commit to user 107
Puskesmas dengan jumlah Posyandu sebanyak 1.767 dengan rincian : 242 Posyandu Pratama, 690 Posyandu Madya, 560 Posyandu Purnama, dan
275 Posyandu Mandiri.
B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja
Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali
dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak lebih
lanjut dijelaskan sebagai berikut:
1. Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Dalam Pemberantasan dan
Penanggulangan Penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak
a. Indikator Produktivitas
Produktivitas dalam penelitian ini ditekankan pada sejauh mana upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam
pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak dan apakah hasilnya sesuai dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam penelitian ini produktivitas Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit
DBD di Kecamatan Ngemplak dapat diketahui dari kesesuaian antara hasil yang diperoleh dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya dan upaya
pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD melalui berbagai
commit to user 108
kegiatan atau program yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut :
1 Kegiatan atau program yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan di
Kecamatan Ngemplak
dalam upaya
pemberantasan dan
penanggulangan penyakit DBD. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali melakukan berbagai
kegiatan dalam upaya pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan di seluruh wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali di Kecamatan Ngemplak terbagi menjadi 12 desa,
yaitu: a
Desa Ngargorejo dengan jumlah rumahbangunan 1.059 buah dan jumlah penduduk 3.470 jiwa.
b Desa Sobokerto dengan jumlah rumahbangunan 1.730 buah dan
jumlah penduduk 5.774 jiwa. c
Desa Ngesrep dengan jumlah rumahbangunan 1.592 dan jumlah penduduk 6.160 jiwa.
d Desa Gagaksipat dengan rumahbangunan 2.984 buah dan jumlah
penduduk 5.910 jiwa. e
Desa Donohudan dengan rumahbangunan 1.543 buah dan jumlah penduduk 6.189 jiwa.
f Desa Sawahan dengan rumahbangunan 2.262 buah dan jumlah
penduduk 7.994 jiwa.
commit to user 109
g Desa Pandeyan dengan rumahbangunan 1.720 buah dan jumlah
penduduk 6.801 jiwa. h
Desa Kismoyoso dengan rumahbangunan 1.982 buah dan jumlah penduduk 6.187 jiwa.
i Desa Dibal dengan rumahbangunan 1.448 buah dan jumlah
penduduk 5.959jiwa. j
Desa Sindon dengan rumahbangunan 1.059 buah dan jumlah penduduk 4.935 jiwa.
k Desa Manggung dengan rumahbangunan 1.572 buah dan jumlah
penduduk 6.088 jiwa. l
Desa Giriroto dengan jumlah rumahbangunan 1.469 dan jumlah penduduk 5.469 jiwa. Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali Berikut dapat dilihat jumlah desa endemis DBD dan jumlah
kasus DBD dari tahun 2004 sampai tahun 2010: Tabel IV.11
Jumlah Desa Endemis dan Jumlah Kasus DBD di Kecamatan Ngemplak Tahun 2004-2010
No. Tahun
Jumlah Kelurahan Endemis DBD
Jumlah Kasus DBD
1 2
3 4
1 2004
2 20
2 2005
3 31
3 2006
5 27
4 2007
4 54
5 2008
5 76
6 2009
5 48
7 2010
10 68
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
commit to user 110
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah kasus DBD di Kecamatan Ngemplak setiap tahunnya cenderung tinggi.
Jumlah desa yang menjadi endemis DBD rata-rata 5 desa tiap tahunnya. Selain wilayah yang luas, jumlah penduduk yang banyak
dan padat cenderung memudahkan penularan penyakit DBD dari orang satu ke orang lainnya melalui nyamuk Aedes Agypty. Hal ini tentunya
membuat pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali menanggung beban kerja yang cukup berat untuk mewujudkan kinerja sebaik
mungkin dalam memberantas dan menanggulangi penyakit DBD di wilayah Kecamatan Ngemplak.
