Faktor Penghambat kerukunan Menurut Tokoh Agama di Kabupaten Aceh Singkil

Tujuan politik yang kami rasa sangat besar disini, berdasarkan pembagunan gereja yang tidak memiliki izin yang dianggap bagunan liar,seakan menutup mata hati ingin membantai dan tidak memperdulikan kita sebagai manusia yang butuh kedamaiaan. Yang tidak habis pikirnya mereka yang melakukan penjarahan dam pembakaran bukan masyarakat yang ada di desa tersebut melaikan masyarakat yang berasal dari luar desa tersebut, ada kata yang terdengar kepada kami ketika sekelompok ormas yang mengajak dan memaksa orang yang lagi lewat mengunkan kedaraan dari sngkil menuju subulusalam “ kau agama apa islam atau Kristen.? ayok kita bakar gereja itu. Kalo kau tidak kami tandai kau dan kami hancurkan rumah kau”. Makanya dari situ lah banyak masa yang membeludak inggin membakar gereja tersebut. Tapi apa yang kita dapat kan tidak adakan, malah kasus ini seakan diam begitu saja tampa ada peninjak lanjutan oleh pihak berwajip dan warga yang terbunuh pun penbunuhnya belum ada penangkapan atau pun pengejaran terhadap pelaku yang melarikan diri ”. Pesan kami hanya jagan pernah campur adukan tujuan politik dengan agama begitu indah perbedaan yang ada di aceh singkil ini, sudah dua puluh lima tahun kita tidak pernah terjadi konflik agama lagi,dan kini kembali terjadi hanya karna bagunan gereja yang tidak memiliki izin. Apakah tidak bisa kita bicarakan baik-baik atau semua elemen pemerintahan dan ormas masyaakat di kumpulkan atau di rundingkan dengan kepala dingin. singkil ini suatu kabupaten yang mempunyai nilai-nilai dan ajaran agama yang sangat baik. Mempunyai tokoh agama yang yang disegani di antero bumi aceh. Jujung la perdamain aceh jangan hancurkan kerukunan agama yang ada di aceh singkil ini. Wawancara dengan tokoh agama,” dalam wawancara penulis dengan seorang tokoh agam, dia memiliki tiga harapan kepada pemerintah aceh singkil dan pemerinta provinsi aceh pasca pembakaran gereja. Pertama, pemerintah peduli terhadap minoritas, terkhususnya soal ibadah. Kedua dia, memintak pemerintah menjaga supaya agama tidak diobok-obok pihak ketiga yang dapat berakibat pecahnya konflik kehidupan antar umat beragama. Dan ketiga, ini adalah yang terakhir terjadi dan jagan ada lagi kejadian seperti ini di kabupaten aceh singkil. Disini, perantokoh agama sangat signifikan dalam mengarakan keberagaman umat. Tokoh agama memerankan fungsi agama sebagai kemaslahatan manusia. Mereka mengembangkan interpeksi tafsir yang memiliki semangat perdamaian dan kerukunan antar umat beragama dan mencerahkan keberagaman umat. Sehinga ajaran agama-agama terutama masalah ketuhanan menjadi funsuonal, bahkan mampu menciptakan kedamaian, keadilan, toleransi dan nilai-nilai kemanusian lainya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

4.5 Faktor Penghambat kerukunan Menurut Tokoh Agama di Kabupaten Aceh Singkil

Universitas Sumatera Utara Seringkali agama dijadikan sebagai kekuatan yang dapat dimamfaatkan untuk melakukan manufer politik, yang menyebabkan posisi agama terseret pada political battle yang menjadikan agama sebagai kekuatan yang angker, menakutkan, dan bercitra terror, dan terang saja ia akan menjadi faktor pemicu konflik Faktor mediamasa yang ikut membangkitkan akumulasi kesadaran konflik. Sejumlah media masa sering kali memberikan simulasi tumbuhnya kesadaran secara akumulatif lantaran cenderung menyuguhkan berita yang serat konflik, sehingga terbuka kesempatan bagi aktivitas kesukuan dan politik untuk memamfaatkan perasaan tidak puas sebagai landasa politik mereka guna memperoleh dukungan masa. Kepentingan utama seorang politikus dan pada saat yang sama dalam kasus-kasus pemilihan kepala daerah pilkada di Indonesia setalah era otonomi yaitu membentuk, megembangkan,dan memelihara masa pegikut. Walaupun tersedia banyak cara pemilih, namun tampaknya membagun sentimen kesukuan merupakan salah satu cara utama. Ini seringkali menghasilkan perlombaan merebut masa dengan memaikan “kartu kesukuan”. Semakin seru kompetisi perebutan pengaruh dalam satu golongan etnis, semakin