103
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan isi dari latar belakang sampai dengan interpretasi data yang telah diteliti oleh penulis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan proses interaksi yang terjadi di antara siswa menciptakan suatu struktur hubungan yang terbentuk di lingkungan sekolah dan bahkan diluar
kelas. Hubungan tersebut dapat bersifat positif dan juga bersifat negatif. Terbentuknya suatu hubungan yang efektif dan efisien terjadi karena adanya
proses interaksi melalui kontak dan dilengkapi melalui komunikasi yang digunakan oleh siswa yang bermayoritas Tionghoa. Komunikasi sangat
berperan penting dalam terlaksananya interaksi yang bisa memberikan pengaruh besar terhadap kerjasama, solidaritas, karena melalui komunikasi
semua apa yang ingin di sampaikan akan dapat tercapai dengan baik. Jika tercapainya komunikasi yang baik dalam interaksi antar siswa maka bisa
dikatakan bahwa akan terlaksana pula nilai-nilai multikultural yang melatarbelakangi terciptanya rasa nasionalisme yang tanpa ada lagi
memandang perbedaan SARA. Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMA Sutomo 2, Medan,
beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian yang telah dilakukan antara lain:
Universitas Sumatera Utara
104
1. Bentuk interaksi sosial yang Assosiatif tidak terjalin dengan baik salah satu
contohnya dalam bentuk kerjasama hanya terjadi di lingkungan sekolah, pada saat berdiskusi mengenai pelajaran sekolah, tetapi di luar lingkungan sekolah tidak
terjalin kerjasama diluar dari pembahasan mengenai materi pelajaran di sekolah. 2.
Hampir semua siswa berteman di kelas, tetapi hanya saja masih memiliki sedikit rasa kurang nyaman untuk bisa berteman dekat dengan siswa yang berasal dari
budaya yang berbeda. 3.
Interaksi dalam hal komunikasi yang baik berkaitan dengan penggunaan bahasa merupakan faktor penting dalam kelangsungan proses interaksi antar siswa,
namun pada kenyataannya tidak terjalinnya proses komunikasi yang baik terbukti tidak semua siswa yang berasal dari Non Tionghoa paham mengenai penggunaan
bahasa daerah, peran dan sikap guru juga mempengaruhi pola pikir siswa yang beranggapan bahwa penggunaan bahsa daerah menajdi hal yang lumrah
dikalangan sekolah. 4.
Terdapat kesenjangan di antara para siswa hal tersebut tercermin dari proses interaksi sosial antar siswa SMA Sutomo 2, medan. kesenjangan tersebut
terbentuk atas dasar memiliki persamaan dalam hal budaya, secara fisik sama, etnis yang sama dan bahkan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa daerah,
khususnya ini terjadi pada siswa yang etnis Tionghoa, atas dasar seperti itu maka siswa yang Non Tionghoa merasa memiliki persamaan yaitu sama-sama sebagai
siswa yang golongan minoritas di sekolah tersebut khususnya di tingkat SMA.
5.
Khusus menurut pandangan guru SMA Sutomo bahwa sanya tidak terlalu mempermasalahkan penggunaan bahasa daerah hal tersebut di karenakan faktor
lingkungan di sekolah mayoritas siswanya etnis Tionghoa. selagi tidak pernah ada
Universitas Sumatera Utara
105
terjadi konflik yang signifikan, penggunaan bahasa daerah dianggap hal yang biasa saja.
6.
Tidak ada perlakuan khusus apapun yang didapatkan oleh siswa etnis Tionghoa dan begitu juga siswa yang Non Tionghoa.
5.2 Saran