bahwa ikan bilih yang diperoleh pada lokasi penelitian memiliki pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan berat sehingga merupakan ikan-ikan kurus
dan memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif. Pola pertumbuhan ikan bilih ditemukan juga pada penelitian Barus 2011
terhadap ikan bilih di danau Toba. Pada penelitian tersebut diperoleh nilai b gabungan antara muara sungai dan KJA keramba jarring apung adalah 2,92.
Secara umum, nilai b tergantung pada kondisi fisiologis dan lingkungan seperti
suhu, pH, salinitas, letak geografis Jenning et al., 2001 dan juga kondisi biologis seperti perkembangan gonad dan ketersediaan makanan Froese, 2006. Menurut
Muchlisin 2010b yang menyatakan bahwa besar kecilnya nilai b juga
dipengaruhi oleh perilaku ikan, misalnya ikan yang berenang aktif ikan pelagis
menunjukkan nilai b yang lebih rendah bila dibandingkan dengan ikan yang
berenang pasif kebanyakan ikan demersal. Mungkin hal ini terkait dengan alokasi energi yang dikeluarkan untuk pergerakan dan pertumbuhan. Hasil
penelitian juga menunjukkan nilai koefesien korelasi r Gambar 4.1 senilai
0,842. Nilai koefesien korelasi yang tinggi menunjukkan hubungan yang erat antara pertambahan berat dengan pertambahan panjang dan sebaliknya
.
Hasil analisis hubungan panjang bobot ikan bilih juga dapat digambarkan pada Gambar
4.1 berikut ini :
Gambar 4.1 hubungan panjang bobot ikan bilih
4.4 Tingkat Kematangan Gonad
y = 5.234x - 43.42 R² = 0.842
10 20
30 40
50 60
5 10
15 20
B er
a t
g
Panjangcm
Salah satu aspek biologi reproduksi ialah tingkat kematangan gonad TKG yaitu tahap-tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan
memijah. Keterangan tentang TKG ikan diperlukan untuk mengetahui perbandingan antara ikan yang berada diperairan, ukuran atau unsur ikan pertama
kali matang gonadnya, dan apakah ikan sudah memijah atau belum Nikolsky, 1963 dan Effendie, 2002.
Tabel 4. Tingkat kematangan gonad TKG ikan bilih betina di danau Toba Stasiun
TKG Panjang total
ikan bilih cm
Berat tubuh g
Berat Gonad g
IKG rata-
rata Jumlah
ekor
I I
9,2 – 12,5 9,2 – 21,9
0,2 – 1 5
3 II
12,5 - 16 22,4 - 41
1,4 – 2,7 8,37
7 III
15,9 - 16 14,9 – 46,3 1,4 – 4
10,26 10
IV 16 – 16,2
45,5 – 49,3 3,3 – 3,8 7,47
2 V
- -
- -
- I
9,6 – 12,5 8,9 – 21,9
0,4 – 0,9 4,2
6 II
II 10,5 - 14
11 – 29,3 0,5 – 2,5
7,83 7
III 10 - 14
11,5 – 27,5 0,7 – 3,6 13,4
7 IV
9 6,6
0,2 3,03
1 V
- -
- -
- III
I 12,5 – 14,2
16,8 – 36,6 0,8 – 2,7 5,5
3 II
12 15,8
0,9 5,0
1 III
11,9 - 15 14,2 – 43,1 1,3 – 5,4
10,69 7
IV -
- -
- -
V -
- -
- -
Keterangan: TKG I: Tidak masak gonad; TKG II : Permulaan masak gonad; TKG III: Hampir masak gonad; TKG IV : Masak Gonad; TKG V : Salin
Nilai tingkat kematangan gonad yang tertera pada Tabel 4. ikan bilih betina yang sudah matang gonad TKG IV dari keseluruhan stasiun sebanyak 3 ekor yaitu
pada stasiun I ada 2 ekor dan stasiun II ada 1 ekor. Jumlah ini merupakan jumlah yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah ikan bilih yang tertangkap,
hal ini mungkin disebabkan dengan faktor suhu, habitat dan faktor lingkungan seperti musim. Menurut Makmur 2003 dalam Diana 2007 menyatakan bahwa
musim penghujan merupakan masa pemijahan bagi ikan air tawar yang hidup di perairan tropis. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang turun mempengaruhi
fluktuasi permukaan air dan debit air yang menyebabkan sirkulasi air sehingga mempengaruhi suhu di perairan. Fluktuasi, debit, dan sirkulasi air akan
menyebabkan suhu perairan menjadi hangat yang akan mendukung pemijahan
ikan. Dengan demikian, pada saat penangkapan ikan bilih pada penelitian ini belum
saatnya untuk memijah tetapi jika dibandingkan dengan stasiun 2 dan 3 dimana tidak terdapat ikan bilih yang memijah di daerah tersebut melainkan ikan
bilih yang tertangkap banyak pada tahap TKG III dan TKG II atau tahap pematangan gonad. Hal ini disebabkan bahwa pada stasiun 2 dan 3 merupakan
daerah aktifitas dan keramba yang menghasilkan makanan bagi ikan bilih seperti sisa pakan hasil dari kegiatan keramba sehingga ikan lebih banyak disana
melakukan aktivitas makan untuk proses pematangan gonad ikan bilih sedangkan stasiun 1 yang merupakan daerah bebas aktivitas yang memungkinkan untuk ikan
bilih memijah karena stasiun 1 merupakan daerah yang cocok untuk ikan bilih memijah dan memiliki nilai faktor fisik yang sesuai, selain itu air yang jernih dan
merupakan stasiun yang paling dekat dengan sungai yang masuk ke danau dibanding stasiun 2 dan stasiun 3 .
