BAB IV FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
4.1 Ikatan Keluargaan
Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah,
ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan dalam satu periuk.
Terdapat beberapa definisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu:
1. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga Duvall dan Logan, 1986.
2. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya Bailon
dan Maglaya,1978 . 3.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan Departemen Kesehatan RI, 1988
Dari pengamatan penulis, selama ini, tidak ada intervensi atau tekanan dari umat Islam agar umat Kristen memasuki agama Islam. Bukan pula dipicu masalah keimanan, hukum syariat,
akidah marwah beragama, dan peribadatan atau tata cara beribadah lainnya. Bukan pula karena
Universitas Sumatera Utara
kecemburan sosial dan adanya gabungan antara umat Kristen dengan umat Islam. Keduanya selama ini hidup aman dan berdampingan secara harmonis. Warga Aceh Singkil penuh dengan
toleransi. Mas yarakat Aceh Singkil, sedari saya kecil, telah “mengunyah-ngunyah” dan
mendarah daging mempraktikkan semangat toleransi. Bagi kami warga Aceh Singkil, tidak asing lagi dengan multibudaya dan multietnis serta keberagaman beragama. Malah dari catatan sejarah,
sejak beratus tahun lalu warga Aceh Singkil sudah tergolong masyarakat yang pluralis.
Aceh Singkil selama ini telah hidup turun-temurun berbagai etnis atau suku bangsa. Seperti,Jawa, Batak, Gayo, Alas, Pakpak, Minangkabau, Nias, Aceh Melayu dan lain-lain
dengan segala bahasa, adat, dan budayanya. Malah, ada kepercayaan yang tidak terdapat di daerah lain di Aceh, justru di Singkil hidup dengan baik.
Perkawinan antaretnis, di Aceh Singkil acap kali terjadi. Dalam acara walimahnya atau pesta perkawinan, selalu menampilkan adat dan budaya beraneka ragam. Semuanya saling sepaham,
menghormati, tidak pernah terjadi gesekan apalagi cekcok dan berkonflik.
dari hasil lapangan yang penulis amati dapat dikatakan faktor kekeluargaan cukup baik di dalam masyarakat itu. Dalam hal kehidupan sosial nampaknya kehidupan sosial kekeluargaaan
sangat penting, Nampak terlihat dari adanya iteraksi dengan adanya kerja sama saling membantu dengan yang lainnya. Hubungan kekeluargaan yang ada memiliki hubungan yang ada saling
berkaitan dengan satu sama lain. Dengan adanya perbedaan-perbedaan keyakinan tersebut maka tidak bisa di pungkiri terjadinya konflik. Tetapi konflik yang dilator belakingi dengan perbedaan
keyakinan ini bias diredam bahkan tidak bisa terjadi karna adanya faktor kekeluargaan ini. Misalkan dalam satu keluarga besar terdapat angota-anggota kelurganya yang memiliki
perbedaan keyakinan beragama, mereka berpikir bahwa semua ini tidak ada gunanya karena kita
Universitas Sumatera Utara
berada dalam satu rumpun kekeluargaan yang bisa di katakana dalam satu kakek dan satu nenek. Dengan demikian terlihat ikatan kekeluargaan ini memiliki faktor yang mempengaruhi
kerukunan antar umat beragama di desa suka makmur kabupaten aceh singkil.
Wawancara penulis dengan tokoh agama,”ikatan kekeluargaan yang ada pada kami disini sangat erat,sehingga bagi kami melalukan kerusuhan yang berbau dengan agama ini sangat
memelukan bagi kami. Kami disini bekerja sama saling membantu untuk kesejahteraan masyarakat kami, kami tidak memandang dari mana dia berasal apa agamanya karna kami
sudah lama tinggal bersama disini, berkerja dan mencari nafkah untuk keluarga kami pun sama-sama jadi kami memintak jangan hancurkan keluarga kami ini, hargai la kami yang
berbeda ini.
Wawancara tokoh kriten,
”bagi kami islam itu bukan suatu haling bagi kami, banyak kita temui apalagi pada saat ini orang tuanya Kristen anaknya bisa masuk islam atau jadi
mualaaf, bagi kami itu bukan suatu larang untuk masuk islam dan juga tidak ada paksaan yang mendasari, itu bisa terjadi karna dari dalam hati dan cara dia memandang agama itu
bagai mana.
4.2 Saling Menghormati dan Menghargai Antar Umat Beragama