2.2.3 Ekologi Ikan Bilih
Secara umum ikan bilih menyukai perairan jernih, suhu perairan rendah 26-28
o
C dan daerah litoral perairannya berbatu kerikil dan atau pasir. Berdasarkan sifat dan kebiasaan makannya, ikan bilih termasuk ikan
benthopelagis, yaitu jenis ikan yang dapat memanfaatkan jenis makanan yang berada di dasar perairan mupun di lapisan tengah dan permukaaan air panjaitan,
2010. Kartamihardja dan Sarnita 2008 dalam Panjaitan 2010 menyatakan
bahwa, makanan utama ikan bilih di habitat aslinya Danau Singkarak adalah detritus dan zooplankton sedangkan di perairan Danau Toba makanan utama ikan
bilih adalah detritus dan fitoplankton serta makanan tambahannya adalah zooplankton dan seresah. Makanan utama ikan bilih di kedua perairan tersebut
hampir sama hanya sedikit berbeda dalam prosentase komposisinya. keberadaan ikan bilih di perairan Danau Toba tidak menunjukan kompetisi makanan yang
dilihat berdasarkan indeks kesamaan jenis. Dengan demikian ikan bilih di perairan Danau Toba dapat memanfaatkan jenis makanan alami yang tersedia
serta mengisi relung niche makanan yang masih kosong.
2.2.4 Reproduksi Ikan Bilih
Ikan bilih melakukan reproduksi atau pemijahan dengan mengikuti aliran air di sungai yang bermuara di danau. Induk jantan dan betina beruaya ke arah sungai
dengan kecepatan arus berkisar antara 0,3-0,6 mdetik dan kedalaman antara 10- 20 cm. Habitat pemijahan adalah perairan sungai yang jernih, dengan suhu air
relatif rendah, berkisar 24°C - 26°C, dasar sungai yang berbatu kerikil dan atau pasir. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pemijahan ikan bilih adalah arus air
dan substrat dasar. Ikan bilih menuju ke daerah pemijahan menggunakan orientasi visual dan insting. Sesampai di habitat pemijahan, betina melepaskan telur dan
bersamaan jantan melepaskan sperma untuk membuahi telur. Telur yang telah dibuahi berwarna transparan dan tenggelam di dasar sungai di kerikil atau pasir
untuk kemudian hanyut terbawa arus air masuk ke danau. Telur-telur tersebut akan menetas di danau sekitar 19 jam setelah dibuahi pada suhu air antara 27-
28°C dan larva berkembang di danau menjadi dewasa barus. 2011.
Menurut Kartamihardja dan Sarnita 2008, pola tingkah laku pemijahan ikan bilih dimanfaatkan nelayan di danau Singakarak untuk menangkap menggunakan alat
penangkap dipasang di aliran sungai oleh masyarakat setempat disebut alahan. Alahan ini menangkap ikan bilih yang akan memijah, sehingga jika terus-menerus
dilakukan tanpa pengelolaan yang baik, populasi ikan bilih akan menurun dan menjadi langka atau punah. Penangkapan ikan bilih diperparah karena ikan yang
sudah terperangkap di alahan tersebut ditangkap menggunakan alat tangkap listrik setrum. Hal ini menyebabkan kematian induk ikan dan telur-telur yang baru
dipijahkan. Pemijahan adalah suatu peristiwa pertemuan antara ikan jantan dan betina yang bertujuan untuk pembuahan telur oleh spermatozoa. Pada ikan
umumnya pembuahan berlangsung secara eksternal, yaitu di luar tubuh Sumantadinata, 1996. Panjaitan 2010 menyatakan bahwa Ikan bilih melakukan
pemijahan pada kondisi perairan mempunyai arus jernih, dangkal. Substrat dasar terdiri atas kerikil dan karakal. Suhu perairan berkisar antara 24°C sampai dengan
26°C. Berdasarkan kriteria kondisi perairan tempat ikan bilih memijah, maka dapat dinyatakan faktor lingkungan yang mempengaruhi pemijahan ikan bilih
adalah arus dan substrat dasar. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari
reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad. Dalam individu terdapat telur
yang dinamakan vitellogenesis yaitu terjadi pengendapan kuning telur pada tiap– tiap individu telur. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan – perubahan dalam
gonad. Dalam biologi perikanan, pencatatan perubahan atau tahap–tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan–ikan yang
akan melakukan reproduksi dan yang tidak Effendie, 2002. Fekunditas ialah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan
memijah. Fekunditas demikian dinamakan fekunditas individu atau fekunditas mutlak Effendie, 1992. Menurut Nicolsky 1963 dalam Effendie 2002 jumlah
telur yang terdapat dalam ovari ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus
diikutsertakan semua ukuran telur dan masing–masing harus mendapatkan kesempatan yang sama Effendie, 2002.
2.3 Faktor Fisik Kimia Air 2.3.1 Suhu
Perubahan suhu akan mengubah pola sirkulasi, stratifikasi dari gas terlarut sehingga akan memengaruhi kehidupan organisme air Haryanto et al., 2008.
Naiknya suhu perairan dari yang biasa, karena pembuangan sisa pabrik, misalnya, dapat menyebabkan organisme aquatik terganggu, sehingga dapat mengakibatkan
struktur komunitasnya berubah Suin, 2002.
2.3.2 pH