Efisiensi Biaya Produksi Karet Rakyat di Desa Parangguam.

5.3 Efisiensi Biaya Produksi Karet Rakyat di Desa Parangguam.

Manfaat dari penetapan harga pokok adalah menentukan harga jual produk, memantau realisasi biaya produksi, menghitung laba atau rugi periodik, menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. Salah satu manfaat dari penetapan harga pokok adalah efisiensirealisasi biaya produksi. Perhitungan efisiensi dengan membandingkan antara output harga jual getah karet rakyat dengan input harga pokok getah karet rakyat. Harga pokok karet rakyat di daerah penelitian didapat dengan menjumlahkan seluruh biaya-biaya yang dikorbankan petani, baik itu bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, penyusutan alat dan biaya pajak bumi dan bangunan. Perhitungan harga pokok tersebut dengan menggunakan metode full costing. Setelah dijumlahkan biaya-biaya produksi tersebut, kemudian dibagikan dengan jumlah produksi getah karet rakyat per tahun sehinggga didapatlah harga pokok tersebut. Adapun tingkat efisiensi biaya produksi getah karet rakyat di daerah penelitian sebagai berikut : Tabel 5.7 Efisiensi Biaya Produksi Per Petanitahun di Desa Parangguam Harga Output RpKg Harga Input RpKg Efisiensi Biaya Produksi 5.698 3.316 1,72 Sumber : Analisis Data Primer Petani Karet Rakyat Lampiran 23 Dan 28, 2015 Dari tabel 5.7, diketahui bahwa tingkat efisiensi biaya produksi sebesar 1,72. Dimana nilai tersebut diperoleh dari perbandingan antara harga output dengan harga input. Besarnya efisiensi tersebut lebih dari 1 e 1 yang berarti bila Universitas Sumatera Utara dilihat dari tingkat efisiensi biaya produksi menunjukkan bahwa biaya produksi getah karet rakyat yang dikeluarkan petani di daerah penelitian sudah efisien. Dengan demikian, hipotesis 2 dimana biaya produksi getah karet rakyat di daerah penelitian sudah efisien Diterima. 5.4 Jumlah Produksi Dan Harga Produksi Minimum Pada Usahatani Karet Rakyat Di Desa Parangguam Break Even Point BEP merupakan keadaan yang menggambarkan suatu perusahaan yang tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian. Perusahaan akan mencapai keadaan BEP apabila total peneriman sama dengan total biaya. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Analisis BEP dibedakan menjadi dua yaitu BEP atas dasar unit Kg atau jumlah produksi dan BEP atas dasar harga RpKg. Nilai BEP atas dasar unit diperoleh dengan membandingkan antara biaya tetap dengan hasil pengurangan antara harga dan biaya variabel per unit marjin kontribusi. Nilai BEP atas dasar unit dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah biaya tetap, harga dan biaya variabel per unit. Jumlah biaya tetap bersifat berbanding lurus terhadap nilai BEP, artinya jika jumlah biaya tetap tinggi maka nilai BEP juga akan tinggi, dan sebaliknya. Sedangkan harga mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan nilai BEP, artinya jika harga naik maka nilai BEP akan turun, dan sebaliknya. Marjin kontribusi yang besar akan menyebabkan penurunan pada nilai Universitas Sumatera Utara BEP. Nilai BEP atas dasar harga diperoleh dengan membandingkan antara total biaya dengan jumlah produksi. Nilai BEP atas dasar harga menunjukkan seberapa besar minimal harga yang harus dicapai pada usahatani agar terhindar dari kerugian.Adapun BEP Produksi dan BEP Harga getah karet rakyat di Desa Parangguam sebagai berikut. Tabel 5.8 Break Even Point Produksi dan Break Even Point Harga Per Petanitahun di Desa Parangguam Uraian Per Panen Jumlah Produksi Kg 9.950 BEP Produksi Kg 65 Harga RpKg 5.698 BEP Harga RpKg 3.316 Sumber: Analisis Data Primer Petani Karet RakyatLampiran 28 dan 29, 2015 Dari Tabel 5.8 diketahui bahwa rata-rata jumlah produksi petani perpanenpertahun sebesar 9.950 kg, sedangkan jumlah produksi minimum BEP Produksi sebesar 65kg. Dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi per panen lebih tinggi daripada jumlah produksi minimum BEP Produksi, maka usahatani karet dikatakan layak. Dari Tabel 5.7juga diketahui bahwa rata-rata harga produksi yang diterima petani perpanen sebesar Rp 5.683Kg, sedangkan harga produksi minimum BEP harga sebesar Rp 3.316Kg. Dapat disimpulkan bahwa harga produksi yang diterima petani per panen lebih tinggi daripada harga produksi minimum BEP harga, maka usahatani karet dikatakan layak.

5.5 Saluran Pemasaran Karet Rakyat di Desa Parangguam