Sehubungan dengan pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di wilayah Kecamatan Ngemplak, Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali telah melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan- kegiatan tersebut antara lain:
a Pemantauan Jentik Berkala PJB
Pemantauan Jentik Berkala PJB merupakan salah satu upaya Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan
dan penanggulangan penyakit DBD di wilayah Boyolali terutama di Kecamatan Ngemplak yang dilakukan dengan tujuan memantau
Angka Bebas Jentik ABJ. Kegiatan PJB diharapkan mampu meningkatnya ABJ yang mana Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali mengharapkan hasilnya lebih dari 95. Kegiatan PJB ini dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali secara sampling di
commit to user 111
setiap desa dimana di setiap desa tersebut akan dipilih sebanyak 100 rumah secara purposive sampling dengan pertimbangan
terte
ntu
dari seluruh jumlah rumah atau bangunan yang ada desa tersebut. Kemudian 100 rumah tersebut akan diperiksa jentik
nyamuknya. Pelaksanaan kegiatan PJB tersebut selanjutnya akan diteruskan oleh kader-kader kesehatan atau kelompok potensial di
desa tersebut seperti lurah, RTRW, PKK, Posyandu. Kegiatan PJB dilakukan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali. Dari kegiatan PJB
ini akan diketahui berapa besar jumlah kepadatan jentik nyamuk yang dinyatakan dalam persentase HI House Index. Target HI
yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali adalah kurang dari 5. Hal ini seperti apa yang telah dikatakan oleh
Bapak Kirmanto selaku petugas P2DBD Pemberantasan Penyakit DBD berikut ini:
“PJB dilakukan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali untuk mengetahui HI House Index, yaitu tidak boleh lebih dari
5. Angka Bebas Jentik yang harus dipenuhi adalah lebih dari 95 . PJB ini dilakukan dengan pemeriksaan jentik di
rumah-rumah atau tempat umum seperti sekolahan, masjid, dan lain-lain. Pemeriksaan diawali dengan mengambil
sampel dari 100 rumah per kelurahan lalu diperiksa tampungan airnya untuk mengetahui ada atau tidaknya
jentik-jentik nyamuk. Sehingga kami mengetahui tindakan apa
yang dilakukan
untuk pemberantasan
dan penanggulangan, apakah cukup dengan PSN, abatisasi
ataukah harus dilakukan fogging. Kegiatan ini merupakan kegiatan berkelanjutan, jadi selanjutnya pelaksanaanya
dilakukan oleh kader-kader di kelurahan masing-masing. ”
Wawancara, 12 Maret 2011
commit to user 112
Hal tersebut dibenarkan oleh Ibu Endah selaku anggota PKK yang menjadi kader pemberantasan dan penaggulangan
penyakit DBD di wilayah Kecamatan Ngemplak berikut ini: “Saya sebagai kader di wilayah Ngesrep ini juga melakukan
pemeriksaan jentik secara berkala. Ya biasanya tiga bulan sekali mbak. Kami catat hasilnya dan kami laporkan hasil
itu ke puskesmas Ngemplak yang kemudian akan dilaporkan ke DKK. Tapi kadang kami menyampaian
hasilnya langsung pada DKK pas kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa
.” Wawancara, 05 April 2011 Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bapak
Suryo Wijayanto di Kecamatan Ngemplak sebagai berikut : ”Di desa Ngesrep kegiatan PJB ini memang dilakukan
biasanya tiga bulan sekali mbak. Nanti kan dari PJB dapat dilihat hasilnya apakah cuma di PSN atau di fogging. Nah
PJB tersebut kan dilaksanakan oleh para kader yang ditunjuk
dari DKK.” Wawancara, 21 Juni 2011 Hal senada juga dikatakan oleh Ibu Suparti warga
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali sebagai berikut : ”PJB dilakukan oleh kader-kader seperti ketua RT atau
petugas PKK yang biasanya bidan desa, dan didampingi petugas dari puskesmas Ngemplak dan dari DKKnya
sendiri mbak. Paling tidak tiap dua atau tiga bulan sekali mbak tergantung dari petugas yang biasa
melakukan PJB.” Wawancara, 21 Juni 2011
Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa kegiatan
Pemantauan Jentik Berkala PJB dilakukan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali yang pelaksanaannya dilakukan oleh kader-kader
yang berada di masing-masing kelurahan. Dari kegiatan Pemantauan Jentik Berkala PJB diperoleh hasil yang berupa
perolehan HI. Berikut ini dapat dilihat hasil dari PJB yang berupa
commit to user 113
perolehan HI di Kecamatan Ngemplak dari tahun 2004 sampai tahun 2010 dan target yang HI yang harus dipenuhi:
Tabel IV.12 Target HI dan Realisasi Pencapaian oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali dalam Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit DBD Di Kecamatan Ngemplak
Tahun 2004-2010 No. Tahun
Target HI Dinas Kesehatan
Realisasi 1
2 3
4 1
2004 5
9,73 2
2005 5
15 3
2006 5
17,1 4
2007 5
16,51 5
2008 5
2,6 6
2009 5
10 7
2010 5
12 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa realisasi pencapaian target HI Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam
pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak masih belum dapat memenuhi target yang ditetapkan
yaitu kurang dari 5. Karena rata-rata realisasinya melebihi target tersebut yaitu mencapai 10 . Hal ini juga dapat berarti bahwa
kepadatan jentik nyamuk di wilayah Ngemplak masih cukup tinggi. Dari sini juga dapat terlihat bahwa produktivitas Dinas
Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD masih rendah dengan alasan Dinas
Kesehatan belum dapat memenuhi target HI yang telah ditetapkan. Berikut dapat juga dilihat hasil pelaksanaan PJB tahun 2010:
commit to user 114
Tabel IV.13 Persentase RumahBangunan yang Diperiksa dan Bebas Jentik Nyamuk Aedes
Per Desa Kecamatan Ngemplak Tahun 2010
No Kecamatan
Jumlah RumahBangunan
yang Ada RumahBangunan
Diperiksa RumahBangunan
Bebas Jentik Jumlah
Jumlah 1
2 3
4 5
6 7
1 Sawahan
2.262 68
3,01 31
45,59 2
Pandeyan 1.720
82 4,77
38 46,34
3 Kismoyo
1.982 47
2,37 23
48,94 4
Giriroto 1.469
25 1,70
11 44,00
5 Donohudan
1.543 49
3,18 21
42,86 6
Dibal 1.448
20 1,38
12 60,00
7 Manggung
1.572 47
4,26 29
43,28 8
Sindon 1.240
23 1,85
11 47,83
9 Sobokerto
1.730 81
4,68 33
40,74 10 Ngargorejo
1.059 24
2,27 15
62,50 11 Gagaksipat
2.918 140
4,80 64
45,71 12 Ngesrep
1.592 123
7,73 48
39,02 Jumlah KabKota
20.535 749
3,65 336
44,86 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
Dari tabel di atas maka dapat diketahui bahwa produktivitas Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali belum dapat mencapai target
yang ditetapkan sebelumnya. Target AJB Angka Bebas Jentik yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali adalah
di atas 95 sedangkan rata-rata realisasi pencapaian target AJB di Kecamatan Ngemplak tersebut hanya mampu mencapai 44,86
saja. Hal ini dapat menjadi perhatian bagi Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali untuk
lebih meningkatkan
upaya pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan
Ngemplak.