Panjaitan 2010 menyatakan bahwa Ikan bilih memijah menuju perairan yang memiliki arus jernih dengan menggunakan orientasi visual dan insting, telur
yang dipijahkan dikolom air pada sungai yang berarus hanyut ke perairan danau kemudian menetas dan tumbuh menjadi dewasa. Menurut Umar Kartamihardja
2010 menyatakan bahwa waktu pemijahan ikan bilih mulai dari sore hari sampai dengan pagi hari. Puncak pemijahan ikan bilih terjadi pada pagi hari mulai dari
jam 05.00 WIB sampai dengan jam 09.00 WIB seperti diperlihatkan dengan banyaknya telur yang dilepaskan. Pemijahan ikan bilih terjadi hampir diseluruh
aliran sungai yang bermuara di danau dan habitat pemijahan umumnya berair jernih, dasar berbatu, kerikil atau berpasir.
Nilai IKG ikan bilih betina yang didapat pada penelitian ini yang sudah matang gonad pada ukuran panjang berkisar 9 cm – 16,2 cm dan bobot berkisar
6,6 g – 49,3 g mempunyai kisaran nilai IKG berkisar 3,03 - 7,70 dengan rata – rata 5,99 . Nilai IKG ikan bilih ini senantiasa bisa berubah seiring dengan
perubahan panjang bobot ikan juga. Seperti dapat dikatakan ikan yang bobotnya kecil menghasilkan bobot gonad yang kecil juga sehingga mempengaruhi nilai
IKG juga dan ikan yang bobot nya besar belum tentu memiliki gonad yang sudah matang. Hal itu disebabkan dengan kesesuaian habitat dan ketersediaan makanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar nilai berat tubuh maka berat
gonad semakin meningkat sehingga mempengaruhi nilai IKG ikan tersebut. Sesuai dengan Syandri 1993 bahwa secara umum bertambahnya tubuh akan
mengakibatkan bertambahnya berat gonad.
4. 5 Fekunditas Ikan Bilih
Fekunditas mutlak ikan Bilih yang berada pada tingkat kematangan gonad IV dihitung berdasarkan metode volumetrik. Fekunditas ikan bilih yang dihitung
adalah ikan bilih yang berada pada TKG IV matang gonad. Sesuai Tabel 4. ikan bilih yang berada pada TKG IV hanya ada 3 ekor dan fekunditas masing – masing
ikan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel 5. Fekunditas ikan bilih Mystacoleucus padangensis di danau Toba
No Panjang
cm Berat tubuh g
Berat gonad g Fekunditas
butir
1
9 6,6
0,2 7.000
2 16
45,5 3,3
21.375
3 16,2
49,3 3,8
25.000 Berdasarkan Tabel 5. Dapat dilihat bahwa ikan bilih yang tertangkap pada
saat TKG IV hanya ada 3 ekor, pada stasiun 1 terdapat 2 ekor dan stasiun 2 terdapat 1 ekor Tabel 4. Ketiga ekor ikan tersebut tertera pada tabel 5. Banyak
fekunditas dari ketiga ikan tersebut berbeda-beda sesuai dengan bobot ikan bilih yang tertangkap dalam keadaan TKG IV . Fekunditas ikan bilih yang didapat
berkisar antara 7.000 sampai 25.000 butir telur. Hasil ini berbeda dari penelitian Umar Kartamihardja 2010 yang melaporkan dimana fekunditas rata-rata ikan
bilih yang diperoleh sebesar 11.286 butir telur. Secara umum bertambahnya berat tubuh akan mengakibatkan bertambahnya berat gonad dan fekunditas semakin
tinggi. Nikolsky 1963 menyatakan bahwa pada umumnya fekunditas meningkat dengan meningkatnya ukuran ikan betina
.
Fekunditas sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan perairan. Suhu air mempengaruhi fekunditas secara tidak
langsung. Begitu juga kedalaman air dan oksigen terlarut merupakan faktor penghambat terhadap fekunditas. Dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan
telur dikeluarkan lebih banyak daripada dalam kondisi yang kurang baik. Selain itu fekunditas juga sangat dipengaruhi oleh ketersediaan makanan. Untuk spesies
tertentu, pada umur yang berbeda-beda memperlihatkan fekunditas yang bervariasi sehubungan dengan persediaan makanan tahunan Febianto, 2007.
Hasil perhitungan fekunditas mutlak diperoleh jumlah telur yang bervariasi menurut panjang total ikan, berat tubuh, dan berat gonad. Ikan dengan
ukuran yang sama belum tentu memiliki fekunditas yang sama pula. Hal ini disebabkan oleh faktor ikan dalam pegambilan makanannya yang berbeda, juga
karena faktor lain seperti habitat yang berbeda, yang mana setiap individu meskipun satu spesies dan memiliki ukuran yang sama pun akan memiliki
fekunditas yang berbeda serta bervariasi jumlahnya Patriono 2010.
4.6 Diameter Telur Ikan Bilih