Prinsip Fiduciary Duty bagi Direksi dalam Menjalankan Pengurusan

1 direktur itu bertindak secara jujur, 2 direktur itu bertindak secara wajar, 3 direktur itu, dengan mempertimbangkan semua keadaan, cukup tepat untuk dimaafkan. Hal tersebut di atas dapat dilihat dari Pasal 97 ayat 5 yang menyatakan bahwa apabila anggota direksi dapat membuktikan hal-hal tersebut di bawah ini, maka anggota direksi tidak harus bertanggung jawab secara pribadi terhadap kerugian ataupun tindak pidana yang terjadi. Isi dari Pasal 97 ayat 5 UUPT tersebut yaitu: 1 kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; 2 telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan; 3 tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun ttidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan 4 telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

B. Prinsip Fiduciary Duty bagi Direksi dalam Menjalankan Pengurusan

Perseroan Terbatas Perseroan terbatas sebagai suatu badan hukum dalam melakukan perbuatan hukumnya harus melalui pengurusnya, karena tanpa adanya pengurus, badan hukum itu tidak akan dapat berfungsi. Ketergantungan antara badan hukum dan pengurus menjadi sebab mengapa antara badan hukum dan pengurus lahir hubungan fidusia fiduciary duties. Pengurus harus selalu menjadi pihak yang dipercaya dalam bertindak dan menggunakan wewenangnya hanya untuk kepentingan perseroan semata. Universitas Sumatera Utara Hubungan antara direksi dan perseroan selain didasarkan pada hubungan kerja, direksi juga memiliki hubungan fidusia dengan perseroan. Sehingga direksi memiliki kedudukan fidusia fiduciary position di dalam perseroan. 76 Hal ini sesuai dengan ketentuan di Pasal 97 ayat 2 UUPT yang menyebutkan bahwa setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Kata fidusia fiduciary berasal dari bahasa Latin. Kata yang dikenal sebagai fiduciaries ini bermakna kepercayaan dan keyakinan. Menurut Stephen W Mayson dan Derek French 77 , seorang fidusia yaitu “seseorang yang telah berkomitmen untuk bertindak untuk atau atas nama orang lain dalam keadaan tertentu yang menyebabkan hubungan kepercayaan dan keyakinan” atau “seseorang yang setuju, untuk berbuat, atau untuk bertindak, atas nama, atau atas kepentingan orang lain dalam menjalankan kekuasaan atau kebijakan yang akan mempengaruhi kepentingan orang lain tersebut baik dalam arti hukum maupun praktis”. Sedangkan Munir Fuady 78 berpendapat bahwa seseorang yang memiliki tugas fidusia fiduciary duty yaitu seseorang yang apabila ia memiliki kapasitas fidusia fiduciary capacity dan jika bisnis yang ditransaksikannya, harta benda atau kekayaan yang dikuasainya bukan untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi untuk kepentingan orang lain. Orang yang memberinya kewenangan tersebut, memiliki 76 Ridwan Khairandy, Op. Cit., hal 204 77 Stephen W. Mayson, Derek French, Company Law, London: Blackstone Press Ltd, 2001, hal 496 78 Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law – Eksistensinya dalam Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, hal. 33 Universitas Sumatera Utara kepercayaan yang besar kepadanya. Namun, secara teknis 79 istilah ini dimaknai sebagai “memegang sesuatu dalam kepercayaan atau seseorang yang memegang sesuatu dalam kepercayaan untuk kepentingan orang”. Fiduciary duty akan tercipta jika ada fiduciary relationship. Konsep ini menyatakan bahwa fiduciary relationship terjadi ketika terdapat dua pihak dimana salah satu pihak beneficiary mempunyai kewajiban untuk bertindak atau memberikan nasehat demi dan untuk kepentingan pihak kedua fiduciary mengenai persoalan-persoalan tertentu yang ada di dalam ruang lingkup hubungan tersebut. Bentuk fiduciary relationship yang paling umum antara lain trustee – beneficiary, agent – principal, corporate directorofficer – corporation, dan partnership. Walaupun demikian, pengadilan menegaskan bahwa bentuk fiduciary relationship tidak hanya semata-mata itu saja. 80 Pemegang amanah fiduciary memiliki tugas untuk melindungi orang yang memberikan amanah kepada mereka. Tugas-tugas ini diberikan untuk mencegah para fiduciary dari tindakan yang merugikan orang-orang yang memberikan amanah kepada mereka dan untuk mencegah mereka menyalahgunakan keyakinan dan kepercayaan yang diberikan kepada mereka. 