commit to user 115
b Penyelidikan Epidemiologi PE
Penyelidikan Epidemiologi PE adalah kegiatan pelacakan penderitatersangka lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk
penular penyakit
demam berdarah
dengue di
rumah penderitatersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius
sekurang-kurangnya 100 meter, serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penyebaran penyakit lebih lanjut.
Sumber: Kumpulan
Surat KeputusanEdaran
tentang Pemberantasan Penyakit DBD Tujuan pelaksanaan PE adalah
untuk melacak kasus DBD dan monitoring penyakit DBD dengan hasil yang diharapkan adalah terdeteksinya sumber penularan
penyakit DBD. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh Bapak Kirmanto selaku petugas P2DBD Pemberantasan Penyakit DBD
berikut ini : “PE dilakukan untuk melacak kasus DBD sehingga
diketahui sumber penularan penyakit DBD. PE dilakukan setiap ada kasus baik itu tersangka maupun positif DBD.
Misalnya ada diagnosa yang benar itu pasti akan dilakukan PE apapun hasilnya, walaupun cuma ada satu kasus.
Setelah dilakukan PE, maka kita akan tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya berdasarkan kriteria WHO. Apabila
hasil PE-nya memenuhi kriteria WHO, kami akan lakukan fogging focus dengan minimal radius 200 m dari wilayah
tersebut dan apabila tidak memenuhi kriteria WHO maka cukup dilakukan PSN dan penyuluhan saja mbak
.” Wawancara, 16 April 2011
Dari apa yang telah dituturkan oleh Bapak Kirmanto di atas dapat diketahui bahwa PE merupakan kegiatan awal yang sangat
penting sebagai
dasar untuk
melaksanakan penanganan
commit to user 116
selanjutnya. Kegiatan sebagai tindak lanjut dari PE adalah pemberantasan sarang nyamuk PSN, Abatisasi Selektif dan
fogging focus, dengan kriteria WHO sebagai berikut: a
Fogging focus, dilakukan apabila PE: 1
Ditemukan tambahan kasus DBD 2 atau lebih 2
Ditemukan tambahan kasus DBD yang meninggal 3
Indeks kasus meninggal dan ada tambahan kasus DBD 4
Ditemukan tambahan kasus DBD satu atau lebih atau tambahan tiga kasus panas yang belum diketahui
penyebabnya, dengan House Index HI 5 . b
Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN dan Abatisasi Selektif AS
1 Ditemukan tambahan satu kasus DBD dengan House Index
HI 5 2
Indeks kasus meninggal tanpa ada tambahan kasus DBD dan HI 5
3 Dilakukan PSN ke-2 setelah 3 minggu setelah tanggal sakit
indeks kasus 4
Bila pada PSN ke-2 ditemukan tanbahan DBD sebanyak satu atau lebih.
Sumber: Kumpulan
Surat KeputusanEdaran
tentang Pemberantasan Penyakit DBD
commit to user 117
Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi merupakan kegiatan dasar untuk dilaksanakan penanganan selanjutnya. Dari kegiatan
PE yang dilakukan dapat ditindaklanjuti dengan PSN, abatisasi, atau fogging focus tergantung dari hasil PE itu sendiri. Berikut
dapat dilihat data hasil pelaksanaan PE di Puskesmas Ngemplak yang terletak di Dukuh Garen, Desa Pandeyan, Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Boyolali sebagai berikut :
commit to user 118
Tabel IV.14 Pelaksanaan Penyelidikan Epidemiologi PE Puskesmas Ngemplak
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun 2010
No Nama Penderita Umur Jenis
Kelamin Alamat
Jumlah Rumah
Diperiksa Presentase
HI Tanggal PE
1 2
3 4
5 6
1 Wahyu Ryan Pamungkas10thL
Pandeyan Rt1Rw5 Pandeyan Ngemplak 10
80 25-2-2010
2 Ruhul15thL
Panaran Baru Rt7Rw7 Ngesrep Ngemplak 21
90,47 20-3-2010
3 Cyntia Novitasari Bella5thP
Manggung Rt4Rw5 Manggung Ngemplak 20
50 28-4-2010
4 Muhammad Baedowi35thL
Sambiroto Rt1Rw7 Sindon Ngemplak 21
71,42 26-5-2010
5 Inannisa Izzatul15thP
Garen Rt1Rw3 Pandeyan Ngemplak 18
72,22 8-6-2010
6 Effendi11L
Kelipan Rt1rw7 Gagaksipat Ngemplak 29
44,82 21-7-2010
7 Andri Gaseta37thL
Manggung Rt3Rw3 Manggung Ngemplak 20
70 3-8-2010
8 AnisaP12thP
Banarjo Rt02Rw05 Gagaksipat Ngemplak 30
70 15-8-2010
9 Tomas hananto Putro13thL
Banarjo Rt4Rw5 Gagaksipat Ngemplak 18
38 16-9-2010
10 Azahra Madfira4blnP Tegalrejo Rt1Rw3 Sindon Ngemplak
18 16
19-9-2010 11 Caesar Tri Rahantoro12thL
Banarjo Rt4Rw5 Gagaksipat Ngemplak 20
50 11-10-2010
12 Sandi Puspo Pratiwi16thP Tanjungsari Rt4Rw3 Ngesrep Ngemplak
22 50
25-10-2010 13 Muh Hafiz2,5thL
Ngancan Rt4Rw5 Sobokerto Ngemplak 11
27,27 18-11-2010
14 Yoga ardian Prasetyo8thL Kelipan Rt2Rw7 Gagaksipat Ngemplak
14 28,57
19-11-2010 15 Marwatik31thP
Potrowanen Rt4Rw2 Dodohudan 10
40 2-12-2010
16 Yusril Adi Pratama11thL Tegalrejo Rt2Rw5 Ngesrep Ngemplak
20 40 2ptsb 18-12-2010
Sumber : Puskesmas Ngemplak Keterangan : ptsb panas tanpa sebab
PSN Pemberantasan Sarang Nyamuk FF Fogging Focus
commit to user 119
Dari tabel tersebut maka dapat diketahui bahwa kegiatan PE yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
dapat dikatakan baik karena sesuai dengan harapan masyarakat. Masyarakat merasa Dinas Kesehatan segera melakukan kegiatan
PE ketika ada laporan dari masyarakat yang disertai diagnosa dari rumah sakit dan ditindaklanjuti dengan Fogging Focus atau PSN .
