commit to user 143
benar-benar tahu kriteria-kriteria apa saja yang harus dipenuhi untuk mendapatkan fogging. Selain itu, pihak Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali juga harus mampu menjelaskan kepada masyarakat tentang resiko yang ditimbulkan dari fogging yang dapat merusak lingkungan dan
juga kesehatan masyarakat sendiri apabila tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh WHO. Dengan demikian masyarakat tidak akan asal
menuntut saja, tetapi juga peduli akan dampak yang ditimbulkan dari fogging focus.
c. Indikator Akuntabilitas
Secara umum akuntabilitas Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan
Ngemplak ini dapat dikatakan cukup baik. Karena petugas Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali
dalam melaksanakan
tugasnya memberantas dan menanggulangi penyakit DBD tidak selalu berorientasi
pada juklak Petunjuk Pelaksanaan saja, tetapi juga melihat situasi dan kondisi masyarakat pengguna jasa.
Hal ini didasarkan pada wawancara yang dilakukan dengan petugas P2DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali yang bernama Bapak
Kirmanto berikut ini: “Kami tidak sepenuhnya berorientasi pada juklak dalam
melaksanakan tugas, tapi juga melihat situasi dan kondisi. Aturan dari atasan juga dipakai, tetapi kalau kita hanya mengacu pada
aturan dari atasan saja kan malah jadi kaku ya dalam menjalankan tugas dan mengusahakan keinginan masyarakat. Jadi, kita tidak
hanya berorientasi pada juklak saja dalam melaksanakan tugas
.” Wawancara, 12 Maret 2011
commit to user 144
Ungkapan senada juga disampaikan oleh Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali yang
bernama Bapak Edi Siswanto, SKM berikut ini: “Kami tidak sepenuhnya berorientasi pada aturan. Kami juga
mengacu pada kepentingan masyarakat ya mbak. Misalnya saja kegiatan yang berorientasi pada juklak adalah kegiatan fogging
yang mana harus benar-benar memenuhi kriteria mengingat resiko yang ditimbulkan itu akan berbahaya bagi lingkungan dan
kesehatan masyarakat sendiri. Sedangkan contoh kegiatan yang tidak berdasarkan juklak adalah ketika terjadi KLB terhadap DBD
kami akan segera lakukan penanggulangan semaksimal mungkin, dan itu dilakukan dengan melihat kondisi sehingga kita tahu apa
yang harus segera kita lakukan.” Wawancara, 10 Maret 2011 Dari apa yang dikatakan oleh Bapak Edi Siswanto, SKM di atas
dapat diketahui bahwa pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam melaksanakan tugas pemberantasan dan penggulangan penyakit tidak
sepenuhnya berorientasi pada petunjuk pelaksanaan juklak. Contoh kegiatan yang mengacu pada juklak adalah kegiatan fogging. Aturan yang
digunakan bahwa pelaksanaan fogging harus benar-benar memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh WHO. Aturan ini harus benar-benar
dijalankan mengingat dampak yang ditimbulkan fogging sangat berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan masyarakat itu sendiri. Sedangkan
kegiatan yang tidak berdasarkan juklak contohnya adalah pada saat kondisi masyarakat sedang terjadi KLB maka dengan segera petugas
P2DBD akan melakukan penaggulangan. Berdasarkan apa yang telah diungkapkan oleh Bapak Edi Siswanto,
SKM dan Bapak Kirmanto di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pola pelayanan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
commit to user 145
dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD sudah mengarah pada pola pelayanan yang cukup akuntabel. Karena orientasi pelayanan
yang diberikan tidak hanya berdasarkan pada juklak Petunjuk Pelaksanaan saja, namun juga melihat situasi dan kondisi yang ada di
masyarakat sehingga dapat mengusahakan kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa. Oleh karena itu, pola pelayanan yang diberikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Boyolali dapat dikatakan cukup akuntabel. Dan petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali khususnya yang bertugas
memberantas dan menanggulangi penyakit DBD dapat dikatakan memahami pola pelayanan yang prima yaitu berorientsi pada pemuasan
kebutuhan masyarakat pengguna jasa. Transparansi Dinas Kesehatan Kesehatan Kabupaten Boyolali juga
dapat dikatakan cukup baik. Hal ini diindikasikan dengan adanya transparansi dana dan transparansi kegiatan pemberantasan dan
penanggulangan penyakit DBD yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. Adanya transparansi dana dapat diketahui dari
pengakuan Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali yang sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kader
yang mewakili masyarakat. Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Edi Siswanto, SKM selaku Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali: “Dana untuk pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD itu
berasal dari APBD tingkat I dan APBD tingkat II, yang digunakan untuk pelaksanaan fogging foccus yang meliputi pembelian BBM
dan upah tenaga. Kemudian untuk pengadaan Abate, pengadaan
commit to user 146
Malation, pengadaan mesin fogging, untuk penyuluhan atau pemberdayaan masyarakat, untuk honor kader PJB dan untuk
bantuan porselinitasi.” Wawancara, 10 Maret 2010 Apa yang disampaikan oleh Bapak Edi Siswanto, SKM mengenai
pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di atas sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Endah selaku kader pelaksanan PJB di
Kecamatan Ngemplak berikut ini: “Setahu saya ya mbak dana Dinkes itu digunakan untuk fogging,
kan harus ada mesinnya, obatnya yaitu malation, kan harus pakai bensin juga. Selain itu, Dinkes harus menyediakan bubuk Abate.
