ini, kelapa dapat tumbuh dan berbuah lebih cepat. Serta produksi banyak dan kadar minyak yang lebih tinggi Setyamidjaja, 1985.
Di daerah dataran tinggi pertumbuhan tanaman kelapa sangat lambat dan pembuahan kurang memuaskan. Di daerah yang memiliki ketinggian lebih dari
1000 m di atas permukaan laut tanaman kelapa dapat tumbuh, dengan pertumbuhan yang sangat lambat, serta produksi sedikit dan kadar minyak yang
rendah. Bahkan, kadang-kadang tanaman sulit berbuah atau tidak berbuah sama sekali Warisno, 2003.
Komposisi mineral dalam air kelapa berasal dari penyerapan unsur hara tanah oleh akar. Banyak sedikitnya unsur hara yang diserap dipengaruhi oleh
kelembapan tempat tumbuhnya. Kelembapan yang terlalu tinggi menyebabkan pertumbuhan lambat. Selain itu, kelembapan yang terlalu tinggi akan mengurangi
penguapan sehingga kemampuan pengambilan unsur hara menurun. Kelembapan yang terlalu rendah dapat menyebabkan rontoknya buah, rusaknya mahkota dan
mengakibatkan terbakarnya daun kelapa Warisno, 2003.
2.2.4 Penetapan Kadar Mineral dalam Air Kelapa
Telah banyak dilakukan penelitian yang berkenaan dengan penetapan kadar mineral dalam air kelapa. Annisa 2010, melakukan penelitian untuk
membandingkan kadar kalium pada air kelapa hijau dari dua tempat berbeda, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah. Dalam penelitian ini, persiapan sampel
diawali dengan metode destruksi basah menggunakan HNO
3p
sebanyak 5 ml dan sampel sebanyak 50 ml, selanjutnya dilaksanakan analisis kualitatif dan kuantitatif
dari larutan sampel.
Universitas Sumatera Utara
Minawati 2011, melakukan penelitian yang membandingkan kadar kalium dan natrium pada air kelapa hijau dari dua varietas berbeda, yaitu varietas
kelapa hijau dan varietas kelapa gading. Metode persiapan sampel diacu kepada metode yang digunakan oleh Annisa 2011, dengan sedikit modifikasi jumlah
HNO
3p
dan sampel, yaitu secara berturut-turut 15 ml dan 5 ml. Arsa 2011, melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat kematangan
terhadap kadar kalium dan natrium pada air kelapa hijau, kelapa gading dan kelapa hibrida. Dalam hal ini digunakan metode destruksi basah menggunakan
HNO
3p
sebanyak 0,5 ml dan sampel 10 ml. Dalam penelitian ini, faktor yang dijadikan acuan untuk menyatakan buah kelapa itu sangat muda, muda dan tua
adalah penampakan dan ciri dari daging buah kelapa. Kelapa yang sangat muda dicirikan dari belum adanya daging buah pada batok muda buah kelapa. Kelapa
muda dicirikan dengan adanya daging buah yang lembek yang terdapat pada batok kelapa. Sedangkan kelapa tua memiliki daging buah yang keras atau daging
buahnya sudah bisa diparut. Ketiga penelitian di atas menggunakan metode spektrofotometri serapan atom SSA untuk analisis kuantitatif mineral.
Selain dengan metode spektrofotometri serapan atom, metode kompleksometri dan gravimetri banyak digunakan untuk penetapan kadar kalium,
kalsium, magnesium, dan natrium Gandjar dan Rohman, 2009.
2.3 Spektrofotometri Serapan Atom