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Suryo Wijayanto warga Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali
sebagai berikut: “Kalau menurut saya kegiatan pelacakan kasus DBD PE
yang dilakukan selama ini ya cukup baik dan cepat ya mbak. Karena setiap saya melaporkan ada warga saya yang
terkena DBD dan melampirkan diagnosa dari rumah sakit,
maka akan segera dilakukan pelacakan.” Wawancara, 14 Mei 2011
Hal senada juga dikatakan oleh salah satu warga yang anaknya pernah menderita penyakit DBD yaitu Ibu Sukatmi warga
Kecamatan Ngemplak berikut ini: “Dulu waktu anak saya terkena penyakit DBD dan dirawat
di rumah sakit, setelah pulang dari rumah sakit saya di beri surat diagnosa untuk diberikan pada puskesmas. Tidak lama
setelah surat itu dilaporkan puskesmas segera melakukan PE. Pada waktu itu dilakukan di rumah saya dan rumah
tetangga di sekitar rumah saya mbak
.” Wawancara, 14 Mei 2011
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan PE yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali
bisa dikatakan
memuaskan. Karena
masyarakat cenderung merasakan tindakan yang segera dilakukan
commit to user 120
terhadap kasus DBD untuk memberantas dan menanggulangi penyakit DBD tersebut di wilayah Kecamatan Ngemplak. Hal ini
tentunya menjadi suatu prestasi yang harus dipertahankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali untuk mewujudkan kinerja
yang lebih baik. c
Fogging Focus Fogging focus merupakan kegiatan tindak lanjut dari hasil
Penyelidikan Epidemiologi apabila memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh WHO. Tujuan dilakukan fogging focus adalah
untuk menanggulangi kasus DBD dan mencegah terjadinya KLB Kejadian Luar Biasa dengan hasil yang diharapkan adalah
hilangnya vektor penular penyakit DBD. Sumber : Kumpulan Surat KeputusanEdaran tentang Pemberantasan Penyakit DBD
Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bapak Kirmanto selaku petugas P2DBD Pemberantasan Penyakit DBD
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali berikut ini: “Fogging focus ini dilakukan untuk menanggulangi
terjadinya wabah atau KLB Kejadian Luar Biasa terhadap penyakit DBD. Fogging focus dilakukan sebagai tindak
lanjut atas hasil PE yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Misalnya memenuhi kriteria ya kita akan segera
melakukan fogging di radius minimal 200 m dari lokasi sumber penularan DBD. Pelaksanaan kegiatan fogging
focus harus memenuhi kriteria, ini penting karena obat yang digunakan untuk fogging ini tergolong obat keras dan
efek yang ditimbulkan sangat berbahaya untuk masyarakat
dan juga lingkungan sekitarnya.” Wawancara, 16 April 2011
commit to user 121
Dari apa yang telah disampaikan oleh Bapak Kirmanto di atas dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan fogging focus harus
benar-benar memenuhi kriteria yang ditetapkan. Karena efek dari obat yang digunakan untuk fogging focus tersebut tidak baik untuk
masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Adapun untuk melakukan fogging focus, hasil dari PE harus memenuhi kriteria dibawah ini:
1 Ditemukan tambahan kasus DBD 2 atau lebih
2 Ditemukan tambahan kasus DBD yang meninggal
3 Indeks kasus meninggal dan ada tambahan kasus DBD
4 Ditemukan tambahan kasus DBD satu atau lebih atau tambahan
tiga kasus panas yang belum diketahui penyebabnya, dengan House Index HI 5 .
