18
penggunaan narkotika golongan II untuk terapi atau pengobatan sebagai pilihan terakhir jika tidak ada pilihan lain. Contoh dari narkotika golongan
II ini adalah benzetidin, betametadol, metadon, petidin dan turunannya, dan lain-lain Lisa dan Sutrisna, 2013.
a.3 Narkotika golongan III
Narkotika golongan III : adalah jenis narkotika yang memiliki daya adiktif atau potensi ketergantungan ringan dan dapat dipergunakan secara luas
untuk terapi atau pengobatan dan penelitian. Adapun jenis narkoba yang termasuk dalam golongan III adalah kodein dan turunannya Lisa dan
Sutrisna, 2013.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa. Jenis psikotropika dibagi
atas empat golongan, yaitu: b.1
Golongan I Psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan
ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan seperti esktasi menthylendioxy
menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul, sabu-sabu berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin Lisa dan Sutrisna, 2013.
Universitas Sumatera Utara
19
b.2 Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan contoh: amfetamin dan metilfenidat atau ritalin Lisa dan Sutrisna, 2013.
b.3 Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan contoh: pentobarbital dan flunitrazepam Lisa dan Sutrisna, 2013.
b.4 Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi danatau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan Contoh: diazepam, bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam
Lisa dan Sutrisna, 2013.
c. Zat Adiktif Lainnya
Berdasarkan BNN 2010, zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila
disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan adiksi, yakni keinginan untuk menggunakan kembali secara terus-menerus. Dan jenis zat adiktif yang
paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
20
c.1 Alkohol ethanyl atau ethyl alcohol, hasil fermentasiperagian karbohidrat
dari bulir padi-padian, cassava, sari buah anggur, nira. c.2
Inhalen, zat-zat yang disedot melalui hidung: Hidrokarbon alifatis yang terdapat di lem, pelumas bensin, aerosol, semir sepatu, halogen
hidrokarbon yang terdapat dalam minyak pelumas, freon, pendingin AC, Lemari es, Nitrat alifatis yang terdapat dalam pengharum ruangan,
Keton, Ester, Glytol. c.3
Rokok, Benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di dalam rokok terdapat racun berbahaya seperti : Nikotin, Karbon
monoksida, Karbondioksida, Asam biru, Arsenic, Zat ari belerang, dan berbagai amonial.
c.4 Obat penenang obat tidur, pil koplo, Nipam, Valium, Lexotan, dan lain-
lain
2.2.3 Dampak Narkoba
Menurut efeknya pada sistem saraf pusat pemakai, narkoba, dan zat adiktif lainnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Depresan
Obat jenis ini menekan atau memperlambat fungsi sistem saraf pusat sehingga dapat mengurangi aktivitas fungsional tubuh. Obat anti depresan
ini dapat membuat pemakai merasa tenang, memberikan rasa melambung tinggi, memberi rasa bahagia dan bahkan membuatnya tertidur atau tidak
sadarkan diri. Contoh opidaopiate opium, morphin, heroin, kodein, alkohol, dan obat tidur trankuiliser atau obat penenang BNN, 2010.
Universitas Sumatera Utara
21
b. Stimulan
Stimulan yaitu berbagai jenis zat yang dapat merangsang sistem saraf pusat dan meningkatkan kegairahan segar dan bersemangat dan
kesadaran. Obat ini dapat bekerja mengurangi rasa kantuk karena lelah, mengurangi nafsu makan, mempercepat detak jantung, tekanan darah dan
pernafasan, mengerutkan urat nadi, serta membersarkan biji mata BNN, 2010.
c. Halusinogen
Merupakan obat-obatan alamiah ataupun sintetik yang memiliki kemampuan untuk memproduksi zat yang dapat mengubah rangsangan
indera yang jelas serta merubah perasaan dan pikiran sehingga menimbulkan kesan palsu atau halusinasi BNN, 2010.
Obat dan narkotik yang disalahgunakan dapat menimbulkan berbagai akibat yang beraneka ragam berupa dampak tidak langsung, dampak langsung
bagi jasmanitubuh manusia dan dampak langsung bagi kejiwaanmental Lisa dan Sutrisna, 2013. Menurut Sembiring dkk 2013 yang mengutip pendapat
Soedjono, secara fisik para pecandu narkoba umumnya menunjukkan tanda- tanda sebagai berikut: berat badan menurun secara drastis, mata menjadi
cekung, wajah terlihat pucat, bibir berubah warna menjadi kehitaman, sulit buang air kecil, sembelit tanpa alasan jelas, ada bintik-bintik merah seperti
bekas gigitan nyamuk atau bekas luka sayatan Sembiring dkk, 2013. Secara emosi para pecandu narkoba umumnya menunjukkan tanda-tanda
sebagai berikut: menjadi sangat sensitif, mudah merasa bosan, membangkang
Universitas Sumatera Utara
22
bila dimarahi atau ditegur, emosional dan mudah marah, suka menyakiti diri sendiri Sembiring dkk, 2013.
