumen akhir, pengukuran kinerja tataniaga ini memerlukan ukuran efisiensi tataniaga Sudiyono, 2004. Pada dasarnya untuk meningkatkan pendapatan petani dapat dilakukan dengan cara: meningkatkan produksi, harga yang tinggi dan harga tetap produksi tinggi. Keadaan inilah yang dapat mendorong petani untuk mau melaksanakan usahataninya, tanpa salah satu dari keadaan ini berlaku maka kemungkinan untuk meningkatkan pendapatan tidak akan terjadi. Suatu sistem tataniaga yang dapat menguntungkan dianggap baik dan efisien jika tercipta keadaan di mana diperoleh kepuasan bagi semua pihak yaitu : produsen, lembaga-lembaga pemasaran dan kepuasan atas harga yang diterima oleh produsen, imbalan jasa yang diterima lembaga pemasaran dan kepuasan konsumen terhadap barang dan jasa yang diterima Rismayani, 2007. Banyak pihak yang terlibat dalam jalur tataniaga karet alam, mulai dari petani, tengkulak, KUD, rumah asap, FTP, pabrik pengolahan swasta, perusahaan pengangkutan, asosiasi pemasaran, kantor pemasaran, tempat lelangbursa karet, eksportir, importir, dan lain-lain. Panjangnya rantai pemasaran ini menyebabkan banyak pihak yang berperan. Untuk memperkuat daya saing karet alam Indonesia di pasaran internasional, perlu dilakukan langkah-langkah peningkatan efektivitas dan efisiensi di semua bidang. Peningkatan yang dimaksud terutama dilakukan pada produktivitas, mutu, pemanfaatan sumber daya serta peningkatan aktivitas dan efektivitas pemasaran Tim Penulis PS, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Perkembangan Harga di Tingkat Petani Komoditas Karet

Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari- hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Secara fundamental harga karet alam dipengaruhi oleh permintaan konsumsi dan penawaran produksi serta stockcadangan Anonymous a , 2015. Seperti kita ketahui, beberapa waktu belakangan ini harga jual karet rakyat mengalami fluktuasi. Naik turunnya harga karet ini disebabkan karena krisis ekonomi dunia, kondisi pasar otomotif yang sangat kompetitif dan memiliki standar yang tinggi, harga minyak mentah dunia juga secara tidak langsung memperngaruhi harga karet alam, adanya spekulan pasar, kondisi alam, dan mutu yang bervariasi. Hal ini membuat para petani resah dan banyak pengusaha ataupun petani karet yang mengalami kebangkrutan. Anonymous b , 2015. Indonesia, Malaysia, Thailand merupakan salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia bahkan ketiga negara tersebut dapat berperan menjadi pengendali ekspor karet yang dapat efektif untuk mendongkrak harga karet sekaligus untuk menolong petani. Sejatinya seluruh daerah penghasil karet berinisiasi secara bersama-sama baik pemerintah pusat dan daerah serta seluruh stakeholders dibidang perkebunan karet untuk dapat berperan dalam menentukan harga karet dunia. Bukan semata-mata ditentukan secara otonom oleh pembeli. Pemberian bibit unggul serta peremajaan karet milik masyarakat dan percepatan Universitas Sumatera Utara hilirisasi industri karet di tingkat lokal serta nasional juga perlu dilakukan dalam rangka mengatasi harga karet yang mengalami fluktuasi Bangka Pos, 2012. Berikut ini dilampirkan data tentang harga jual karet rakyat dalam bentuk lump di Kabupaten Langkat lima tahun Terakhir Tabel 2.1 Perkembangan Harga di Tingkat Petani Komoditas Karet di Kabupaten Langkat Tahun Harga JualRpkghath 2009 2010 2011 2012 2013 11.000 14.000 14.000 8.000 6.000 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat

2.1.5 Perkembangan Komponen Biaya Produksi Karet Rakyat

Biaya produksi yakni biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan produksi dari suatu produk dan akan dipertemukan dengan penghasilan revenue di periode mana produk itu di jual Halim, 1988 Dalam memproduksi karet per kg, petani mengorbankan biaya ditingkat off farm seperti pembelian lahan, pembelian bibit, pembelian pupuk dan sarana produksi pertanian lainnya. Sedangkan ditingkat on farm, petani mengorbankan biaya seperti: pemeliharaan, penyadapan, upah tenaga kerja dan lainnya yang menyangkut penggunaan sarana produksi yang telah tersedia ditingkat off farm. Dalam usaha membuka perkebunan karet ada dua komponen utama yang dibutuhkan. Komponen itu adalah prasaranasarana produksi dan tenaga kerja. Keduanya membutuhkan biaya cukup besar. Semakin luas lahan yang akan dibuka maka jumlah bibit, pupuk, peralatan, tenaga kerja, dan hal-hal lainnya Universitas Sumatera Utara akan semakin banyak. Hal ini otomatis akan meningkatkan biaya pengelolaan Tim Penulis PS, 2008. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Produksi