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Kirmanto selaku petugas P2DBD berikut ini:
“Bila di PE, maka syarat yang harus dipenuhi untuk fogging focus yaitu bila ditemukan tambahan kasus DBD 2
atau lebih, ditemukan tambahan kasus DBD yang meninggal, indeks kasus meninggal dan ada tambahan
kasus DBD dan yang terakhir, ditemukan tambahan kasus DBD satu atau lebih atau tambahan tiga kasus panas yang
belum
diketahui penyebabnya,
dengan HI
5 .”Wawancara, 16 April 2011
Dari pernyataan Bapak Kirmanto di atas dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan fogging focus memang harus memenuhi
persyaratan. Hal itu harus dilakukan mengingat pengaruh yang ditimbulkan oleh obat yang digunakan terhadap masyarakat dan
commit to user 122
lingkungan. Berikut disertakan tabel jumlah pelaksanaan fogging focus per puskesmas Kecamatan Ngemplak tahun 2010:
Tabel IV.15 Jumlah Pelaksanaan Fogging Focus per Puskesmas
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun 2010 No.
Puskesmas Jumlah
Pelaksanaan PE
Jumlah Pelaksanaan
Fogging Focus Persentase
1 2
3 4
5 1.
Ngargorejo 2
- -
2. Sobokerto
4 -
- 3.
Ngesrep 23
7 30,43
4. Gagaksipat
14 2
14,28 5.
Donohudan 12
2 16,66
6. Sawahan
11 -
- 7.
Pandeyan 12
- -
8. Kismoyoso
2 -
- 9.
Dibal -
- -
10. Sindon 4
- -
11. Manggung 7
1 14,28
12. Giriroto -
- -
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Kegiatan pelaksanaan fogging focus yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD dapat dikatakan kurang sesuai
dengan harapan masyarakat. Masyarakat merasa Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali kurang tanggap terhadap permintaan fogging
focus yang diajukan oleh masyarakat. Selain itu, masyarakat juga merasa bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali tidak
bertindak cepat dalam memenuhi permintaan fogging focus. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Isa di
Kecamatan Ngemplak sebagai berikut:
commit to user 123
“Syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan fogging itu harus sesuai. Padahal yang kita inginkan itu kan supaya
tidak jatuh korban lagi setelah ada korban di daerah ini.” Wawancara, 4 Juni 2011
Berikut adalah pendapat dari Bapak Krismantoro di Kecamatan Ngemplak tentang pelaksanaan fogging di daerahnya:
“DKK belum mencegah secara menyeluruh karena cuma menyemprot di satu wilayah yang justru membuat nyamuk
lari ke tempat lain. Kami sudah memberantas sarang nyamuk untuk memberantas jentik nyamuk. Namun tetap
harus di-fogging
untuk membunuh nyamuk dewasa.” Wawancara, 5 Juni 2011
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh masyarakat di Kecamatan Ngemplak di atas dapat dilihat bahwa masyarakat
mengeluhkan kurang tanggapnya Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali terhadap fogging focus.
d Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue PSN-
DBD dan Abatisasi Selektif AS Kegiatan ini diawali dengan pemantauan kepadatan jentik
nyamuk di setiap rumah yang ditemukan pada tandon airnya. Hasil dari pemantauan tersebut adalah ditemukan HI House Index
yakni prosentase kepadatan jentik nyamuk dimana HI yang baik adalah 5. Bila ditemukan HI 5 maka rumah tersebut harus
dilaksanakan abatisasi untuk tendon air yang sulit pengurasanya dan PSN DBD untuk tendon air yang mudah dikuras. Abatisasi
selektif dilakukan di bak penampungan yang sulit untuk dikuras dan juga rumah jompo.
commit to user 124
Berikut disertakan jumlah pelaksanaan PSN per Desa Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun 2010:
Tabel IV.16 Jumlah Pelaksanaan PSN per Desa Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali Tahun 2010 No.
Puskesmas Jumlah
Pelaksanaan PE
Jumlah Pelaksanaan PSN
Persentase
1. Ngargorejo
2 2
100 2.
Sobokerto 4
4 100
3. Ngesrep
23 16
69,56 4.
Gagaksipat 14
12 85,71
5. Donohudan
12 10
83,33 6.
Sawahan 11
11 100
7. Pandeyan
12 12
100 8.
Kismoyoso 2
2 100
9. Dibal
- -
- 10. Sindon
4 4
100 11. Manggung
7 6
85,71 12. Giriroto
- -
- Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam upaya melaksanakan PSN-DBD, juga memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk melakukan Gerakan 3M Plus yaitu: menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang
dapat menjadi sarang nyamuk, menutup rapat penampungan air, sedangkan plusnya adalah menaburkan bubuk abate, memelihara
ikan pemakan jentik di tempat penampungan air, pemasangan kawat kasa pada ventilasi, memakai kelambu, memakai obat anti
nyamuk semprot, oles, dan bakar, dan cara lain yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
commit to user 125
Hal tersebut seperti apa yang telah disampaikan oleh Bapak Kirmanto selaku petugas P2DBD Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali di bawah ini: “PSN merupakan kegiatan rutin dalam pemberantasan dan
penanggulangan penyakit DBD yang diawali dengan pemantauan kepadatan jentik nyamuk di tandon air setiap
rumah. Hasil dari pemantauan tersebut adalah HI yaitu 5. Bila ditemukan HI 5 maka rumah tersebut harus
dilaksanakan PSN untuk tendon air yang mudah dikuras dan untuk tendon air yang sulit pengurasanya dilakukan
abatisasi yang dilakukan secara selektif. Sedangkan PSN dilakukan dengan kerja bakti dan memberikan penyuluhan
untuk melakukan Gerakan 3 M plus yaitu menguras, menutup penampungan air dan mengubur barang-barang
bekas.
