15
Jika tes Western Blot tetap tidak bisa disimpulkan, maka tes Western Blot harus diulang lagi setelah enam bulan. Jika tes tetap negatif
maka pasien dianggap HIV negatif Nursalam dan Ninuk, 2011. Western Blot mempunyai spesifisitas tinggi yaitu 99,6-100.
Pemerikasaannya cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam Daili, 2009.
2.1.7 Pencegahan HIVAIDS a.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan suatu penyakit sebelum hal itu terjadi. Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan,
dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama didalam pencegahan primer. Timmreck, 2012. Pencegahan infeksi HIV yang terutama adalah dengan
memiliki gaya hidup sehat, tidak menggunakan narkoba suntik dan tidak melakukan hubungan seksual diluar pernikahan Irianto, 2013. Petugas kesehatan
perlu menerapkan kewaspadaan universal dan menggunakan darah serta produk darah yang bebas dari HIV untuk pasien. Pencegahan penyebaran melalui darah
dan donor darah dilakukan dengan skrining adanya antibodi HIV Nursalam dan Ninuk, 2011.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan kearah kerusakan atau
ketidakmampuan Timmreck, 2012. Pencegahan sekunder ditujukan kepada penderita yang sudah terinfeksi virus HIV. Infeksi HIVAIDS menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
16
menurunnya sistem imun secara progresif sehingga muncul berbagai infeksi oportunistik yang akhirnya dapat berakhir pada kematian. Sementara itu,
hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan infeksi HIV secara total Irianto, 2013. Pemberian antiretroviral pada periode asimtomatik
fase lebih awal dapat memperpanjang periode asimtomatik dan menghambat perkembangan penyakit kearah AIDS atau dengan kata lain memperpanjang hidup
penderita Daili, 2009.
c. Pencegahan Tersier
Sasaran pencegahan tersier adalah penderita penyakit tertentu dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen,
mencegah bertambah parahnya suatu penyakit tersebut. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari
penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi
fisikmedis, rehabilitasi mentalpsikologis serta rehabilitasi sosial Irianto, 2013.
2.2 Narkoba
2.2.1 Definisi Narkoba
Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran BNN No. SE03IV2002 merupakan akronim dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
Narkoba yaitu zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain
sebagainya, dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang.
Universitas Sumatera Utara
17
2.2.2 Jenis-jenis Narkoba
Berdasarkan BNN 2010, pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk kepentingan medis atau pengobatan. Adapun
kegunaannya adalah untuk menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar dari hal-hal medis dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan
dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang popular pada masyarakat terdiri dari tiga golongan yaitu: Narkotika,
psikotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya.
a. Narkotika
Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Jenis narkotika di bagi atas tiga golongan : a.1
Narkotika Golongan I Narkotika golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta
mempunyai potensi
yang sangat
tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Jenis narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah ganja, heroin, kokain, dan opium Lisa dan Sutrisna, 2013.
a.2 Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Meskipun demikian
Universitas Sumatera Utara
18
penggunaan narkotika golongan II untuk terapi atau pengobatan sebagai pilihan terakhir jika tidak ada pilihan lain. Contoh dari narkotika golongan
II ini adalah benzetidin, betametadol, metadon, petidin dan turunannya, dan lain-lain Lisa dan Sutrisna, 2013.
a.3 Narkotika golongan III
Narkotika golongan III : adalah jenis narkotika yang memiliki daya adiktif atau potensi ketergantungan ringan dan dapat dipergunakan secara luas
untuk terapi atau pengobatan dan penelitian. Adapun jenis narkoba yang termasuk dalam golongan III adalah kodein dan turunannya Lisa dan
Sutrisna, 2013.
b. Psikotropika