BEP = Break Even Point Titik Impas
2.3 Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian Efrida Nasution 2009 yang berjudul Analisis Produksi dan Tataniaga Karet Rakyat di Kabupaten Madina. Dalam penelitian tersebut proses
produksi usahatani karet rakyat di daerah penelitian belum sesuai dengan teknologi budidaya anjuran. Komponen biaya produksi terbesar dalam usahatani
karet rakyat di daerah penelitian adalah tenaga kerja, dimana penerimaan sebesar Rp. 25.788.577,78,-Ha, sedangkan pendapatan bersih sebesar Rp. 17.626.858,6,-
Ha. Terdapat dua bentuk saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian, yakni dimana saluran 2 lebih baik dari saluran 1, karena petani lebih untung. Ada
perbedaan nilai price spread dan share marginprofit petani dan pedagang pengumpul di daerah penelitian. Dimana petani mempunyai price spread profit
lebih besar dibandingkan profit pedagang pengumpul desa dan kecamatan, dan sebaliknya pengumpul desa dan kecamatan mempunyai share margin profit yang
lebih besar dibanding petani. Tingkat efisiensi tataniaga karet rakyat yang ada di daerah penelitian sudah tergolong efisien. Kendala-kendala yang dihadapi dalam
usahatani karet rakyat antara lain: mahalnya harga pupuk, petani kurang mengerti dalam mengendalikan hama penyakit. Dalam hal tataniaga, turunnya harga
nothering pabrik. Upaya untuk mengatasi kendala tersebut yaitu mayoritas petani menggunakan pupuk urea karena harganya relatif terjangkau, memberi arahan
kepada petani, karena petani masih menggunakan cara tersendiri menanggulangi hama penyakit dan belum sesuai dengan anjuran budidaya. Upaya untuk kendala
tataniaga dengan memilih mutukualitas bahan cup lump yang baik agar memperoleh keuntungan yang lebih baik pula.
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian Kurnia Rinanda F.S 2014 yang berjudul Analisis Harga Pokok Tandan Buah Segar TBS Tanaman Kelapa Sawit di PT.PD Paya
PinangKebun Paya PinangKabupaten Serdang Bedagai. Tujuan penelitian tersebut adalah 1 untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang menentukan
harga pokok Tandan Buah Segar TBS tanaman kelapa sawit 3 tahun terakhir 2011-2013 di PTPD Kebun Paya Pinang dan 2 untuk menganalisis Break Event
Point BEP Tandan Buah Segar TBS di PTPD Kebun Paya Pinang. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari perusahaan PTPD Paya
Pinang. Metode yang digunakan adalah metode harga pokok dan metode Break Event Point BEP. Hasil penelitian menunjukkan 1 hasil analisa harga pokok
Tandan Buah Segar TBS periode 3 tahun terakhir mulai tahun 2011-2013 di PTPD kebun Paya Pinang bahwa faktor-faktor yang menentukan harga pokok
TBS adalah: biaya tetap, biaya pemeliharaan, serta biaya panen dan mengutip. Setelah dianalisa diperoleh harga pokok tertinggi terjadi pada tahun 2011 dan
harga pokok TBS terendah terjadi pada tahun 2013. 2 Berdasarkan hasil analisa Break Event Point BEP periode 3 tahun terakhir mulai tahun 2011-2013 di
PTPD Kebun Paya Pinang adalah sebagai berikut: 1. Break Event Point BEP TBS nilai rupiah setelah dianalisa diperoleh BEP tertinggi pada tahun 2013 dan
BEP terendah terjadi pada tahun 2011. 2. Break Event Point BEP TBS unit Kg setelah dianalisa diperoleh BEP tertinggi pada tahun 2011 dan BEP terendah
terjadi pada tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kerangka Pemikiran