Plusnya adalah
menaburkan bubuk
abate, memelihara ikan pemakan jentik di tempat penampungan
air, pemasangan kawat kasa pada ventilasi, memakai kelambu, memakai obat anti nyamuk bisa semprot, oles,
dan bakar, dan cara lain yang dapat mencegah gigitan
nyamuk.” Wawancara, 16 April 2011 Hal tersebut dibenarkan oleh Ibu Endah selaku anggota
PKK yang menjadi kader pemberantasan dan penaggulangan penyakit DBD di wilayah Kecamatan Ngemplak berikut ini:
“Dalam melaksanakan PSN-DBD, kami di dampingi dari DKK juga memberikan penyuluhan kepada masyarakat
untuk melakukan Gerakan 3M Plus yaitu: menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang
dapat
menjadi sarang
nyamuk, menutup
rapat penampungan air.
” Wawancara, 22 Juni 2011 Hal tersebut ditambahkan oleh Ibu Isa warga Kecamatan
Ngemplak berikut ini: “Kegiatan PSN memang dilakukan, jadi setelah di PE itu
kan nanti hasilnya di fogging atau di PSN. Jadi memang ada kegiatan PSN setelah di PE di Desa Ngesrep ini mbak.
Malah dari DKK kan memberi bantuan peralatan seperti
commit to user 126
senter mbak untuk pemeriksaan jentik di tempat-tempat penampungan
” Wawancara, 30 Juni 2011 Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bapak
Andri Gaseta di Ngemplak Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali sebagai berikut :
”Memang ketua RT bekerjasama dengan pihak DKK dan puskesmas dalam melakukan PSN DBD dengan menguras
tendon air dan untuk tendon air yang sulit pengurasanya dilakukan abatisasi yang dilakukan secara selektif. Selain
itu PSN dilakukan dengan kerja bakti dan memberikan penyuluhan untuk melakukan Gerakan 3 M plus mbak.
” Wawancara, 21 Juni 2011
Berdasarkan dari pendapat yang telah disampaikan diatas
dapat diketahui bahwa dalam melakukan PSN, pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali bekerja sama dengan pihak-pihak
lain seperti tokoh-tokoh masyarakat dan organisasi-organisasi masyarakat
termasuk PKK.
Hal itu
dilakukan untuk
mengoptimalkan kegiatan PSN di masyarakat. e
Pembinaan Pokjanal DBD Pembinaan Pokjanal DBD Kelompok Kerja Nasional
Pemberantasan DBD merupakan bagian dari kegiatan Dinas Kesehatan dalam pencegahan penyakit DBD yang dilaksanakan
secara rutin terlebih lagi pada saat terjadi peningkatan kasus DBD. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan PSN di masyarakat
dengan hasil yang diharapkan masyarakat mampu selalu waspada terhadap penyakit DBD dan terlibat secara aktif untuk
melaksanakan PSN Pemberantasan Sarang Nyamuk. Anggota
commit to user 127
Pokjanal terdiri dari kader PKK Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, RW, RT, Staf Kecamatan, Kader Posyandu dan UKS
yang nada di kelurahan yang bersangkutan. Sumber: Kumpulan Surat KeputusanEdaran tentang Pemberantasan Penyakit DBD
Pernyataan di atas sesuai dengan penuturan Bapak Kirmanto selaku petugas P2DBD berikut ini:
“Pokjanal merupakan kelompok kerja yang dibentuk untuk melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
pencegahan dan
pemberantasan penyakit
DBD. Keanggotaan Pokjanal ini terdiri dari RT, RW, Staf
Kelurahan, Staf Kecamatan, kader PKK atau Posyandu dan UKS dari pihak sekolah. Kita juga sudah berhasil
membentuk SK Pokjanal tingkat kota, kecamatan, dan kelurahan. Maksut dari pembentukan SK tersebut adalah
agar kita dapat bekerja kompak istilahnya tidak melempar tanggung jawab dalam kegiatan PSN, karena sudah jelas
tugas apa saja dan siapa yang bertanggungjawab. Bisa enak
kalau sudah ada SK itu.” Wawancara, 12 Maret 2011 Berdasarkan apa yang disampaikan di atas juga dapat
diketahui bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali telah berhasil membentuk SK Pokjanal khususnya di Kecamatan
Ngemplak. Dengan terbentuknya SK tersebut maka dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak dapat dilaksanakan secara baik antara satu petugas
dengan petugas lainnya. Sehingga kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara optimal.
Berikut dapat dilihat jumlah kasus penyakit DBD tahun 2009 dan 2010 di Kecamatan Ngemplak :
commit to user 128
Tabel IV.17 Jumlah Kasus Penyakit DBD Tahun 2009 dan 2010
Per Desa Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali No.
Desa Jumlah Kasus DBD
Tahun 2009 Tahun 2010
1 2
3 4
1. Ngargorejo
- 1
2. Sobokerto
2 2
3. Ngesrep
3 21
4. Gagaksipat
14 10
5. Donohudan
6 9
6. Sawahan
7 8
7. Pandeyan
2 9
8. Kismoyo
3 1
9. Dibal
7 -
10. Sindon 2
2 11. Manggung
1 5
12. Giriroto 1
- Jumlah
48 68
IR Insident Rate 6,810.000
9,710.000 CFR Case Fatality
Rate -
- Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
Berdasarkan tabel jumlah kasus DBD tahun 2009 dan tahun 2010 di atas dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan jumlah kasus
antara tahun 2009 dan tahun 2010. Kenaikan jumlah kasus DBD tersebut sangat signifikan yaitu hampir mencapai 30.