Juga penyuluhan ke masyarakat pasti juga butuh dana mbak
.” Wawancara, 5 April 2011
Kesesuaian antara apa yang dikatakan oleh Bapak Edi Siswanto,
SKM selaku Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Endah selaku
kader pelaksanan PJB di Kecamatan Ngemplak di atas menggambarkan adanya transparansi penggunaan dana Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD. Adanya transparansi dana juga terlihat dengan adanya kerjasama yang
saling mendukung antara Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dengan puskesmas di Kecamatan Ngemplak sebagai unit pelaksana dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam mendapatkan dana fogging. Hal tersebut seperti apa yang diungkapkan oleh Bapak Kirmanto selaku
Petugas P2DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali berikut ini: “DKK dan Puskesmas bekerjasama dan saling mendukung
mengajukan dana untuk fogging, dana itu diajukan setahun sekali. Untuk puskesmas yang dananya sudah habis pertengahan tahun
commit to user 147
bisa mendapatkan dana fogging dari sini. Kalau dana fogging itu sisa, kami akan mengembalikan ke Kabupaten.
” Wawancara, 12 Maret 2011
Berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh Bapak Kirmanto selaku petugas P2DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali di atas dapat
diketahui bahwa pada dasarnya Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali terbuka mengenai dana yang akan digunakan untuk fogging. Hal ini
menunjukkan adanya transparansi dana dari Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali terhadap puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Boyolali
salah satunya di Kecamatan Ngemplak. Hal tersebut sesuai dengan pengakuan yang diberikan oleh Kepala
Puskesmas Ngemplak yang bernama dr. Ony Hardoko berikut ini: “Dinkes itu kalau masalah transparansi dana itu ya transparan
mbak, terbukti dari mudahnya kami mengajukan dana fogging apabila kami kehabisan dana asal fogging yang akan dilakukan
benar-benar memenuhi kriteria. Selain foggging kita kan juga mendapatkan dana untuk melakukan penyuluhan kepada
masyarakat. Ya cukup terbukalah mbak. Wawancara, 6 Juni 2011
Ungkapan senada juga disampaikan oleh Petugas Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Ngemplak yang bernama Bapak Sis Nugroho
berikut ini: “Kita saling membantu mbak karena puskesmas itukan unit
pelaksana teknis dari Dinkes juga. Jadi kami mendapatkan dana untuk fogging itu dari Dinkes selain dari pengajuan dana kami
sendiri mbak kan nggak mencukupi untuk setahun penuh, jadi sisanya ketika kita harus melakukan fogging itu dananya dari
Dinkes. Wawancara, 6 Juni 2011
Berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh Kepala Puskesmas Ngemplak dan Petugas Kesehatan Lingkungan di atas maka dapat
commit to user 148
diketahui bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali terbuka mengenai dana. Hal tersebut terbukti dengan adanya kemudahan puskesmas untuk
mengajukan dana fogging maupun dana penyuluhan pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD.
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dapat dikatakan
cukup baik. Hal ini terbukti dengan adanya pola pelayanan yang dijalankan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali yang tidak selalu
berorientasi pada juklak tetapi juga melihat situasi dan kondisi masyarakat. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali sudah berorientasi pada kepuasan
masyarakat sebagai pengguna jasa. Selain itu, transparansi pengguna dana pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali juga dapat dikatakan cukup baik. Hal ini terbukti dengan adanya kemudahan dan kerjasama yang saling mendukung dalam
memberikan dana untuk fogging maupun untuk melakukan pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di masyarakat
Kecamatan Ngemplak.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten