Tinjauan Tentang Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam

commit to user 52 kasa pada ventilasi, memakai kelambu, memakai obat anti nyamuk semprot, oles, dan bakar, dan cara lain yang dapat mencegah gigitan nyamuk. Untuk mencegah mewabahnya penyakit DBD maka pemerintah menetapakan KepMenKes No: 581MenKesSKVII1992 tentang Pemberantasan DBD dengan tujuan agar pemerintah dan masyarakat mampu bekerja sama dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Indonesia.

4. Tinjauan Tentang Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam

Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Berdasarkan pemaparan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak Boyolali dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD yang menjangkiti masyarakat di Kecamatan Ngemplak tersebut dapat dinilai dengan berbagai indikator penilaian kinerja yang telah tersedia. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali merupakan salah satu bagian dari birokrasi publik diharapkan mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi publik. Pelayanan tersebut diwujudkan dalam bentuk kinerja yang berorientasi pada publik tanpa adanya perlakuan diskriminatif kepada masyarakat publik. Namun dalam kenyataanya persoalan kinerja organisasi publik sangat komplek. Hal ini disebabkan karena kinerja organisasi publik dipengaruhi oleh berbagai commit to user 53 faktor yang datang dari dalam maupun luar organisasi. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan sebagai organisasi publik harus mampu memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang dapat diandalkan bagi kesehatan masyarakat. Mengacu pada peran Dinas Kesehatan sebagai motor penggerak utama yang akan mendorong masyarakat untuk hidup sehat, maka Dinas Kesehatan mempunyai tugas penting dalam mengupayakan kesehatan masyarakat karena tujuan dasar dari pembentukan Dinas Kesehatan adalah untuk mengoptimalkan derajat kesehatan masyarakat. Dinas Kesehatan diharuskan untuk menggalakkan program-program yang dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dalam masyarakat. Salah satu program tersebut adalah pemberantasan dan penanggulangan penyakit. Dinas Kesehatan tidak hanya memberantas dan menanggulangi satu penyakit saja tetapi terhadap semua penyakit yang menjangkiti fisik dan jiwa masyarakat. Salah satu contohnya adalah penyakit DBD yang mana penyakit ini setiap tahun menjangkiti masyarakat Indonesia dan menimbulkan banyak korban jiwa yang cukup tinggi. Dinas Kesehatan sebagai organisasi publik yang berperan dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat harus mampu menjalankan kinerjanya dalam memberantas dan menanggulangi penyakit DBD. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD sangat mempengaruhi perkembangan penyakit DBD dalam masyarakat khususnya di Kecamatan Ngemplak dalam arti apakah kasus penyakit DBD semakin berkurang atau semakin meningkat. Untuk mengetahui bagaimana commit to user 54 kinerja Dinas Kesehatan dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak maka digunakan indikator produktivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas sehingga akan diketahui gambaran kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak. a. Produktivitas Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan output, artinya perbandingan sejauh mana upaya yang dilakukan dengan hasil yang diperolehnya dalam periode tertentu. Hasil yang dicapai berupa barang maupun jasa tergantung organisasi yang mengasilkanya. Ukuran ini menunjukkan kemampuan organisasi untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut Agus Dwiyanto 2006:50 konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. Namun konsep produktivitas diperluas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting. Berdasarkan penjelasan mengenai konsep produktivitas di atas maka dalam penelitian ini akan dibahas produktivitas dengan penekanan pada sejauh mana upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan commit to user 55 Ngemplak dan apakah hasilnya sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Produktivitas Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak dapat diketahui dari: 1 Pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di wilayah Kabupaten Boyolali khususnya di Kecamatan Ngemplak melalui berbagai kegiatan atau program yang diberikan oleh Dinas Kesehatan kepada masyarakat. 