3.4.5 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi
merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Menurut Harmita 2004, batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Simpangan Baku Residual,
Batas deteksi LOD =
slope x
Sy x
3
Batas kuantitasi LOQ =
slope x
Sy x
10
3.4.6 Uji Perolehan Kembali
Uji perolehan kembali recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan standar standard addition method. Dalam metode ini, kadar mineral
dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar mineral dalam sampel setelah penambahan larutan baku dengan konsentrasi
tertentu Ermer, 2005. Larutan baku yang ditambahkan yaitu, 5 ml larutan baku kalium konsentrasi 1000 mcgml, 5 ml larutan baku kalsium konsentrasi 1000
mcgml, 1 ml larutan baku magnesium konsentrasi 1000 mcgml dan 3 ml larutan baku natrium konsentrasi 1000 mcgml.
Sampel 50 ml air kelapa hijau dimasukkan kedalam erlemeyer kemudian ditambahkan 5 ml larutan baku kalsium konsentrasi1000 mcgml dan 3 ml
Universitas Sumatera Utara
larutan baku natrium konsentrasi 1000 mcgml, kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi basah seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Proses
pengukuran uji perolehan kembali dilakukan sama dengan prosedur penetapan kadar dalam sampel.
Sampel 5 ml air kelapa hijau dimasukkan ke dalam erlemeyer kemudian ditambahkan 5 ml larutan baku kalium konsentrasi 1000 mcgml dan 1 ml
larutan baku magnesium konsentrasi 1000 mcgml, kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi basah seperti yang telah dilakukan sebelumnya.
Prosedur pengukuran uji perolehan kembali dilakukan sama dengan prosedur penetapan kadar dalam sampel. Kadar baku yang ditambahkan ke dalam sampel
CA dapat dihitung dengan persamaan:
Keterangan : CA = Kadar baku yang ditambahkan ke dalam sampel mcgml
C
LB
= Konsentrasi larutan baku mcgml V
LB
= Volume larutan baku yang ditambahkan ml V
S
= Volume sampel ml Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali dapat dihitung dengan
rumus di bawah ini: Persen Perolehan Kembali =
A A
F
C C
C
x 100 Keterangan :
C
A
= Kadar mineral dalam sampel sebelum penambahan baku C
F
= Kadar mineral dalam sampel setelah penambahan baku C
A
= Kadar bahan baku yang ditambahkan di dalam sampel
VS A
C VLB
CLB
Universitas Sumatera Utara
3.4.7 Simpangan Baku Relatif