Secara perilaku para pecandu narkoba umumnya menunjukkan tanda- tanda sebagai berikut: senang menyendiri di tempat yang sepi dan gelap, nafsu
makan menurun, malas, tidak bertanggung jawab, takut air, mengeluarkan air mata dan keringat secara berlebihan, sering menguap, sering mengalami
mimpi buruk, sering berbohong, suka mencuri uang atau benda berharga di lingkungannya keluarga, sekolah, kantor, sering batuk pilek berkepanjangan
tanpa sebab jelas. Biasanya pada penderita yang sedang sakau, sering pergi tanpa izin dan bertemu dengan orang-orang yang tak dikenal Sembiring dkk, 2013.
Penyalahgunaan narkoba bisa mengakibatkan berbagai macam masalah pada kehidupan penggunanya. Setidaknya terdapat dua kerugian yang ditimbulkan
secara langsung akibat penyalahgunaan, yaitu kerugian pada diri pemakainya dan kerugian pada lingkungan sosialnya. Dampak penyalahgunaan narkoba pada
seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian
pemakai dan situasi atau kondisi pemakai Sembiring dkk, 2013. a.
Kerugian pada diri pemakai Akibat pada fisik yaitu, gangguan pada sistem syaraf, jantung, pembuluh
darah, kulit, paru-paru, sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur. Akibat psikis yaitu: lamban kerja,
ceroboh kerja, sering tegang, gelisah, apatis, pengkhayal, penuh curiga, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal, sulit berkonsentrasi, perasaan kesal,
Universitas Sumatera Utara
23
cenderung menyakiti diri dan perasaan tidak aman dan bahkan bunuh diri Lisa dan Sutrisna, 2013.
b. Kerugian pada lingkungan sosial
Kerugian pada lingkungan sosial berpengaruh pada keluarga dan lingkungan. Pengaruh pada keluarga yaitu keluarga akan malu besar karena punya
anggota keluarga yang memakai zat terlarang Lisa dan Sutrisna, 2013.
2.2.4 Faktor – faktor Penyalahgunaan Narkoba
Berdasarkan hasil penelitian Sembiring dkk 2013, seorang remaja tidak begitu saja mendapatkan dan menyalahgunakan narkoba, tentunya ada faktor-
faktor yang mempengaruhi remaja sehingga remaja tersebut berhadapan dengan narkoba. Hasil wawancara terhadap beberapa responden yang terdiri dari remaja
dan anak-anak yang melakukan penyalahgunaan narkoba di kota Medan, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dapat berasal dari internal
maupun eksternal. a.
Faktor internal, yang terdiri dari: kontrol diri yang buruk, pengambilan keputusan yang tidak tepat, prinsip kesenangan semata, lemahnya
pemahaman agama. b.
Faktor eksternal: b.1 Faktor keluarga
Adanya kesempatan karena orang tua sibuk dengan kegiatan masing- masing, mungkin juga karena kurangnya rasa kasih saynag dari
keluarga atau karena akibat dari broken home. Orang tua yang berlebih memberikan fasilitas dan uang yang berlebihan merupakan sebuah
Universitas Sumatera Utara
24
pemicu untuk menyalahgunakan uang tersebut untuk membeli narkoba Lisa dan Sutrisna, 2013.
b.2 Faktor lingkungan yaitu: masyarakat sekitar dan pergaulan b.3 Faktor pendidikan
2.2.5 Pencegahan Narkoba a.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah mencegah seseorang yang sebelumnya tidak memakai zat adiktif untuk tidak mencoba atau memakai teratur Kemenkes RI,
2014.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah mencegah seseorang yang sudah
menggunakan agar tidak masuk ke dalam kelompok berisiko dan tidak menjadi tergantung atau adiksi. Pencegahan sekunder meliputi langkah diagnosis dini
early detection dan penanganan segera prompt treatment menyatakan bahwa deteksi dini merupakan langkah krusial pada kelompok individu yang berisiko
tinggi. Upaya ini dianjurkan untuk dilakukan dalam tatanan pelayanan kesehatan primer. Orang yang dapat membantu mendeteksi pemakaian zat adiktif di
antaranya adalah keluarga, teman, sebaya, tetangga, atau bahkan penemu kasus di tatanan publik di lapangan misalnya petugas kesehatan, pekerja sosial, polisi,
dan petugas hukum lain. Salah satu upaya pengenalan dini kasus adalah dengan penjangkauan outreach, yang menggapai pemakai zat adiktifnarkoba yang tidak
kontak dengan fasilitas pelayanan penyalahgunaan zat adiktifnarkoba. UNODC 2003 menyebutkan beberapa pokok penting dalam penjangkauan ini yaitu:
Universitas Sumatera Utara
25
b.1 Merupakan pendekatan yang fleksibel dan tidak konvensional, di luar
lingkungan sosial dan formal kesehatan b.2.
Meningkatkan akses, motivasi, dan dukungan bagi pemakai zat adiktif b.3
Menggapai pemakai zat adiktif yang tidak dalam penanganan, meningkatkan rujukan untuk penanganan, dan mereduksi perilaku
pemakaian zat adiktif ilisit UNODC, 2003: hal.9 Kemenkes RI, 2014.
c. Pencegahan Tersier