Pengelompokan dalam Lingkungan Sekolah Ingroup

80 apakah juga terjadi di luar lingkungan sosialnya, misalnya pada saat untuk nongkrong, jalan-jalan, hang out bareng, berikut pemaparannya, yaitu : “Kami berteman di sekolah dan juga di luar sekolah, tapi kalo untuk jalan-jalan, nongkrong sangat jarang sih, paling kalau ada yang lagi merayakan ulang tahun ya semua teman ya pasti di undang.” Wawancara dengan informan yang bernama Lina sitohang kelas X-1, 2014. “Untuk keluar bareng kayaknya tidak pernah, biasanya hanya di kelas saja”. Wawancara dengan informan yang bernama Denny Wijaya kelas XI IPA 2, 2014.

4.3.4 Pengelompokan dalam Lingkungan Sekolah Ingroup

Berdasarkan hasil informasi di atas ternyata siswa sedikit menutup pergaulan di luar kelas dan hanya sebatas pertemanan di lingkungan sekolah saja, hal tersebut juga di buktikan dengan adanya pernyataan yang berasal dari para siswa. Tetapi bukan berarti dengan adanya interaksi yang hanya sebatas di kelas dapat menjelaskan bahwa siswa SMA tersebut tidak bisa menjauh lebih baik, faktor- faktor tertentu bisa menjelaskan mengapa terjadi kesenjangan di antara siswa, apakah para siswa menyadari kesenjangan tersebut, berikut di bawah ini ada beberapa pernyataan siswa yang menjelaskan mengenai kesenjangan berupa pengelompokkan yang di dasarkan atas kesamaan terhadap sesuatu baik itu dari segi agama, etnis, dan juga budaya. Berikut pemaparannya yang akan di berikan oleh informan yang berasal dari etnis Tionghoa, yaitu: “ Semacam genk gtu sih pasti ada, kan lebih nyaman dengan yang sama dengan kita di banding yang berbeda, tapi sejauh ini siswa yang Non Tionghoa tidak pernah di kucilkan, malah kita sama toleransi dan bahkan mengajari berbahasa daerah”. Wawancara dengan informan yang bernama Adrian William kelas XII IPA 3, 2014. Universitas Sumatera Utara 81 “Lebih klop dengan teman yang Tionghoa juga, bukan mau pilih-pilih teman sih, tapi kadang susah mau ngomong kalo pake bahasa campuran, syukur kalo dapat lawan bicara yang mengerti bahasa daerah. Kalo semacam genk gtu ada, itukan karena punya rasa kebersamaan, nyaman dan merasa dekat, ya semua orang kan tergantung. Kalau saya lebih comfort dengan teman yang Tionghoa baik di kelas dan diluar.” Wawancara dengan informan yang bernama Denny Wijaya, kelas XI IPA 2, 2014. Tidak hanya itu saja, berikut di bawah ini ada beberapa pengakuan siswa Non Tionghoa yang merasa bahwa kesenjangan yang terjadi di dalam llingkungan mereka, berikut pemaparannya, yaitu : “ Siswa Tionghoa masih suka berkelompok sesama mereka, jadi siswa yang Non Tionghoa merasa minder lah soalnyakan mereka dari segi fisik saja sudah beda, apalagi bahasa berbeda juga”. Wawancara dengan informan yang bernama Farhan Surbakti kelas X-3, 2014. “ Kelompok Tionghoa gtu ya pasti ada lah, malah sangat terlihat jelas sekali, paling kalau jumpa di kelas ya bertemu sapa, Cuma kalo untuk lebih dekat lagi seperti membicarakan masalah pribadi, ya mereka dengan sesama mereka saja, belum lagi pada saat pembagian kelompok untuk tugas sekolah, mereka pasti akan dengan yang sesama mereka juga, dan kalaupun dengan orang kita pasti nya karena uda berteman dekat dan yang paling penting kita harus pintar”. Wawancara dengan informan yang bernama Frederick, kelas XI IPA 1, 2014. Pengelompokkan sangat mudah terjadi di lingkungan sekolah begitu juga yang penulis lihat ketika berada di lapangan. Siswa yang Tionghoa cenderung dengan yang Tionghoa dan begitu juga dengan siswa yang Non Tionghoa. Berdasarkan pemaparan dari pernyataan informan tersebut mendapatkan kesimpulan bahwa sanya pengelompokkan terjadi di karenakan adanya perasaan yang sama karena tidak ada yang berbeda dari mereka baik itu etnis, bahasa dan budaya, walaupun siswa yang Non Tionghoa bisa berbicara bahasa Hokkien tetapi tetap saja para siswa yang Non Tionghoa merasakan masih adanya kesenjangan di antara lingkungan mereka. Pengelompokan yang terjadi di antara siswa biasanya bersifat sukarela dan merasa adanya keterikatan di antara para siswa, biasanya kedekatan akan Universitas Sumatera Utara 82 terbentuk jika telah mengenal sudah lama. Pada dasarnya pengelompokkan di antara teman tidak ada peraturan yang mengatur ini –itu bersifat kaku, namun ada nilai-nilai yang dijadikan sebagai penerimaan untuk menjadi teman dekat seperti yang penulis katakan di atas jika tidak ada kesamaan di antara pengelompokkan siswa, maka biasanya siswa hanya akan bertegur sapa dan komunikasi yang bersifat biasa dan tidak terlalu intens dan mendalam paling hanya membicarakan mengenai tugas dan yang berhubungan dengan sekolah, berdasarkan pernyataan para siswa mengatakan bahwa untuk urusan pribadi itu menjadi pembicaraan yang di bicarakan sesama mereka. Tidak hanya itu saja, siswa yang Non Tionghoa juga melakukan pengelompokkan dalam skala minoritas, hal tersebut juga serupa dengan siswa Tionghoa di karenakan adanya kesamaan, tetapi dalam penelitian ini penulis beranggapan bahwa bahasa lah yang paling penting dalam terwujudnya interaksi yang baik. Tetapi ternyata tidak semua siswa yang Tionghoa setuju dengan adanya pengelompokkan, hal tersebut di karenakan adanya perasaan yang menganggap bahwa semua manusia pada dasarnya adalah sama. Berikut pemaparan dari siswa yang Tionghoa dalam menanggapi pengelompokkan yang terjadi di lingkungan SMA Sutomo 2, Medan, yaitu : “ Genk gtu masih ada di antara para siswa, tetapi saya sendiri merasa hal tersebut tidak terjadi pada diri saya, walaupun saya orang kita Tionghoa tetapi di karenakan saya campuran dan mempunyai marga jadi ya sama ajalah, teman lain yang Tionghoa biasanya suka mengelompok misalnya pada jam istirahat, mereka lebih suka berteman dengan yang sesama suku.” Wawancara dengan informan yang bernama Lina Sitohang kelas X-1, 2014. “ Pilih-pilih kawan biasanya yang Tionghoa, saya juga lihat mereka mengelompok bahkan siswa yang Non Tionghoa juga gitu. Tetapi saya fikir buat apa pilih – pilih teman semua suku, agama sama aja, kalau sifat dan tingkahnya tidak baik ya buat apa di temani, makanya saya juga dekat dengan yang Non Tionghoa.” Wawancara dengan informan yang bernama Giovannie kelas XII IPS 2, 2014. Universitas Sumatera Utara 83

4.3.5 Kesadaran Siswa Mengenai Jarak Sosial