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali telah berupaya untuk membina program Pokjanal dan telah melakukan kegiatan
penyuluhan dan PSN, namun kenyataan hasilnya belum dapat menekan jumlah kasus sebaliknya justru terjadi peningkatan kasus
yang tinggi. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian bagi Dinas
commit to user 129
Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam upaya pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD untuk menjadikan Kabupaten
Boyolali terutama wilayah Kecamatan Ngemplak bebas dari penyakit DBD.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali yang antara lain;
target Insident Rate, target Case Fatality Rate, target House Index, target Angka Bebas Jentik ABJ dan target mengubah perilaku
masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan pelaksanaan pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD. Dari kelima target
yang telah ditetapkan tersebut hanya satu target yang terpenuhi yaitu target Case Fatality Rate. Hal ini membuktikan bahwa produktivitas
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD belum berhasil secara maksimal.
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali melakukan upaya kerja sama dengan organisasi masyarakat lainnya dalam hal penyuluhan dan
penggerakan masyarakat untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Hal senada juga dikatakan Bapak Kirmanto selaku petugas
P2DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali berikut ini: “Kita memang belum bisa mencapai target yang ditetapkan.
Sebenarnya kami
mengupayakan pemberantasan
dan penanggulangan penyakit ini tapi kadang-kadang masyarakat
sendiri yang ndak mau ikut peduli menjaga lingkungannya. Mulai dari penyuluhan kepada masyarakat sampai kegiatan
pemberantasan dan penanggulangan intinya sudah kita lakukan. Tapi hasilnya memang belum bisa memenuhi target yang telah
ditetapkan.” wawancara, 12 Maret 2011
commit to user 130
Hal tersebut dibenarkan oleh Ibu Endah selaku anggota PKK yang menjadi kader pemberantasan dan penaggulangan
penyakit DBD di wilayah Kecamatan Ngemplak berikut ini: “Memang mbak di kelurahan ini ada kegiatan MMD.
Adanya kegiatan ini atas kerjasama dari kelurahan dan petugas DKK dan mengundang ketua RW dan ketua RT
yang ada di kelurahan ini. Dalam kegiatan MMD ini membahas tentang tindakan-tindakan yang harus kami
lakukan
sebagai kader
untuk memberantas
dan menanggulangi penyakit DBD. Dalam kegiatan ini kami
juga melaporkan hasil dari PJB yang telah kami lakukan .”
Wawancara, 30 Juni 2011 Dari pernyataan yang disampaikan di atas dapat diketahui bahwa
hambatan yang dihadapi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam mencapai target yang telah ditetapkan adalah kurangnya peran
aktif masyarakat
dalam melaksanakan
program-program pemberantasan dan penanggulangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali. Dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD masyarakatlah yang tidak mau berperan aktif dalam menjaga
lingkungannya sehingga kasus DBD cenderung tinggi. 2
Kesesuaian antara hasil yang diperoleh dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan yang ingin dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan DBD adalah
bebas dari penyakit DBD. Untuk mewujudkan Kabupaten Boyolali terutama di Kecamatan Ngemplak bebas dari penyakit DBD, tujuan
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali diarahkan untuk:
commit to user 131
a Menurunkan angka kesakitan Insident Rate dan angka kematian
Case Fatality Rate terhadap penyakit DBD b
Mencegah terjadinya wabah atau KLB Kejadian Luar Biasa c
Mencegah perluasan daerah terjangkit DBD. Hal tersebut sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh
Bapak Edi Siswanto, SKM selaku Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali berikut ini:
“Bebas dari penyakit DBD adalah tujuan DKK ya mbak, dan untuk bebas dari DBD tersebut tujuannya diarahkan untuk
menurunkan angka kesakitan menjadi kurang dari 310.000 penduduk dan angka kematian akibat penyakit DBD menjadi
2,5 , selanjutnya adalah mencegah perluasan daerah terjangkit DBD dan mencegah
terjadinya wabah atau KLB.” Wawancara, 10 Maret 2011
Hal senada ditambahkan oleh Bapak Kirmanto selaku petugas P2DBD Pemberantasan Penyakit DBD Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali berikut ini: “Target DDK dalam pemberantasan dan penanggulangan DBD
adalah bebas dari penyakit DBD. Tetapi sebelumnya kita harus menurunkan dulu angka kesakitan dan angka kematian
terhadap kasus DBD mbak. Standarnya untuk angka kesakitan atau Insident Rate tidak boleh lebih dari 310.000 penduduk.
Sedangkan angka kematian atau Case Fatality Rate tidak boleh
lebih dari 2,5 .”Wawancara, 12 Maret 2011 Dari apa yang telah dikatakan oleh Bapak Edi Siswanto, SKM
dan Bapak Kirmanto diketahui bahwa dalam upaya pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD, Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
sudah mempunyai target yang jelas. Target tersebut terlihat dengan adanya penetapan standar angka kesakitan dan angka kematian yang
commit to user 132
harus dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali sendiri. Untuk membandingkan antara hasil yang sebenarnya dilapangan dengan
target yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.
