berada dalam satu rumpun kekeluargaan yang bisa di katakana dalam satu kakek dan satu nenek. Dengan demikian terlihat ikatan kekeluargaan ini memiliki faktor yang mempengaruhi
kerukunan antar umat beragama di desa suka makmur kabupaten aceh singkil.
Wawancara penulis dengan tokoh agama,”ikatan kekeluargaan yang ada pada kami disini sangat erat,sehingga bagi kami melalukan kerusuhan yang berbau dengan agama ini sangat
memelukan bagi kami. Kami disini bekerja sama saling membantu untuk kesejahteraan masyarakat kami, kami tidak memandang dari mana dia berasal apa agamanya karna kami
sudah lama tinggal bersama disini, berkerja dan mencari nafkah untuk keluarga kami pun sama-sama jadi kami memintak jangan hancurkan keluarga kami ini, hargai la kami yang
berbeda ini.
Wawancara tokoh kriten,
”bagi kami islam itu bukan suatu haling bagi kami, banyak kita temui apalagi pada saat ini orang tuanya Kristen anaknya bisa masuk islam atau jadi
mualaaf, bagi kami itu bukan suatu larang untuk masuk islam dan juga tidak ada paksaan yang mendasari, itu bisa terjadi karna dari dalam hati dan cara dia memandang agama itu
bagai mana.
4.2 Saling Menghormati dan Menghargai Antar Umat Beragama
Untuk mengembangkan kehidupan umat beragama, di perlukan suasana yang tertib, aman dan rukun. Kekhusuan beribadah tidak mungkin terwujud dalam suasana yang tidak aman. Disini
letak pentingnya kerukunan, ketertiban dan keamanan dalam kehidupan beragama. Masyarakat selalu memupuk sikap saling menghormati dan menghargai antar umat beragama yang berbeda.
Hal ini terlihat dari berbagai sikap atau perilaku yang mereka tanamkan seperti megembangkan perbuatan-perbuatan terpuji yang mencerminkan sikap saling menghormati dan menghargai di
antara sesame pemeluk agama. Mereka tidaklah memaksakan suatu agama kepada orang lain hal ini disebabkan karena keyakinan beragama merupakan masalah pribadi yang menyangkut
hubungan manusia dengan tuhan yang mereka yakini. Dengan perilaku tersebut, kehidupan beragama yang tertib, aman dan rukun akan
tercapai. Sikap egois pada dasarnya merupakan penyakit manusia yang senantiasa mementingkan
Universitas Sumatera Utara
dirinya sendiri dan menempatkan dirinya pada kedudukan yang paling tinggi dengan tidak memperhatikan kepentingan orang lain. Sikap selalu menggap dirinya sebagai yang terhebat,
terpandai, terpeting, terpecaya atau paling berpengaruh merupakan sikap egois yang perlu di hindari. Sikap egois seperti ini dapat menimbulkan kebencian orang lain sehingga suasana
kerukunan dalam kehidupan akan hilang. Dengan selalu menanamkan sikap saling menghormati dan menghargai ini, kerukunan dan kedamaian atau keharmonisan antar pemeluk agama di
masyarakat desa suka makmur terjaga begitu baik dan harmonis. Wawancara dengan tokoh islam,
” bagi kami menghormati dan menghargai perbedaan umat beragama di desa kami sangat lah baik, ketika umat muslim megumandangkan suara azan
dan melaksanakan sholat kebanyakan masyarakat kristen mehentikan semua aktifitasnya untuk menghargai kami yang muslim melaksankan sholat, setelah itu mereka melanjutkan
aktifitasnya kembali,tidak di pungkiri kami yang di desa ini kadang masyarakat disini sering menghidupkan suara music yang di putar melalui DVD sampai suaranya terdengar keluar
dari rumah, ketika azan berkumandang suara DVD itu mereka kecilkan supaya tidak menganggu aktifitas sholatnya. Tokoh Kristen juga memaparkan hal yang sama seperti di
jelaskan di toko islam ketika kami umat Kristen hendak melaksanakan ibadah mereka umat islam selalu menghargai kami dan tidak ada yang menganggu peribadahan kami
”. 4.3 Gotong Royong
Manusia adalah mahluk sosial yang tidak akan lepas dari ketergantungan kepada orang lain. Sejak lahir manusia memerlukan bantuan dan membutuhkan kerjasama dengan orang lain.
Karena kondisi seperti itulah manusia harus melatih diri sejak dini untuk menjalin hubungan baik dengan orang lain dan kerja sama dalam menyelesaaikan suatu masalah atau pekerjaan. Sejak
lama bangsa Indonesia selalu mengunakan azaz gotong rorong yang bersifat kekeluargaan dalam setiap pekerjaan.
Disini terlihat bahwa gotong royong ini merupakan cirri khas buda Indonesia yang memang sejak dulu sudah ada dan perlu kita pertahankan karena dampak dari gotong royong ini
sangat luar biasa. Gotong royong mengadung arti bahwa suatu usaha atau pekerjaan yang di
Universitas Sumatera Utara
lakukan tampa pamrih dan secara sukarela oleh semua warga menurut batasan kemampuannya masing-masing. Misalkan dalam memperbaiki rumah, apabila ada salah satu warga yang sedang
merenovasi, maka masyarakat setempat akan berbondong-bondong untuk membantu sesuai dengan kemampuan mereka tampa melihat perbedaan agama dan budaya.
Masyarakat desa suka makmur secara umum masih memegang teguh nilai nilai dan adat istiadat nenek moyang secara utuh. Seperti halnya gotong royong masyarakat desa suka makmur
selalu mengerjakan semua hal dalam bentuk kerja sama baik yang bersifat pribadi maupun sosial kemasyarakatan.prinsip hidup seperti inilah yang terlihat di masyarakat desa suka makmur. Yang
mana gotong royong menjadi suatu tradisi masyarakat setempat dan merupakan suatu elemen yang berkembang selama bertahun tahun lamanya. Gotong royong inilah yang merupakan salah
satu faktor pendorong terwujudnya suasana yang harmonis di masyarakat. Wawancara tokoh agama,
” semenjak saya menempati desa ini dan tinggal menetap disini, kerja bakti yang kami tanamkan dari diri sendri sangat membatu menjaga kerukunan umat
beragama di desa ini, ketika minggu pagi masyarakat sibuk untuk bekerja atau membersihkan paret yang berada di halam rumah yang kami tempati seperti, membuang sampah dan lain-
lainya.
Wawancara dengan ketua pemuda,” peran penting ketua pemuda untuk menjaga kekompakan di desa ini sangat tinggi, saya tidak memaksa dan memerintakan kepada
masyarakat untuk bekerja bakti siapa yang sempat dan ada waktu saja.kadang satu rumah itu ada yang mewakili kalo anak laki-lakinya ada maka anak laki-laki yang ikut membantu,
kadang ketua pemuda juga menyedikan air minum seperti teh manis, roti dan senak lainya.
4.4 Potensi Konflik Antar Umat Beragama Didesa Suka Makmur