kuat pula posisi yang diambil para politis yang sedang bersaing itu. menyaksikan ini, para anggota golongan etnis yang lain mulai sangsi apakah pemerintah mampu melindungi kepentingan keselamatan mereka. Masyarakat semacam ini akan segera memulai proses polarisasi. Syahrin Harahap.2011 Ukapan dari seorang tokoh agama : faktor politik sangat menjadi faktor penting sebagai kendala dalam mencapai tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama khususnya di Indonesia. Muncul kekacauan politik yang ikut memengaruhi hubungan antar agama. Seperti yang sedang Universitas Sumatera Utara terjadi di negeri kita saat ini. Tampa politik kita tidak bisa hidup secara tertip teratur dan bahkan tidak mampu membagun sebuah Negara, tetapi banyak kepentingan politik dengan megatasnamakan agama. Sikap fanatisme, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia sudah tumbuh dan berkembang pemahaman keagaman yang dapat dikategorikan sebagai islam radikal dan fundametalis, yakni pemahaman keagamaan yang menekankan praktik keagamaan tampa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih berpandangan bahwa islam adalah satu-satunya agamayang benar dan dapat menjamin keselamatan manusia. Jika orang inggin selamat, ia harus memeluk islam. Segala perbuatan orang-orang non muslim, menurut perspektif aliran ini, tidak dapat diterima disisi allah. Pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena masing-masing aliran dalam agama tertuntu, islam misalnya, juga memiliki agen agen dan para pemimpinya sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan banyak pemimpin agama dalam islam yang antara satu dan yang lain memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu saja, dalam agama Kristen juga ada kelompok ekseklusif seperti ini. Kelompok Evangelis, misalnya, brpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah megajak mereka yang percaya untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada diluar untuk masuk dan bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang bergabung dengan gereja yang akan di anugerahi salvation atau keselamatan abadi. Dengan saling mengandalkan pandangan-pandangan setiap aliran dalam agama tersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan. Universitas Sumatera Utara Ketika penulis amati di lapangan banyak faktor penghambat dalam mewujudkan hubunan yang baik dalam menjaga kerukunan umat beragama, kurangnya perhatian dari lembaga pemerintahan yang terkait dengan FKUB Forum Kerukunan Umat Beragama mereka hanya mementika ego dan kegiatan yang lain yang lebih meguntungkan tampa ada kegiatan yang seperti sosialisasi kepada masyarakat dengan megundang tokoh agama dan adat untuk menyampain, mengingatkan betapa pentingnya kerukunn ini. Ketika terjadi konflik yang baru baru ini FKUB seakan terkejud dan mulai bekerjasama dalam megatasi konflik yang di dasari dengan pembakaran gereja di aceh singkil, mereka mengadakan pertemuan-pertemuan kepada tokoh agama dan adat untuk menyeleseikan masalah yang terjadi. Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penghambat dan penyebap konflik, yaitu : 1. Pendirian rumah ibadah. Yaitu apabila dalam mendirikannya tidak memperhatikan situasi dan kondisi umat beragama baik secara sosial maupun budaya masyarakat setempat. 2. Penyiaran agama. Apabila dalam penyiarannya bersifat agitasi dan memaksakan kehendak bahwa agamanya sendirilah yang paling benar dan tidak mau memahami kebenaran agama lain. Apalagi kalau penyiaran agama itu ditujukan kepada orang yang sudah beragama. 3. Bantuan luar negeri. Walaupun kelihatannya tidak langsung mempengaruhi, namun bantuan tersebut dapat juga memicu konflik baik intern maupun antar agama, karena pemberi bantuan biasanya menitipkan misi tertentu yang harus dilaksanakan. 4. Perkawinan beda agama. Perkawinan beda agama akan mengakibatkan hubungan yang tidak harmonis, apalagi jika menyangkut hukum perkawinan, warisan, harta benda, dan akidah. 