Selain target Insident Rate dan target Case Fatality Rate terdapat target lain yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali. Target tersebut adalah mengubah perilaku masyarakat untuk aktif dalam program pemberantasan dan
penanggulangan penyakit DBD seperti PSN Pemberantasan Sarang Nyamuk di Kecamatan Ngemplak. Namun target tersebut belum
tercapai, hal itu disampaikan sendiri oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali yang dikatakan oleh Bapak Edi Siswanto, SKM
selaku Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali berikut ini:
“Dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di DKK ini selain menurunkan Angka Kesakitan dan Angka
Kematian, kami juga mempunyai target lain yaitu target untuk mengubah perilaku masyarakat terutama masyarakat di
Kecamatan Ngemplak untuk ikut aktif dalam kegiatan PSN sehingga dapat menekan jumlah penderita penyakit DBD.
Tetapi upaya penyuluhan dan penggerakan PSN yang telah kami lakukan belum bisa mengubah perilaku masyarakat secara
optimal, sehingga jumlah kasus cenderung tinggi.” Wawancara, 10 Maret 2011
Berdasarkan Apa yang disampaikan oleh Bapak Edi Siswanto, SKM di atas dapat diketahui bahwa penyuluhan dan penggerakan PSN
cenderung belum dapat mengubah perilaku masyarakat untuk ikut berperan kegiatan pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD
commit to user 133
dalam upaya menekan jumlah kasus penderita penyakit DBD. Hal tersebut terbukti dengan tingginya kasus penderita penyakit DBD di
Kecamatan Ngemplak yang cenderung meningkat. Berikut dapat disertakan tabel jumlah penderita penyakit DBD di Kecamatan
Ngemplak dari tahun 2004 sampai tahun 2010: Tabel IV.18
Jumlah Penderita Penyakit Demam Berdarah Dengue Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali
Tahun 2004 sampai 2010 No
Tahun Jumlah Penderita Penyakit DBD
1 2
3 1
2004 20
2 2005
31 3
2006 27
4 2007
54 5
2008 76
6 2009
48 7
2010 68
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Kesesuaian antara hasil yang diperoleh dengan target yang
telah ditetapkan sebelumnya dapat dilihat tabel realisasi kinerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali
dalam pemberantasan
dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak terhadap
target Insident Rate IR dan Case Fatality Rate CFR yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali :
commit to user 134
a Insident Rate IR Angka Kesakitan
Tabel IV.19 Target Insident Rate dan Realisasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali dalam Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak Tahun 2004-2010
No Tahun
Target Insident Rate
per 10.000 penduduk
Persentase Realisasi
1 2
3 4
1 2004
3 3
2 2005
3 4,5
3 2006
3 3,9
4 2007
3 7,9
5 2008
3 10,8
6 2009
3 6,8
7 2010
3 9,7
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Insident
Rate IR Angka Kesakitan yang ada di Kecamatan Ngemplak tidak dapat memenuhi target yang telah ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Boyolali sebagai standar kinerja yang harus dicapai dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD.
Realisasi pencapaian target Insident Rate Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali cenderung belum bisa memenuhi separuh dari
target yang telah ditetapkan sebelumnya. Rata-rata persentase realisasi pencapaian target Insident Rate di Kecamatan Ngemplak
belum memenuhi target. Terlebih lagi pada tahun 2008 realisasinya mencapai 10,8 sehingga produktivitas Dinas Kesehatan
commit to user 135
Kabupaten Boyolali dapat dikatakan masih rendah. Tabel target dan realisasi di atas memperlihatkan bahwa ternyata kinerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak masih
rendah karena belum mampu memenuhi target yang telah ditetapkan dalam memberantas dan menanggulangi penyakit DBD.
b Case Fatality Rate CFR Angka Kematian
Tabel IV.20 Target Case Fatality Rate dan Realisasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan Penyakit DBD Di Kecamatan Ngemplak Tahun 2004-2010
No Tahun
Target CFR Realisasi
1 2
3 4
1 2004
2,5 20
2 2005
2,5 -
3 2006
2,5 -
4 2007
2,5 1,9
5 2008
2,5 -
6 2009
2,5 -
7 2010
2,5 -
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa
Case Fatality Rate Angka Kematian yang ada di Kecamatan Ngemplak cenderung telah memenuhi target yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali sebelumnya yaitu 2,5 . Dengan target 2,5 hanya satu dari tujuh tahun yang tidak dapat
memenuhi target tersebut yaitu pada tahun 2004. Hal ini dapat
commit to user 136
dikatakan lebih baik dari pada realisasi pencapaian target Insident Rate. Walaupun demikian tetap saja produktivitas Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali cenderung belum mampu mencapai target Insident Rate yang ditetapkan, bahkan dapat dikatakan sangat jauh
untuk dapat mencapai target tesebut. Berdasarkan berbagai penjelasan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa produktivitas Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan
Ngemplak masih rendah. Hal tersebut terbukti dari upaya pemberantasan dan penanggulangan di Kecamatan Ngemplak yang belum mampu
mencapai target yang telah ditetapkan. Dari kelima target yang telah ditetapkan hanya satu target yang dapat dicapai oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali. Namun Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali terus berupaya
untuk memaksimalkan
kegiatan pemberantasan
dan penanggulangan penyakit DBD kepada masyarakat di wilayah Ngemplak.
b. Indikator Responsivitas