81 Di dalam Perseroan Terbatas, yang menjalankan tugas fiduciary ini adalah direksi, sebagai pengurus suatu perseroan. Dengan adanya fiduciary duty ini, maka 79 Andrew D. Shaffer, Corporate Fiduciary – Insolvent: the Fiduciary Relationship Your Corporate Law Professor Should Have Warned You About, 8 American Bankruptcy Institute Law Review, 2000, hal 483 80 Ridwan Khairandy, Op. Cit., hal 206 81 Stephen W. Mayson, Derek French, Op. Cit., hal 496 Universitas Sumatera Utara pemegang saham dan perusahaan mendapatkan perlindungan. Hal dikarenakan direksi dapat melakukan apa saja terhadap perusahaan, sedangkan pemegang saham dan perusahaan tidak dapat sepenuhnya melindungi dirinya sendiri dari tindakan direksi yang merugikan, dimana direksi bertindak atas nama perusahaan dan pemegang saham. Sehingga, untuk menghindari adanya penyalahgunaan aset-aset perusahaan dan wewenang oleh direksi maka direksi dibebankan dengan adanya fiduciary duty. Lebih lanjut, Black’s Law Dictionary 82 , mengartikan fiduciary duty sebagai: A duty to act with the highest degree of honesty and loyalty toward another person and in the best interest of the other person such as the duty that one partner owes to another. Dari defenisi di atas dapat dikatakan bahwa hubungan fiduciary timbul ketika satu pihak berbuat sesuatu bagi kepentingan pihak lain dengan mengesampingkan kepentingan pribadinya sendiri. Fiduciary duty direksi ini mengandung prinsip- prinsip sebagai berikut: 83 1 Direksi dalam melakukan tugasnya tidak boleh melakukannya untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan pihak ketiga, tanpa persetujuan dan atau sepengetahuan perseroan. 2 Direksi tidak boleh memanfaatkan kedudukannya sebagai pengurus untuk memperoleh keuntungan, baik untuk dirinya sendiri maupun pihak ketiga, kecuali atas persetujuan perseroan. 3 Direksi tidak boleh menggunakan atau menyalahgunakan aset perseroan untuk kepentingannya sendiri dan atau pihak ketiga. Pada umumnya, fiduciary duty direksi dibagi menjadi dua komponen utama yaitu duty of care dan duty of loyalty. Duty of care pada dasarnya merupakan 82 Bryan A. Garner, Op. Cit., hal 523 83 Ridwan Khairandy, Op. Cit., hal 207 Universitas Sumatera Utara kewajiban direksi untuk tidak bertindak lalai, menerapkan ketelitian tingkat tinggi dalam mengumpulkan informasi yang digunakan dalam membuat keputusan bisnis, dan menjalankan manajemen bisnisnya dengan kepedulian dan kehati-hatian yang masuk akal. Sedangkan duty of loyalty mencakup kewajiban direksi untuk tidak menempatkan kepentingan pribadinya di atas kepentingan perusahaan dalam melakukan transaksi dimana transaksi tersebut dapat menguntungkan direksi dengan menggunakan biaya-biaya yang ditanggung oleh perusahaan atau corporate opportunity. Duty of loyalty ini dapat pula dipahami sebagai kewajiban untuk bertindak tanpa rasa egois atau kewajiban beneficiary untuk mengutamakan kepentingan fiduciary-nya. 84 Ketentuan mengenai fiduciary duty ini di dalam UUPT, diatur di dalam Pasal 97 ayat 1 yang berbunyi: “1 Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat 1.” dan Pasal 98 ayat 1 yang berbunyi: “1 Direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.”

C. Doktrin Ultra Vires bagi Direksi dalam Menjalankan Pengurusan