5. Perayaan hari besar keagamaan. Apabila perayaan tersebut dilaksanakan tanpa mempertimbangkan situasi, kondisi, dan lokasi masyarakat sekitar, ia juga bisa mamancing ketegangan dengan penganut agama lain. 6. Penodaan agama. Yaitu suatu perbuatan bersifat melecehkan atau menodai doktrin suatu agama tertentu. Tindakan ini sangat sering terjadi baik Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh perorangan maupun kelompok tanpa disadari apalagi dengan sengaja. 7. Kegiatan aliran sempalan. Adalah suatu kegiatan yang menyimpang dari doktrin agama yang sudah diyakini kebenarannya ataupun kegiatan tersebut merupakan suatu aliran baru. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab konflik, maka masing-masing penganut agama akan berupaya sekuat tenaga menghindarinya sehingga mencegah sedini mungkin terjadinya konflik tersebut. Tindakan ini disebut dengan pencegahan konflik. Namun apabila terlanjur terjadi konflik, harus diakhiri perilaku kekerasan dan anarkis di dalamnya melalui persetujuan perdamain. Ini disebut penyelesaian konflik. Demikian juga dengan mengetahui akar konflik kita tidak mudah terjebak pada rumusan bahwa pertikaian yang terjadi saat ini dikatakan sebagai konflik agama semata-mata. Tanpa mengurangi objektivitas bahwa agama memang mudah dijadikan sumber konflik, karena ikatan emosional yang menyangkut identitas keagamaannya tersebut sesungguhnya yang terjadi di Indonesia tidaklah murni konflik agama, tetapi konflik laten, yakni manifestasi dari ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintaham masa lalu yang menindas masyarakat dalam bidang politik, ekonomi dan budaya yang dijadikan alat pemicu, rekayasa politik dalam level lokal maupun nasional. Susetyo, 2005. Wawancara salah seorang tokoh,” membina kerukunan Patut disadari bahwa kondisi masyarakat yang majemuk kapan saja dapat memicu terjadinya konflik. Untuk itu perlu senantiasa membangun, mempertahankan, memperkuat dan melestariakan kerukunan umat beragama dengan berupaya melakukan beberapa program atau agenda penting. Diantaranya adalah rekonsialisasi ishlah dan pemberdayaan forum kerukunan umat beragama’. Wawancara dengan seorang tokoh,”Seperti diketahui bahwa kerapnya terjadi konflik yang bernuansa SARA di beberapa wilayah Indonesia beberapa tahun lalu sedikit banyak telah mempengaruhi situasi psikologis dan sosiologis keagamaan masyarakat, sehingga dikhawatirkan antara kelompok agama akan diliputi perasaan tidak aman dan tidak nyaman. Dengan demikian makin jelas dan mendesak, pentingnya untuk merajut kembali Universitas Sumatera Utara persaudaraan kemanusiaan ukhuwah basyariyyah dan persaudaraan kebangsaan ukhuwah wathoniyyah guna merekatkan kembali persatuan dan kesatuan bangsa. Gagasan untuk melakukan rekonsiliasi, rujuk, atau ishlah adalah suatu tindakan tepat dan bijaksana yang sangat diharapkan oleh masyarakat ”. Yang juga tak kalah pentingnya adalah terwujudnya suatu forum kerukunan umat beragama di tingkat provinsi dan kabupatenkota. Forum tersebut atau yang lebih dikenal dengan namaFKUB Forum Kerukunan Umat Beragama dibentuk oleh unsur-unsur pemuka agama dan tokoh masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah daerah. Tugasnya adalah melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat, menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat, menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupatiwalikota, mensosialisasikan peraturan perundang undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat, dan memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat. Sedemikian penting dan strategisnya peran FKUB tersebut dalam membantu menciptakan kerukunan umat beragama di Indonesia, namun ironisnya selama ini masyarakat kurang menyadari kehadirannya. Bahkan ada diantara kepala daerahwakil kepala daerah di kabupatenkota yang tidak mengetahui bahwa dirinya adalah salah satu unsur yang duduk sebagai dewan penasihat FKUB. Sebuah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sesegera mungkin oleh FKUB mensosialisasikan keberadaannya agar kerukunan umat beragama senantiasa langgeng di bumi Indonesia. Apabila masyarakat rukun dan harmonis pembangunan berjalan lancar. Universitas Sumatera Utara

BAB V PENUTUP