Kesimpulan Saran Transmisi Seksual

72 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitan dapat disimpulkan, yaitu: a. Distribusi proporsi siswa laki-laki paling tinggi berdasarkan tingkat pengetahuan HIVAIDS adalah cukup 53,8, tingkat pengetahuan bahaya narkoba kurang 50, sikap HIVAIDS kurang 48,5 dan sikap bahaya narkoba baik 88,6 di MAN 1 Medan Tahun 2016. b. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap tentang HIVAIDS pada siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016. c. Tidak terdapat hubungan pengetahuan dengan sikap tentang bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016. d. Tidak terdapat hubungan pengetahuan HIVAIDS dengan pengetahuan bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016. e. Tidak terdapat hubungan sikap HIVAIDS dengan sikap bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang direkomendasikan, yaitu: Diharapkan kepada kepala sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa MAN 1 Medan melalui pendidikan kesehatan, seperti : a. Sekolah bekerja sama dengan puskesmas atau BNN untuk melakukan penyuluhan tentang HIVAIDS dan bahaya narkoba minimal satu kali dalam satu semester. Universitas Sumatera Utara b. Guru Biologi, Agama, Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, dan Bimbingan Konseling bekerja sama untuk melakukan penyuluhan tentang HIVAIDS dan bahaya narkoba disetiap kelas minimal satu kali dalam satu bulan. c. Sekolah menyediakan informasi tentang HIVAIDS dan bahaya narkoba dalam bentuk poster, leaflet dan mading. Universitas Sumatera Utara 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HIVAIDS

2.1.1 Etiologi HIVAIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Virus ini ditemukan oleh Montagnier, seorang ilmuwan Perancis Institute Pasteur, Paris 1983, yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Limphadenopathy Associated Virus LAV. Gallo National Institute of Health, USA 1984 menemukan virus HTL-III Human T Lymphotropic Virus yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil pertemuan International Committee on Taxonomy of Viruses 1986 WHO memberi nama resmi HIV. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS, disebut HIV-2, dan berbeda dengan HIV-1 secara genetik maupun antigenik. HIV-2 dianggap kurang patogen dibandingkan dengan HIV-1. Untuk memudahkan virus itu disebut sebagai HIV saja Daili, 2009. 2.1.2 Definisi HIVAIDS Human Immunodeficiency Virus HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini termasuk RNA virus genus Lentivirus golongan Retrovirus family Retroviridae. Spesies HIV-1 dan HIV-2 merupakan penyebab infeksi HIV pada manusia Soedarto, 2009. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome, sebenarnya bukan suatu penyakit tetapi merupakan Universitas Sumatera Utara 10 kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai macam mikroorganisme serta keganasan lain akibat menurunnya daya tahankekebalan tubuh penderita Irianto, 2013.

2.1.3 Patogenesis HIVAIDS

Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen dan sekret vagina. Sebagian besar penularan terjadi melalui hubungan seksual. Jika virus masuk ke dalam tubuh penderita sel hospes, maka RNA virus diubah menjadi DNA oleh enzim reverse transcriptase yang dimiliki oleh HIV, DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus Daili, 2009. HIV menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen permukaan CD4, terutama sekali limposit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Selain limfosit T4, virus juga dapat menginfeksi sel monosit dan makrofag, sel langerhas pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak. Virus yang masuk ke dalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri Daili, 2009. Sistem kekebalan tubuh menjadi lumpuh akibat hancurnya limposit T4 secara besar-besaran yang mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi oportunistik dan keganasan yang merupakan gejala-gejala klinis AIDS. Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi Daili, 2009. Universitas Sumatera Utara 11

2.1.4 Cara Penularan HIVAIDS

Penularan HIV yang diketahui dan diakui saat ini adalah melalui hubungan seksual homo maupun heteroseksual, darah termasuk penggunaan jarum suntik, dan transplasentalperinatal dari ibu ke anak yang akan lahir. Ada lima unsur yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu: sumber infeksi, vehikulummedia perantara, hospes yang rentan, tempat keluar dan tempat masuk hospes baru Irianto, 2013.

a. Transmisi Seksual

Hubungan seksual penetrative sexual intercourse baik vaginal maupun oral merupakan cara transmisi yang paling sering terutama pada pasangan seksual pasif yang menerima ejakulasi semen pengidap HIV. Diperkiran tiga per empat pengidap HIV di dunia mendapatkan infeksi dengan cara ini. HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dari pria-wanita, wanita-pria, dan pria-pria. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah. Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual Nursalam dan Ninuk, 2011.

b. Transmisi Nonseksual