2 Kesesuaian antara hasil yang diperoleh dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. b. Responsivitas Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas merupakan daya tanggap yang dimiliki organisasi terhadap suatu permasalahan. Menurut Dilulio dalam Agus Dwiyanto 2006:62 responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap dan birokrasi terhadap harapan, keinginan, dan aspirasi, serta tuntutan pengguna jasa. Responsivitas sangat diperlukan dalam pelayanan publik karena hal tersebut commit to user 56 merupakan bukti kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek juga Osborn dan Plastrik dalam Agus Dwiyanto, 2006:62 Lenvinne dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih 2005:175 mengemukakan bahwa responsivitas mengukur daya tanggap providers terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers. Ini berarti organisasi harus tanggap terhadap segala sesuatu yang berhubungan konsumen sehingga kebutuhan konsumen dapat dipenuhi oleh organisasi tersebut. Agar dapat meningkatkan responsivitasnya, sebuah organisasi publik harus dapat mengenali apa yang menjadi permasalahan, keinginan, tuntutan, kebutuhan, keluhan dan aspirasi masyarakat. Sebuah organisasi juga harus mengetahui kondisi yang ada dalam masyarakat. Dengan begitu organisasi akan lebih cepat memahami apa yang menjadi tuntutan masyarakat dan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhinya. Organisasi tersebut juga harus dapat menangkap apa yang menjadi masalah publik dan berusaha untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Untuk mewujudkan hal itu maka diperlukan sumber daya manusia yang memadai dan tanggap responsive. Begitu pula di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali di Kecamatan Ngemplak, commit to user 57 keberhasilan dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD juga ditentukan oleh keselarasan antara pelayanan yang diberikan dengan keluhan, kebutuhan, dan tuntutan dari masyarakat di Kecamatan Ngemplak. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam melaksanakan kinerjanya untuk mengatasi, menanggapi, memenuhi kebutuhan, keluhan, tuntutan dan aspirasi masyarakat di Kecamatan Ngemplak dalam upaya pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD. Responsivitas Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dapat diukur dari tingkat penanganan atas keluhan dan tuntutan masyarakat pengguna jasa khusunya di Kecamatan Ngemplak terhadap penyakit DBD. c. Akuntabilitas Menurut Mahmudi 2005:9 akuntabilitas publik adalah kewajiban agen untuk mengelola sumber daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada pihak pemberi mandat principal. Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penekanan utama akuntabilitas publik adalah pemberian informasi kepada publik dan konstituen lainnya yang menjadi pemangku kepentingan stakeholder. Akuntabilitas publik juga terkait dengan kewajiban untuk menjelaskan dan commit to user 58 menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah, sedang, dan direncanakan akan dilakukan organisasi sektor publik. Lebih lanjut Agus Dwiyanto 2006:60-61 mengatakan acuan pelayanan yang digunakan oleh aparat birokrasi juga dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas pemberian pelayanan publik. Acuan pelayanan yang dianggap paling penting oleh birokrasi dapat merefleksikan pola pelayanan yang digunakan. Pola pelayanan yang akuntabel adalah pola pelayanan yang mengacu pada kepuasan publik sebagai pengguna jasa. Dalam penelitian ini akuntabilitas Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak ditekankan pada akuntabilitas eksternal yang merupakan pertanggungjawaban Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali terhadap masyarakat pengguna jasa khususnya di Kecamatan Ngemplak yang dapat dilihat dari seberapa besar kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD tersebut sesuai dengan nilai dan norma dalam masyarakat di Kecamatan Ngemplak. Adapun indikator akuntabilitas diukur dari kesesuaian antara prinsip pelayanan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali terhadap nilai dan norma yang ada dalam masyarakat di Kecamatan Ngemplak meliputi transparansi pelayanan dan orientasi pelayanan yang dikembangkan terhadap masyarakat di Kecamatan Ngemplak. commit to user 59

B. Kerangka Pemikiran

Alur kerangka pemikiran yang digunakan dapat dilihat pada gambar II.1 di bawah ini: Gambar II.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali -Tingginya angka kasus Penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak -Kecamatan Ngemplak telah dinyatakan endemik DBD Kinerja DKK Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak: - Produktivitas - Responsivitas - Akuntabilitas Tujuan DKK: Turunnya Angka Kesakitan IR dan Angka Kematian CFR terhadap DBD Faktor yang mempengaruhi: - Faktor yang menghambat : kurangnya SDM secara kuantitas dan kurangnya peran aktif masyarakat - Faktor yang meningkatkan : pelaksanaan tugas yang tidak hanya mengacu pada petunjuk pelaksanaan dan adanya transparansi dana Untuk memudahkan penelitian ini, maka peneliti membuat kerangka pemikiran seperti gambar diatas dalam rangka mengadakan penelitian tentang kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Dimana pola pemikiran